Jurnalis Independen: Ali Sadikin (lahir di Sumedang,
Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 82
tahun) adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang
ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut,
Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen
Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang
disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur
yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh
penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani
Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.
Hari pertama memimpin Jakarta,
bang Ali dapat masukan budget anggaran belanja 66 juta rupiah setahun. 1/3
hasil pungutan daerah dan 2/3nya subsidi.Masya Allah ‘ pikir Bang Ali.
Bagaimana mungkin saya melakukan pelayanan dan pembangunan. Ketika melihat
kecil anggaran.Jakarta saat itu adalah. Ada 3,6 juta warga, yg jumlahnya naik
terus krn urbanisasi. Kebutuhan mereka sejak bayi lahir sampai kuburan.60 %
warga Jakarta saat itu tinggal di kampung yg becek dan menyedihkan. Sanitasi
buruk, tidak ada fasilitas umum untuk kehidupan baik, bang Ali sangat keras.
Hal pertama yang dilakukan membentuk pola budaya kerja di antara pegawai Pemda
sendiri.
Sudah bukan rahasia umum, sebagai
Gubernur bang Ali memaki, berteriak bahkan ada yang ditempeleng karena disiplin
kerja yang buruk. sudah terbiasa dengar suara menggelegar “ Sontoloyo ““ Goblog
“. Kadang dia tulis di disposisi ‘ memang ini warisan nenek moyangnya !.Tahun
segitu ia sudah menyuruh dinas perpajakan kota belajar computer ke Belanda
untuk agar bisa menaikan pendapatan pajak.Motonya’ Service is money, money is
tax ‘ sehingga no tax no service. Jangan rakyat mengharapkan dari saya jika
tidak mau membayar pajak. Bang Ali saat itu yg menggenjot pajak. Walau bukan
pajak pribadi, lewat pajak kepemilikan kendaraan bermotor, sampai pajak
berniaga.Ia berani melegalkan judi. dengan payung hukum, UU no 11 /1957 yang
memungkinkan Pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Ini
terobosan untuk membangun Jakarta . Terlebih dengan anggaran tahunan yang hanya
66 juta rupiah., dan selalu defisit setiap tahunnya . Kelak ketika ia meninggalkan
kursi Gubernur, bang Ali mewariskan surplus kas sebesar 115 milyar rupiah.
Saat itu ada beberapa tempat judi
illegal & dibeking oleh ABRI. daripada gelap, lebih baik dilegalkan dan
uang pajak masuk ke kas pemda, bang Ali juga menegaskan judi hanya untuk
masyarakat Cina, karena sudah dianggap budaya, juga untuk mereka yang bukan
Islam dan orang asing. Hanya saja ekses sampingan banyak warga pribumi yg
beragama Islam yang ikut main judi. Bang Ali kesal sekali. Kata Bang Ali. “
kalau umat Islam ikut judi, artinya keIslaman orang itu yang bobrok, bukan
Gubernurnya “ .Bang Ali berkata : ini tanggung jawab saya di akhirat. Saya
bilang ke Tuhan, ada 300 ribu anak yg tidak sekolah, dan 3 juta warga yg
miskin. Kondisi sekolah di Jakarta saat itu, sekolah -sekolah hanya dengan
lantai tanah dan dinding bamboo, dengan meja dijejali sampai 5 orang .Bang Ali
: Banyak ditemukan penyakit kusta di kota ini, bahkan anak - anak dengan perut
buncit, gusi merah dan mata melotot.
Dengan uang judi Bang Ali
membangun Jakarta, untuk sekolah dihabiskan 20 milyar, sampai tahun 1974. Sudah
700 gedung sekolah dibangun. Itu belum termasuk fasilitas sosial, puskesmas,
perbaikan kampung MHT, membeli bus-bus, memperbaiki shelter. Untuk pembangunan
jalan - jalan, menghabiskan biaya 17 milyar, hampir seperempat dari total
pengeluaran pembangunan DKI .Belum lama bang Ali jadi Gubernur , selama 2 hari
keliling Jakarta naik bus. Hujan dan ikut berdesak desakan dengan penumpang
lain. Saat itu ia tahu runyamnya transportasi Jakarta, orang naik bus dimana
saja, turun kapan saja, tidak ada terminal. Ia datang ke Bapenas minta Bus,
dapat pinjaman dari Amerika untuk beli bus sebanyak 500. Lalu dengan uang (
judi ) ia membeli tambahan 2500 bus. Lalu Bang Ali dirikan terminal Lapangan
Banteng, Grogol, Cililitan, Blok M , Pulo Gadung dan banyak lagi. Juga shelter
bus. Problem lainnya, harga tarif angkutan bus tidak sesuai dan harus dinaikan.
