Senin, 11 Maret 2013

Misteri Ranu Grati dan Naga Baru Klinting


Jadi Tumbal Baru Klinting, Pasukan Amfibi Hilang di Danau Ranu Grati

Ranu Grati adalah danau kecil yang terletak di Kabupaten Pasuruan. Dulu, danau ini pernah menggegerkan masyarakat Indonesia dengan tragedi tenggelamnya tank amfibi beserta seluruh awaknya. Peristiwa tragis itu hingga detik ini masih diliputi misteri. Konon, hilangnya tank disebabkan ulah penunggu danau yang dikenal dengan ular raksasa Baru Klinting.



Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 bulan Oktober tahun 1979. Beberapa kendaraan tank dari Batalyon Zipur 10 amfibi tampak berdatangan memasuki wilayah Grati melewati jalan-jalan kecil desa menuju danau. Terbetik kabar bahwa hari itu mereka akan mengadakan latihan rutin di Ranu Grati.

Bagi anak-anak desa di sekitar danau, acara latihan pasukan amfibi itu merupakan tontonan menarik yang tidak boleh dilewatkan. Bila anak-anak merasa gembira dengan kedatangan pasukan amfibi, tidak demikian halnya dengan para orang tua dan sesepuh desa, mereka merasa tegang dan resah. Mereka merasa khawatir akan terjadi sesuatu marabahaya. Hal ini disebabkan adanya Ranu Grati dijaga oleh ular sebesar Baru Klinting yang setiap saat bisa menelan siapa saja yang mengusik ketenangannya.

Para sesepuh desa merasa khawatir acara latihan pasukan amfibi di perairan Ranu Grati bakal mengusik ketenangan Baru Klinting. Itulah sebabnya mereka mencoba menghalang-halangi acara latihan itu. Beberapa orang sesepuh desa menyarankan agar sebelum turun keair diadakan acara ritual terlebih dahulu, yakni acara selamatan dengan memandikan para anggota pasukan amfibi turun ke danau dengan air bunga.

Ada pula yang menganjurkan agar latihan pasukan amfibi pagi itu ditunda. Hal ini disebabkan salah seorang yang dipercaya dapat berkomunikasi dengan makhluk halus penjaga danau mengatakan bahwa pagi itu Baru Klinting sedang mengadakan sebuah pesta dengan Ratu Pantai Selatan. Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih percaya bahwa Ranu Grati berhubungan dengan pantai selatan Laut Jawa. Sayang sekali belum ada penelitian secara ilmiah yang dapat membuktikan kebenarannya.

Semua saran dan alasan yang tidak dapat diterima secara logika itu ditolak mentah-mentah oleh pasukan amfibi. Mereka lebih percaya dengan hasil survai yang telah dilakukan sebelum mereka turun ke lapangan, karena seperti biasa setiap kali sebelum latihan selalu diawali dengan rencana latihan atau rencana lapangan (Renlap). Sesuai dengan rencana, pagi itu mereka tetap mengadakan latihan dengan menurunkan tujuh buah tank amfibi ke perairan Ranu Grati.

Sebelum tank amfibi beserta awaknya turun ke air, sempat terjadi perdebatan antara orang sesepuh desa dengan anggota pasukan amfibi. Menurut Nur Hasyim (67), saksi mata yang menyaksikan jalannya perdebatan menuturkan. 

“Pak, sebaiknya jangan latihan sekarang, “kata sesepuh desa yang bernama Sulihati. “Bila bapak-bapak akan latihan sebaiknya nanti siang saja,” lanjut sesepuh itu.

“Mengapa ?” jawab salah seorang anggota pasukan. Tampaknya ia merasa kurang senang ada orang lain yang ikut campur dalam tugasnya.

“Berbahaya Pak ! Jaka Baru bisa marah !” kenangnya cemas. Jaka Baru adalah nama asli dari Baru Klinting.

“Biarlah, saya ingin melihat kumisnya Jaka Baru,” tantang orang itu sambil bergurau dan tertawa-tawa. Teman-temannya yang mendengar percakapan itu ikut tertawa. Namun secara diam-diam beberapa orang di antara mereka tampak mulai khawatir dan resah.

