Senin, 07 Oktober 2013

Jokowi Menang Pilpres 2014, PDIP Jangan Bangga Dulu!

Jurnalis Independen: Sampai hari ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belum secara resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung PDIP dalam Pemilu 2014 mendatang. Namun berdasarkan butir rekomendasi hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III yang dibacakan Puan Maharni dalam penutupan di Ancol, Jakarta, awal Sepember 2013, khususnya rekomendasi butir 14-17, telah nyata bahwa semua kriteria calon presiden yang dijagokan PDIP dimiliki seutuhnya Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.


Mengapa sampai saat ini Ketua Umum PDIP Megawati belum juga menyampaikan secara terbuka dukungan memajukan Jokowi sebagai capres 2014 dari partai berlambang banteng moncong putih itu?

Ini adalah strategi politik Megawati agar si “anak kesayangan”, dalam hal ini Jokowi, tetap terlindung dari serangan lawan-lawan politiknya, yang bisa saja membuat citra bekas Walikota Solo itu menjadi buruk. Akrobat politik bisa saja terjadi kapan pun. Jadi diamnya Megawati adalah cara melindungi Jokowi. Megawati menunggu saat yang tepat untuk mengumumkan Jokowi sebagai Capres 2014 yang akan diusung PDIP.

Dan kenyataan ini tersirat dalam butir terakhir hasil Rakernas III PDIP yang dibacakan Puan Maharani, bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden 2014 akan disampaikan pada momentum yang sesuai dinamika politik, kesiapan jajaran internal partai dan kepentingan ideologis partai. Kata ideologis perlu digariswabahi, karena Jokowi yang tampilannya sederhana, pekerja keras dan jujur dengan berbaju putih dilipat setengah tangan, cocok dengan cita-cita besar panutan partai itu, Bung Karno.

Strategi melindungi pamor Jokowi dari serangan lawan-lawan politiknya, sampai saat ini cukup berhasil. Masyarakat semakin haus akan sosok pemimpin negeri yang bersih, tidak korupsi, dan memihak pada rakyat. Arus dukungan terhadap Jokowi sebagai calon presiden semakin hari tak terbendung lagi. Bukan hanya di tanah Jawa, Jokowi effect sudah merambah sampai Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara.

Bungkamnya Megawati yang belum juga menegaskan Jokowi sebagai Capres 2013 membuat lawan-lawan politik dari partai-partai besar semakin kecut dan ketar-ketir. Jika salah menjagokan capres dan cawapresnya maka suara calon pemilih potensialnya dipastikan akan berpaling pada partai berlambang banteng (bila benar Jokowi akan dimajukan oleh PDIP).

Setelah sekian kali diadakan pemilihan (pemilu) di tanah air, sekian kali pula rakyat kecewa terhadap hasil kinerja pemerintahan. Korupsi merajalela, hukum dipermainkan, kemiskinan semakin meningkat, harga sembako tak terjangkau rakyat kecil, pengangguran merata dari pelosok tanah air hingga pusat kota. Yang paling mengenaskan, aktor korupsi justru adalah mereka yang naik dari jabatan partai politik, mulai dari anggota DPRD sampai dengan DPR RI.

Menurut data dalam tahun 2004-1013 jumlah anggota DPR/DPRD Tk I dan TK II, sebanyak 431 anggota DPRD provinsi terjerat kasus hukum. Berdasarkan surat izin pemeriksaan yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada akhir 2012, sebanyak 137 (35,49 persen) orang diperiksa kepolisian dan 294 orang (64,51 persen) diperiksa kejaksaan.  Dari 431 kasus, sebanyak 83,76 persen terjerat kasus korupsi, dan lainnya kasus pidana, pemerasan dan perzinahan.

Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang terseret kasus hukum lebih besar lagi mencapai 2.545 orang. Namun, hingga kini aparat kepolisian dan kejaksaan baru memeriksa 994 orang saja. Dari 2.545 anggota dewan, terdapat 1.050 orang (40,07 persen) teridentifikasi kasusnya adalah korupsi. Dengan kata lain, selama delapan tahun terakhir, setidaknya 2.976 anggota dewan terjerat kasus hukum yang didominasi kasus korupsi.

Dengan pengalaman pahit tersebut, masyarakat mulai dewasa secara politik. Masyarakat dalam Pemilu 2014 jelas semakin cerdas. Rakyat tak mau beli kucing dalam karung.