Tapi pasti akan diprotes DPRD dan rakyat.Bang Ali tidak perduli, kalau ingin
fasilitas bagus, mesti bayar, enak aja mau murah , Supir-supir bus pernah
mengadu ke Bang Ali, karena banyak oknum ABRI tidak mau membayar bus, mereka
para supir kerap dipukuli ketika ditagih . Bang Ali menyanggupi dengan
persyaratan. Para supir bus tidak boleh memuat penumpang lebih dari 50 orang
setiap busnya. Bang Ali lalu membuat surat kepada garnisun dan komandan POM
ABRI, bahwa semua ABRI yang naik bus harus bayar.
Bang Ali Gubernur yg kejam pada
tukang becak. Perlahan becak dihilangkan. “ Saya tidak mau Jakarta kelak jadi
seperti Calcuta, India.Dia juga pernah bersama Komandan Polisi Jakarta, tiba
tiba melakukan razia bus - bus, dan menggiring puluhan bus - bus nakal masuk ke
polda . Demikian oplet diatur menjalani rute ke arah luar kota saja. Jakarta
tidak boleh ada oplet. Mungkin oplet sejenis angkot jaman sekarang.
Bagi Bang Ali, Sudah biasa dia
mengatur lalu lintas disekitar Sarinah. Terutama ketika banjir plus bajunya
kotor terciprat air genangan . Tahun 1974 ia dan team Jerman sdh buat studi
jaringan kereta api Jakarta yg berhubungan, dg arus keluar masuk dari dan ke
daerah lain, salah satu peninggalan Bang Ali yang terkenal adalah proyek
perbaikan kampung MHT – Mohamad Husni Thamrin . Kampung di Jakarta saat itu
tidak ada air bersih, tak ada jalan, MCK diempang-empang, pintu rumah
berhadapan dg kakus. Ia datang ke Bapenas, tapi gagasannya ditolak karena
menurut Pemerintah Pusat, perbaikan kampung bukan prioritas. Dengan uang judi
Bang Ali mulai menggarap lima daerah. Kampung Bali, Jawa, Pademangan, Keagungan
dan Kartini. Lalu menyusul kampung lain. Perbaikan meliputi jalan - jalan untuk
kendaraan, pembuatan jembatan, got got, bak - bak sampah, fasilitas puskesmas,
membangun sekolah, MCK.
Bang Ali Gubernur yg pertama kali
buat peraturan bahwa setiap orang yg menebang pohon besar wajib berkonsutasi dg
Dinas Pertamanan, suatu hari ia kedatangan Buyung Nasution, ia mendirikan LBH
& minta dukungan. Oleh Pemda DKI diberikan bantuan keuangan tanpa ikatan.
Alasan Bang Ali, Saya suka dikontrol, banyak masyarakat bawah yang buta hukum
tapi butuh bantuan hokum, kadang Bang Ali jengkel dengan Adnan Buyung, sudah
dibantu kok malah sering menggugat. Tapi Bang Ali berpikir, toh itu memang
tugas LBH . Selain judi, Bang Ali yg melokalisasi WTS , yakni di kawasan Kramat
Tunggak. Waktu itu daerah Kramat Tunggak masih jauh dan terpencil, banyak WTS
yang berkeliaran di jalan jalan. Saat itu mereka berkeliling dengan becak ,
sambil menjajakan dirinya. Disebut becak komplit. Ia diprotes ulama, dianggap
legalkan prostitusi. Kata Bang Ali, harus diaturr, dengan dilokalisasi, bisa
dikontrol dg suntikan berkala.
Bang Ali meminta Ciputra melalui
Yayasan Jaya Raya untuk membantu pendirian majalah Tempo, karena kelompok
jurnalis ini memiliki potensi. Lucunya di nomor pertamamya sudah menyentil
Gubernur. Kritik diperlukan. Tapi kritik yg mengada ada saya lawan. Kata bang
Ali. Ini konsekuensi jadi Gubernur, kalau tidak mau dikritik, hangan jadi
pejabat publik. Bang Ali selalu menganggap kritik punya maksud baik. Ada yang
mengkritik soal judi. Dia anggap baik, maksudnya baik, jangan sampai Jakarta
jadi kota maksiat. Kata Bang Ali, Saya dikritik jadi Gubernur judi,gubernur
maksiat. Biar saja. Mereka tidak paham apa maksud saya.