Pak Sulihati merasa kecewa karena para anggota pasukan amfibi itu tidak mau mengikuti sarannya. “Sudahlah Pak Sul, para perwira yang gagah berani dari tempat itu. “Sudahlah Pak Sul, para perwira yang gagah berani itu mana mungkin percaya dengan cerita kita,” kata beberapa sesepuh desa lainnya.

Ngotot Latihan
Para anggota pasukan amfibi itu memang pernah mendengar cerita tentang legenda Baru Klinting yang dipercaya oleh penduduk sekitar sebagai sang penunggu danau yang sesekali minta korban persembahan, namun demikian sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa itu hanyalah sekedar cerita atau dongeng yang tidak perlu dipercayai kebenarannya.

Mereka merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena telah mengadakan persiapan latihan secara matang. Lagipula apalah arti latihan di danau dibandingkan dengan latihan di laut seperti yang selama ini biasa mereka lakukan, pikir mereka. Latihan di laut tentu lebih banyak tantangannya dibandingkan dengan latihan di danau yang luas dan kedalamannya tidak seberapa.

Sebenarnya ada juga beberapa orang di antara anggota pasukan Amfibi yang sejak semula kurang setuju untuk mengadakan latihan di Ranu Grati. Mereka lebih suka latihan di daerah Laut Semedu Sari Nguling seperti yang selama ini biasa mereka lakukan. Disamping kekhawatiran akan adanya perbedaan antara air laut dan air tawar akan berpengaruh pada latihan mereka, keberadaan Ranu Grati yang dikenal sangat angker cukup membuat ciut hati mereka.

Nur Hasyim menambahkan, bahwasannya ada salah seorang anggota pasukan Batalyon Zipur 10 Amfibi, Serka Sayyadi yang saat itu ikut serta dalam latihan di Ranu Grati. Serka Sayyadi, menurut Nur Hasyim, merupakan salah seorang dari pelaku sejarah yang sampai saat ini masih hidup. Saat kejadian itu berlangsung beliau masih sangat muda dan berpangkat Prada.

Menurut cerita Serka Sayyadi, pada saat itu dia teman-temannya dari BTR 50 Amfibi akan mengadakan latihan rutin dibawah pimpinan Komandan T. Subiyoto dan Wadan Aminnudin Sobli.
Saat itu ada 7 kendaraan tank yang bergerak menuju Ranu Grati untuk mengadakan latihan. Setelah sampai di tepi danau Pak Sayyadi dan teman-temannya beristirahat sebentar.
Pagi itu ada dua kompi pasukan Amfibi yang hendak mengadakan latihan secara bergelombang. Gelombang pertama ada 6 tank. Tiap tank berisi 20 orang awak, seorang sopir, dan seorang pembantu sopir, jadi jumlah pasukan yang berada di dalam setiap tank sebanyak 22 orang. Seorang komandan tank berjaga di luar ( di atas tank) sebagai penunjuk arah, dengan demikian jumlah seluruh pasukan pada tiap tank 23 orang.

Tepat pukul 08.30 pagi, acara latihan dimulai. Anggota  pasukan Amfibi memasuki kendaraan masing-masing. Pintu tank ditutup rapat, kemudian satu persatu kendaraan amfibi itu mulai turun ke air. Mereka bergerak dari arah barat menuju seberang di sebelah timur. Tank-tank anfibi itu berjalan beriringan di atas danau.

Setelah berjalan kurang lebih sejauh 50 meter, tiba-tiba salah satu tank amfibi berhenti karena mesinnya mati. Orang-orang yang melihat dari tepi danau diliputi  perasaan cemas dan khawatir. Untunglah kendaraan terebut dapat segera ditarik ke darat dan seluruh penumpang berhasil diselamatkan.

Setelah sebuah tank ditarik ke darat, kini hanya tinggal 5 buah tank yang meneruskan perjalanan. Namun tanpa diduga, ketika jarak menuju ke daratan hanya kurang dari 100 meter, tiba-tiba salah satu tank berhenti. Saksi mata mengatakan setelah berhenti tank itu tampak menungging dan moncong meriamnya dengan cepat meluncur ke dalam air. Seluruh penumpang di dalam tank yang berjumlah 22 orang tenggelam, sedangkan komandan tank yang berada di atas kendaraan berhasil menyelamatkan diri dengan cara berenang.