Jika benar Jokowi menjadi Capres 2014, rakyat ‘kemungkinan besar’ akan mempercayakan Jokowi jadi Presiden 2014, untuk membela hak-hak rakyat yang selama ini belum sempat diperhatikan secara menyeluruh oleh rezim lama.

Jika Jokowi resmi diusung PDIP menjadi Capres, maka sudah banyak yang meramalkan bahwa dari dalam bilik pemilu 2014, sebagian besar suara rakyat akan diberikan secara suka rela untuk PDIP.

Ditambah lagi suara kaum golput (golongan putih) yang selama ini tak pernah mau memberikan suaranya karena merasa belum menemukan sosok pemimpin yang berkualitas, dipastikan suara golput akan mengalir untuk Jokowi yang berada dalam naungan PDIP.

Selain itu, dalam memilih capres dan cawapres, rakyat sekarang tak melihat lagi apa partainya. Mengapa? Karena saat ini hampir semua partai belum bisa membuktikan partainya bebas dari suap/korupsi dan menjunjung tinggi hukum sebagai panglima.

Rakyat akan memilih sosok pemimpin yang mewakili kepentingan rakyat, bukan mewakili kepentingan partai dan isi kantong pribadi, kerabat, dan kenalan baiknya.

Hingga kini, ada istilah yang beredar di tengah-tengah masyarakat, yang membuat saya senyum-senyum sendiri, “Apa pun partainya, Jokowi nyoblosnya.”

Nah….loh……….!!!!

Ini warning bagi semua partai, termasuk PDIP tentunya.

Maksudnya, partai-partai di luar PDIP harus berusaha keras mencari figur Capres 2014 yang bisa menandingi pamor Jokowi di mata rakyat agar mampu memenangkan Pemilu 2014. Masih ada atau tidak yang mampu menandingi Jokowi?

Nah, jika benar Jokowi akan diusung PDIP sebagai Cawapres 2014 dan kemudian berhasil memenangkan pemilu 2014, maka PDIP jangan bertepuk dada. Sebab Suara yang diberikan oleh pemilihnya bukan hanya karena melihat melihat PDIP sebagai sebuah partai besar, tetapi juga karena kehadiran sosok Jokowi.

Mengapa? Menggelembungnya suara PDIP dalam kemenangan Pemilu 2014 nanti diindikasikan karena adanya tiga faktor utama, yaitu loyalitas dari simpatisan dan pendukung fanatik PDIP, suara golput yang memutuskan untuk tidak golput sehingga memilih Jokowi yang ada di kandang partai berlambang banteng, dan suara rakyat dari partai lain yang merembes mengalir deras ke kubu PDIP lantaran adanya sosok Jokowi yang fenomenal.


Andaikan (ini hanyalah perumpamaan saja) Jokowi menyebrang  ke partai lain dalam Pemilu 2014, maka Jokowi tetap unggul sebagai Capres 2014 . (puri areta)

1 komentar:

PAK JUNAIDI mengatakan...

SAYA SANGAT BERSYUKUR ATAS REJEKI YANG DIBERIKAN KEPADA SAYA DAN INI TIDAK PERNAH TERBAYANKAN OLEH SAYA KALAU SAYA BISA SEPERTI INI,INI SEMUA BERKAT BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA YANG TELAH MEMBANTU SAYA MELALUI NOMOR TOGEL DAN DANA GHAIB,KINI SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTANG-HUTANG SAYA BAHKAN SAYA JUGA SUDAH BISA MEMBANGUN HOTEL BERBINTANG DI DAERAH SOLO DAN INI SEMUA ATAS BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA,SAYA TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKA JASA BELIAU DAN BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU OLEH RAWA GUMPALA MASALAH NOMOR ATAU DANA GHAIB SILAHKAN HUBUNGI SAJA BELIAU DI 085 316 106 111 SEKALI LAGI TERIMAKASIH YAA MBAH DAN PERLU ANDA KETAHUI KALAU MBAH RAWA GUMPALA HANYA MEMBANTU ORANG YANG BENAR-BANAR SERIUS,SAYA ATAS NAMA PAK JUNAIDI DARI SOLO DAN INI BENAR-BENAR KISAH NYATA DARI SAYA.BAGI YANG PUNYA RUM TERIMAKASIH ATAS TUMPANGANNYA.. DANA DANA GHAIB MBAH RAWA GUMPALA