Bang Ali dikritik tentang night
club, Dia bilang. “ Sebagai warga kota industry, dagang, jasa. Orang ada
capeknya. Biar mereka menghibur diri. Bang Ali menambahkan, tidak mungkin 5
juta penduduk Jakarta malaikat semua. Night Club, Pacuan Kuda, Anjing, Hailai
didirikan untuk lapisan yang lebih berada. Sebagai kota metropolitan untuk masayarakat
heterogen. Umar Ismail, karena usaha fimnya seret, minta ijin buat night club.
“ Apa benar Pak Umar “ Tanya Bang Ali. Maka berdirilah Miraca Sky Club.
Untuk dunia sastra. Ayip Rosidi
datang.Lalu ia panggil Ciputra utk pinjamkan 20 juta utk modal pendirian
penerbit “ Pustaka Jaya “. Untuk Pacuan Kuda, Bang Ali mengangkat Alex
Kawilarang mantan tokoh Permesta yag paham dengan urusan kuda , kerja sama
dengan Australia termasuk melatih joki - joki, membuat pacuan Kuda di Jakarta
lebih bagus daripada yg ada di Jepang. Peraturan ditetapkan, yang nonton harus
pakai sepatu, jas dan dasi sesuai standar pacuan kuda Internasional, kata Bang
Ali.
Bang Ali temperamental, ketika ia
melihat supir truk ugal ugalan di jalan, ia langsung menghentikan truk itu,
lalu menempeleng supirnya. Buya Hamka dipersilahkan naik helikopter, karena
jalan jalan Jakarta dibangun dengan judi. Demikian ia membalas sindiran sang
Buya. Pernah juga ketika membangun sebuah proyek DKI. Ia mendapat laporan bahwa
pasokan semen terganggu karena pemasoknya nakal, lalu ia memanggil direktur
pemasok semen. Setelah dipanggil berkali kali, tidak muncul. Baru pamggilan ke
tiga , ia muncul . Ditanya, jawabannya berbelit belit. ‘ PLaakk “ ditampar 3
kali oleh Bang Ali. Barulah dia janji akan menepati pasokan sesuai kontrak.
Pada 3 tahun pertama, ia bangun
50 lap terbuka, 70 lapangan tenis, 4 kolam renang besar, 25 lapangan basket ,12
gelanggang olah raga. Generasi muda digarap dengan program terpadu pendidikan,
kebudayaan, olah raga dan sebagainya. Maka dibentuk Karang Taruna di tiap
kelurahan dan RW . Untuk mereka di bangun Gelanggang remaja di lima wilayah
kota dan Balai Rakyat di tiap kecamatan . Untuk Gelanggang Remaja, termasuk
kolam renang dan fasilitas olah raga lainnya. Belum termasuk membuat kompleks
olahraga SMP/ SMA. Bang Ali juga membangun Gelanggang Olahraga Mahasiswa yg
diberi nama Soemantri Brojonegoro di daerah Kuningan, walau dicurigai
Pemerintah Pusat sbg akal Ali Sadikin utk mengambil hati mahasiswa, namun pusat
menyumbang seperlima dari total biaya. Bang Ali juga membangun jalan jalan di
Jakarta. Termasuk jalan Pemuda dan Jalan Pramuka yang mestinya proyek
Pemerintah Pusat. Bang Ali tidak pernah melihat ini proyek pusat ini proyek
Pemda. Baginya cukup dilihat sebagai proyek yang membawa manfaat bagi Jakarta.
Bang Ali adalah satu satunya
Gubernur yg paling peduli dengan film nasional, menurutnya film telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Pemda DKI membangun pusat perfilman di Kuningan, termasuk
Sinematek untuk mendokumentasikan arsip film. Waktu diresmikan Sinematek yg
pertama di Asia. Bahkan waktu itu Hongkong dan Jepang belum ada. Pada akhir
masa jabatannya telah ada 130 gedung bioskop, bandingkan saat ia pertama
menjabat hanya 47 bioskop. Bang Ali mewajibkan semua bioskop untuk memutar film
nasional, bahkan setiap film yang baru release, akan dipromosikan di balai
kota. Pajak yang diambil dari film, dikembalikan ke film. Salah satunya adalah
mendirikan pusat perfilman di Kuningan. Bang Ali juga kesal dengan BSF ( Badan
Sensor Film ). Ia berkata " Saya jengkel, BSF bekerja terlalu
kampungan" . Bang Ali : Yang dipakai BSF norma yg cocok utk Probolinggo,
Cibinong dan tidak sesuai dg Jakarta sebagai kota Intermasional. Kata Bang Ali.