Empat tank yang lain berhasil sampai ke seberang dengan selamat. Pak Sayyadi merupakan salah satu awak dari salah satu tank yang berhasil mencapai daratan dengan selamat. Saat masih di dalam tank, Pak Sayyadi tidak tahu-menahu tentang segala kejadian dan musibah yang menimpa teman-temannya. Setelah sampai di darat dan keluar dari tank, mereka diarahkan untuk berjalan ke tempat semula di sebelah barat. Pada saat itu Sayyadi merasa ada sesuatu hal yang agak aneh, ia melihat ada perahu karet yang berputar-putar di atas air, perahu karet itu memang dipersiapkan untuk mengantisipasi bila ada sesuatu hal yang terjadi di atas air.

Sejauh itu Pak Sayyadi dan teman-temannya masih belum mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi. Ia bertanya-tanya dalam hati apa sebenarnya yang telah terjadi. Seperti juga Pak Sayyadi, teman-temannya yang selamat juga merasa bingung dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan teman-temannya yang telah tenggelam ke dalam air.

Kejadian tenggelamnya tank amfibi itu benar-benar di luar dugaan sebab secara teori dalam keadaan mesin mati kendaraan amfibi seharusnya masih dapat mengapung di air laut selama 8 jam. Tak pernah ada yang dapat menjelaskan secara pasti mengapa pada saat itu tank tersebut tiba-tiba tenggelam ke dalam air. Cerita yang berkembang pun bermacam-macam, mulai dari yang bersifat rasional sampai irrasional.

Sebagian orang mengatakan tenggelamnya amfibi itu mungkin disebabkan berat jenis air laut dengan air tawar berbeda. Namun cerita yang paling banyak berkembang di tengah masyarakat dan dipercaya adalah Baru Klinting sang penunggu danau yang meminta korban. Banyak yang percaya bahwa pada saat itu Baru Klinting sedang mengadakan hajatan dan menjadi marah karena terganggunya acaranya.

Musibah tenggelamnya pasukan amfibi yang tak terduga itu membuat panik semua orang. Tak ada regu penolong khusus yang dipersipakan untuk menghadapi kejadian semacam itu. Di tengah kepanikan, komandan pasukan segera melaporkan kejadian itu kepada pihak-pihak terkait sekaligus memohon bantuan kepada pihak-pihak yang dirasa dapat memberikan pertolongan. Salah satu pihak diharapkan dapat memberikan bantuan adalah Kipam, anggota pasukan katak dari Surabaya yang telah terbiasa menghadapi medan berat semacam itu.

Hiruk-pikuk di sekitarnya tak mampu mengusik ketenangan air dari danau Grati. Dalam air yang tenang itu, menurut kesaksian Nur Hasyim ia melihat seakan ada sesuatu yang halus yang tidak bisa dipandang dengan mata biasa, ia memiliki kekuatan sangat dahsyat yang tidak akan mampu dilawan manusia. Di tengah kegalauan tiba-tiba ada suara meminta tolong, “Tolong siapa yang bernama Pak Sulihati ?” celetuk salah seorang pasukan amfibi didengar oleh banyak orang termasuk Nur Hasyim.

Tanpa banyak berkata-kata kemudian kemudian pak Sulihati mengajak anggota pasukan amfibi itu naik ke atas perahunya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Sambil mendayung ke tengah, pak Sulihati sebenarnya mengerti dengan keadaan para pasukan amfibi.

“Lewat pinggir saja, Pak !” kata anggota pasukan amfibi itu, rasa takut tergambar di wajahnya. Rupanya tenggelamnya tank amfibi yang menenggelamkan beberapa orang temannya telah membuat ciut nyalinya. Sedikit banyak anggota pasukan amfibi itu mulai percaya ada sesuatu misteri di dalam sana. Satu hal yang pasti, sekuat dan segagah apapun manusia tak akan berdaya menghadapi kekuasaan-Nya.
 “Di sini tempatnya !” kata Pak Sulihati sambil menunjuk ke air.

“Kalau begitu sebaiknya Bapak segera turun, mungkin Bapak dapat membantu membuka pintunya,” kata perwira itu.

“Saya tidak tahu letak pintu motor tank, “jawab Pak Sulihati seadanya.
Perwira itu mencoba menjelaskan letak pintu tank kepada Pak Sulihati. Namun demikian, Pak Sulihati tetap tidak mau turun ke air.

“Maaf Pak, untuk menyelam ke danau kita membutuhkan peralatan khusus untuk menyelam. Sekarang ini yang bisa kita lakukan hanyalah memberi tanda pada tempat ini sambil menunggu bantuan datang,” kata Pak Sulihati.

Sudah hampir satu jam tank itu tenggelam ke dalam air. Tak ada yang tahu bagaimana nasib anggota pasukan amfibi yang berada di dalamnya. Para anggota pasukan amfibi lainnya yang masih berada si pinggir danau merasa semakin cemas. Tak ada lagi sesuatu hal yang dapat mereka lakukan untuk menolong teman-temannya kecuali menunggu bantuan datang. Mata mereka tak henti-hentinya memandang ke air, mereka terus berharap suatu saat mata itu akan menyaksikan temannya muncul ke permukaan.

22 Marinir Tewas Dimakan Baru Klinting
Detik demi detik terus berlalu, tak seorangpun dari 22 orang penumpang tank yang tenggelam itu menampakkan diri. Padahal secara logika sebenarnya para penumpang itu masih dapat menyelamatkan diri. Saat menyadari tank itu tenggelam para penumpang seharusnya dapat segera membuka pintu kemudian berusaha berenang ke permukaan air. Entah apa yang menjadi penghambat hingga mereka tak dapat menyelamatkan diri. Apa yang terjadi di bawah sana tak pernah ada seorangpun yang tahu.

Berita tentang tenggelamnya tank amfibi itu segera menjadi berita hangat dan dengan cepat tersiar ke mana-mana. Banyak orang berdatangan ke Ranu Grati untuk menyaksikan kejadian itu. Selain masyarakat sekitar, orang-orang dari luar daerahpun tak ketinggalan datang ke tempat itu. Danau yang biasanya sepi itu, seketika berubah menjadi ramai. Para penjaja makanan pun tak ketinggalan ikut ambil bagian. Mereka ikut berdatangan ke Ranu Grati untuk menjajakan dagangannya kepada para pengunjung yang semakin lama semakin banyak.

Beberapa saat kemudian Pasukan Katak yang didatangkan dari Surabaya telah tiba. Mereka langsung menyelam ke dalam danau untuk melakukan upaya pencarian. Sebuah perahu motor berputar-putar mengelilingi danau sambil membawa magnet detektor yang diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam air. Akhirnya upaya pencarian itu membuahkan hasil. Magnet itu menyentuh sesuatu yang dirasakan agak berat. Harapan yang mulai pupus kini timbul kembali. Mereka merasa yakin yang mereka temukan itu adalah bangkai tank yang tenggelam. Tempat itu segera diberi tanda dengan tali yang bagian atasnya diberi balon.

Setelah ditemukan lokasinya, para anggota pasukan amfibi segera mempersiapkan pengangkatan kendaraan tank ke atas. Semua orang menaruh harapan yang besar pada upaya pengangkatan itu. Banyak orang memperkirakan bahwa seluruh penumpang masih berada di dalam, dengan demikian bila tank itu berhasil diangkat maka seluruh penumpang pun akan ditemukan pula, meskipun mereka mereka merasa tak yakin bahwa setelah terkurung selama beberapa lama di dalam air mereka dapat ditemukan dalam keadaan selamat.

Upaya pengangkatan pun mulai dilakukan. Ketika benda yang diyakini sebagai tank amfibi itu diangkat ke permukaan, semua orang merasa sangat terkejut karena yang terangkat itu ternyata bukan tank amfibi seperti yang mereka duga. Ternyata yang mereka temukan hanyalah bangkai pesawat terbang amfibi yang sudah tua.

Harapan yang mulai tumbuh kembali sirna. Upaya pencarian kembali dilakukan dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih sampai berhari-hari lamanya. Tidak hanya itu, upaya minta petunjuk dan bantuan kepada  orang-orang yang dianggap ‘pintar’ juga telah diupayakan. Rasanya mustahil bila tank amfibi yang tenggelam dalam danau yang tidak terlalu luas itu tidak dapat diketemukan, namun itulah kenyataannya !.