Pemotongan film jangan terlalu banyak. Kalau takut porno, diam di rumah saja ,
jangan nonton film, kalau banyak yg dipotong, maka penonton rugi dan bioskop
rugi. Saya juga rugi karena pajak juga berkurang. Kata Bang Ali jengkel. Lalu
Bang Ali minta agar Pemda DKI masuk dalam struktur badan sensor, tapi ditolak .
Bang Ali mendirikan Taman Ismail
Marzuki 10 Nov 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya. Baginya
kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita- cita
menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana Induk 20 tahun
kedepan. Bang Ali juga yg mengatakan, sebuah kota dilihat berbudaya apa tidak,
dengan melihat jumlah museum yg dimiliki. Bang Ali sering ke TIM dadakan, ia
senang bergaul dengan seniman, darinya ia memperoleh inspirasi ide kreatif
Jakarta. Seniman bilang sekolah seni hanya ada di Bandung, Jogja. Masa di
Jakarta tidak ada ? Lalu ia mendirikan LPKJ yang menjadi IKJ. Kelak Ide Bang
Ali adalah seniman yg lulus dari sekolah ini mengisi ruang kreatif melalui
gelanggang- gelanggang remaja di tiap kota madya.
Salah satu usaha mencapai
keadilan sosial adalah menciptakan kesempatan setiap warga memperoleh derajat
pelayanan kesehatan yang layak. Sampai akhir masa jabatan sdh ada 243
Puskesmas. Disetiap kelurahan harus ada Puskesmas, 2 - 3 Puskesmas dengan
masing masing 2 dokter. Pemda DKI membantu RS swasta dan Pemerintah, guna
menutupi kekurangan peralatan serta subisidi bagi yang tidak mampu. Bang Ali,
menentukan tarif. Kelas satu, Kelas Dua, Kelas tiga, -kelas umum, lalu pegawai
negeri dan pensiunan. Kelas empat Gratis .Pemda DKI melakukan proyek Home
Nursing, bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pengobatan atau
vaksinasi setiap minggu. Home Nursing bikin kesadaran kesehatan diri sendiri /
ingkungan. Sampai akhir masa jabatan, telah dididik 700 kader kesehatan.
Pemda DKI juga mempunyai 17 team
medis keliling dengan mobil yang masing masing bergerak 4 kali seminggu ke
seluruh daerah kota Jakarta. Team medis mobile termasuk pelayanan KB. Ini untuk
mengantisipasi kelurahan yang belum memiliki Puskesmas. Untuk kesehatan
sekolah, bekerja sama dengan Puskesmas, dibentuk team kesehatan sekolah,
termasuk menangani kesehatan gigi. Bahkan untuk murid-murid yang kesehatannya
terganggu atau kekurangan gizi, pemda DKI membangun tempat peristirahatan di
Cimacan, Cipanas. Bang Ali mendirikan Perhimpunan Donor Darah Jakarta untuk
menutupi kekurangan pasokan darah untuk PMI, ini setelah Prof Satrio , ketua
PMI datang padanya dan mengeluh bahwa bantuan dari Pemerintah Pusat tidak
kunjung tiba. Alasan Pemerintah karena waktu itu PMI bukan bagian dari Dep.
Kesehatan. Hanya semacam badan social. Bang Ali buat kesepakatan dengan Polisi,
siapa yg buat SIM harus nyumbang darah, kecuali mereka dg surat dokter memang
tidak bisa. Ia mewajibkan pegawai Pemda, institusi pendidikan, universitas
sampai kedutaan menjadi donor. Akhirnya PMI punya stock darah yang banyak.
Sejak tahun 1970 Bang Ali membentuk Palang Merah Remaja ( PMR ) di SLP dan SMA
untuk meningkatkan kesadaran remaja.
Bertepatan 10 tahun Bang Ali
menjadi Gubernur. Ia meminta Presiden Soeharto meresmikan Balaikota yg
bertingkat 23. Ia teringat pesan Bung Karno, supaya jangan membangun gedung
yang lebih tinggi di sekitar Monas. Ia teringat mimpi - mimpi Bung Karno yang
berkhayal air mancur di tengah kota, hotel hotel megah, tempat rekreasi, museum
dan art gallery. Bang Ali selalu menyebut ini ketika meresmikan pasar Senen,
Taman Ancol sampai Hotel hotel berbintang. Tentang Ancol, itu ide Bung Karno.
Suatu hari ia dipanggil , untuk mengubah daerah rawa dan jin buang anak, jadi
tempat wisata. Bang Ali membangun kawasan otorita, seperti Kuningan, Pulomas,
Pondok Pinang, Sunter, Proyek Senen, Cempaka putih.