Sampai saat ini, setelah bertahun-tahun lamanya tank amfibi itu belum juga dapat diketemukan. Hal ini semakin menambah keyakinan masyarakat akan hal-hal mistik yang terjadi di sana.
Cerita yang berkembang pun bermacam-macam. Banyak orang yang percaya bahwa tank amfibi yang sudah dikuasai sang penunggu danau dan telah berada di alam yang berbeda, itulah sebabnya tak seorang pun ditemukan.

Menurut pengamatan gaib Samid (39), salah seorang warga yang sering dimintai pertolongan untuk memimpin berbagai acara ritual didanau Grati mengatakan, “Tenggelamnya tank disebabkan karena murka ayahanda Jaka Baru, yaitu Syeh Maulana Begawan Nyampo,” kenang Samid.

Ditambahkan oleh Samid, satu dari dua orang desa Grati yang pernah masuk ke danau Grati selama 3 hari 2 malam mengatakan, “Sebenarnya sampai sekarang tank beserta awaknya itu disembunyikan oleh Begawan Nyampo, karena mereka dianggap telah mengusik ketenangan istana tempat kediaman Bagawan,” tambah Samid yang mengaku sering mengadakan kontak dengan keluarga Begawan Nyampo.

Hari berangsur gelap. Para korban belum juga diketemukan. Anggota keluarga dari para korban mulai berdatangan. Mereka sangat sedih membayangkan orang yang mereka kasihi telah pergi meninggalkan mereka dan terkubur di dasar danau. Mereka tak dapat lagi menahan perasaannya. Ranu Grati saat itu dipenuhi dengan derai tangis dan air mata.

Sudah beberapa hari berlalu, pasukan katak dibantu penduduk sekitar terus-menerus melakukan upaya pencarian, namun belum juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Tank beserta seluruh penumpangnya tak juga diketemukan. Mereka bagaikan menghilang ditelan bumi. Banyak orang sudah mulai hilang harapan. Mereka merasa yakin para korban telah habis dimakan ular siluman atau mungkin diangkat menjadi anggota keluarga kerajaan siluman yang berada di dalam air.

Di tengah keputusasaan, bantuan dukun dan paranormal pun dikerahkan. Mereka diharapkan dapat menyingkap tabir misteri yang menyelimuti peristiwa ini. Mantera-mantera pun mulai dibacakan, dupa dan kemenyan mulai dibakar, bunga-bunga ditebarkan di atas air.

Menurut mereka, beberapa hari lagi korban akan dibawa keluar oleh Baru Klinting. Baru Klinting akan mengembalikan sebagian dari korbannya. Berita keluarnya korban tenggelamnya tank cepat tersebar ke mana-mana.

Orang-orang berdesak-desakan melihat Ranu Grati. Semua orang ingin melihat Baru Klinting memuntahkan korbannya. Dan benar, penantian pengunjung tidak sia-sia. Setelah beberapa jam menanti, tiba-tiba terdengar bunyi bergemuruh di dalam air. Tanpa diberi aba-aba semua orang serentak memusatkan perhatiannya ke tengah danau. Pada saat itu muncul sesosok mayat ke permukaan air dalam posisi berdiri seakan-akan ada dorongan yang sangat kuat dari air di bawahnya, setelah berada di permukaan air mayat itu kemudian rebah dan mengambang di permukaan air.

Tim penolong yang berada di atas perahu segera mendekati mayat itu kemudian mengangkat dan membawanya ke tepi. Para pengunjung yang datang merasa tercengang melihat kejadian aneh yang baru saja mereka saksikan. Semua orang ramai memperbincangkan cara keluarnya mayat dari air yang dalam posisi tegak lurus. Apa yang telah mereka lihat merupakan suatu hal luar biasa yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hal-hal aneh tersebut semakin menambah keyakinan mereka akan adanya hal-hal gaib di Ranu Grati. Setelah peristiwa itu, setiap hari berangsur-angsur muncul lagi beberapa mayat sampai jumlahnya mencapai 6 orang.

Pasukan katak dari Angkatan Laut terus melakukan upaya pencarian sampai 40 hari lamanya, namun tetap saja tak ada lagi korban yang berhasil ditemukan. Cerita yang berkembang tentang pasukan katak pun bermacam-macam. Banyak orang mengatakan beberapa orang dari penyelam itu menemukan hal-hal yang aneh di dalam danau. Ada yang bercerita telah melihat sebuah kerajaan yang sangat indah, ada yang membuat pilar-pilar besar di dasar danau, ada pula yang mengatakan yang melihat hal-hal aneh itu merasa ketakutan dan beberapa orang di antara mereka tak berani menyelam di Ranu Grati lagi.

Setelah melakukan pencarian secara terus-menerus selama 40 hari lamanya, upaya pencarian korban secara resmi dihentikan. Beberapa bulan kemudian seorang nelayan kembali menemukan sesosok mayat yang tidak utuh, hanya kerangka kaki dengan celana dan ikat pinggang yang masih melekat.  Kejadian ini segera dilaporkan, dari celana dan ikat pinggang yang diketemukan, kesatuan mereka mengenai mayat tersebut memang salah seorang dari korban pasukan tank amfibi yang tenggelam. Dengan demikian mayat yang telah diketemukan berjumlah 7 orang.

Untuk mengenang peristiwa tenggelamnya tank amfibi yang terjadi pada tanggal 17 Oktober 1979, kini di Ranu Grati telah dibangun sebuah Tugu Peringatan yang bertuliskan daftar nama 22 anggota pasukan yang telah gugur.
Bertahun-tahun telah berlalu, danau itu airnya tetap tenang seakan tak pernah terjadi sesuatu. Kendaraan tank amfibi dan para korban yang belum ditemukan, sampai saat ini tetap menjadi misteri. Mungkin suatu saat nanti dengan alat yang lebih canggih bangkai tank amfibi itu dapat diketemukan sehingga mengungkapkan tabir misteri.@nov

Berikut Nama-nama anggota Amfibi yang tewas dalam peristiwa tenggelamnya tank di Ranu Grati:

1.      
Serda Gino
476872
12.   
Prada Suhartono
7755153682
2.      
Koptu Sukarjo
409675
13.   
Prada Musyanto
7755153641
3.      
Koptu Bohir
409321
14.   
Prada Bachtiar
7756153860
4.      
Koptu Suwarto
741486
15.   
Prada Firdaus A.
7755153737
5.      
Koptu Sukardi
409788
16.   
Prada Susdiyono
7756153850
6.      
Koptu Tukirin
409815
17.   
Prada Setu
7757153920
7.      
Koptu Sutarto
7758154060
18.   
Prada Moch. Kosim
7757153951
8.      
Koptu Edi Agustina
7757157556
19.   
Prada Ralip
7755153652
9.      
Prada Sutedjo
7757153939
20.   
Prada Urip S.
7755153696
10.  
Prada Rasimin
7756153799
21.   
Prada A. Sialagan
7757153998
11.  
Prada Suparto
7755153660
22.   
Prada Warsilan
7767158921

4 komentar:

Iin Novi Tamala mengatakan...

Sebaiknya di tambahkan kapan asal mula danau grati

Unknown mengatakan...

Terimakasih tentang cerita di blog anda,
Saya ralat ini bukan pasukan marinir , melainkan kostrad angkatan darat
Yang salah satu korbanya adalah pakde saya / kakak kandung dari bapak saya
Prada Suhartono
Korban utuh yang pertamakali di temukan mengambang
Singkat cerita dari nenek dan bapak saya, yang di dalam tank tenggelam semua masih muda dan belum ada yg nikah . Latihan yg emang dilarang oleh warga / para sesepuh pun di bantah komandan nya. dan alhasil tank pun tenggelam,
Suatu pukulan yg berat buat keluarga saya telah kehilangan ditanggal beliau.

hilmi mengatakan...

Semoga arwah beliau diterima disisi-Nya

Unknown mengatakan...

yo ngono iku menungso,mamulo percoyo o nang goib mergo goib iku dak ketok,podo karo awak e dewe sembayang nang gusti pengeran,opo ono wong ngerti rupane pengeran! yo dak onoh wong seng ngerti rupane pengeran...dadi goib iku koyok ngono,wes talah awak e dewe iki urip neng alam dunyo ora dewean,ono kang rupo kasar lan ono rupo alus,seng rupo kasar yo iku manungso kang rupo alus yo iku setan,dedemit,lan sak panungalane.mugo mugo poro dulur ku seng kelelep neng ranu dang dang tutuk lan dadi gedibele panguasane gusti kang moho jagat.matur suwun.