Bang Ali juga bangun konvension
hall pertama di Jakarta. Waktu itu tk menyambut PATA Conference 1974. Karena
DKI tidak punya dana, maka ia bekerja sama dengan Ibnu Sutowo Pertamina. DKI
menyediakan tanah di pojokan Senayan. The Big Village. Mimpi buat Jakarta
sejajar dg kota metropolitan di dunia. Jakarta punya kekhususan yg berbeda
dengan kota lain di Indonesia. Bang Ali selalu dicambuk untuk menambah ruang
publik , ruang hijau untuk fasilitas warga, yg jumlahnya bertambah terus.
Sejak1968 dibuat perayaan HUT DKI
secara rutin. Perayaan besar-besaran di seluruh kota. Bang Ali terinspirasi
oleh Carnaval Rio de Janeiro. Katanya, “ Biar rakyat kecil terhibur, mereka
tidak bisa bersenang senang di Night Club. Mereka harus ada hiburan “ , setiap
ulang tahu Jakarta, jalanan Thamrin ditutup sampai Monas. Semua warga Jakarta
tumpah berbaur disana. Kebiasaan Bang Ali, pada malam 21 ke 22 Juni tepat pukul
24.00, ia bersama istri muncul di panggung berteriak’ Hidup Jakarta ".
Bang Ali bilang ia ingin menghibur rakyat yg tinggal di kampung kumuh. Menarik
mereka keluar rumah menghirup udara segar dan bergembira. Bang Ali senang jika
ada warga yang gelar tiker, sambil makan kacang di pinggiran taman Jalan
Thamrin.
Gagasan membuat tempat hiburan
selalu dikembangkan. Taman Ria Remaja, Kebon Binatang, Taman Ancol, Jakarta
Fair serta taman-taman kota, bang Ali selalu wanti wanti kepada petugas, jangan
mengganggu remaja remaja yang pacaran. “Jangan ganggu mereka “ pesannya. “
kalau hanya sampai berpelukan. Biarkan mereka “ Ketika Bang Ali turun.
Kepergiannya ditangisi oleh warga Jakarta. Barang kali ini satu satunya
Gubernur yang dicintai oleh warganya. Oleh IAIN Ia dianugrahkan gekar Al Bani
yang artinya Bapak pembangunan ibu kota. Ia membantu gedung, perpustakan dan
asrama mereka. Ketika awal menjabat jumlah Mesjid di Jakarta 600, dan tahun
1977 sudah menjadi 1070, Jumlah mushola jumlahnya 3500, telah menjadi 4500.
Sebagai Gubernur yang melegalisasi judi, pada saat perpisahannya. Bang Ali
mendapat penghargaan lencana emas dari ketua MUI Jakarta.
Sardono W Kusumo buat pagelaran “
Yellow Submarine “ Cerita ttg Ali Sadikin membangun tempat ‘ remang remang ‘
tapi juga tempat indah. Bang Ali tersenyum. Sardono tidak bohong, Saya memang
harus melayani semua pihak. Bisik Bang Ali. Mahasiswa UI ramai ramai membuat
kaos “ Bang Ali you are the best “ serta memakainya ketika mengundang Bang Ali
datang ke kampus UI. Spontan anak2 SD, mengurung Bang Ali , Nyanyi , Ini dia
Bang Ali kita, orangnya ramah jarang ditemu. Sayang sekali masa telah habis.
Orkes remaja, dan musisi mengadakan pagelaran perpisahan. PSSI buat perpisahan
dg pertandingan Persija melawan Persebaya.
Bang Ali juga diundang menghadiri
pimpinan gereja gereja di Jakarta, yang membuat doa syukur karena keberhasilan
memimpin Jakarta. Perpisahan resmi dengan pegawai pemda, dihadiri 15 ribu orang
di Istora Senayan, sehingga banyak yg duduk bersila dilantai. Hari perpisahan
di Balai kota lebih dipenuhi warga, Ada pemuda membawa gitar, minta ijin
bernyanyi di depan Bang Ali, ada yag baca sajak. Pada hari perpisahannya, ada
wartawati yang memberi ciuman di pipi, ada mahasiswa yang memberi lukisan, ada ibu
datang dari Jogja membawa gudeg, sebagai rasa terima kasih, karena anaknya yang
merantau ke Jakarta bisa hidup di kota besar.
Bang Ali diarak dengan sado dari
Mesjid Al Azhar ke gedung Walikota Jaksel, rakyat berebut menyalami. Tak terasa
air mata Bang Ali basah. Selesai tugas, Bang Ali sebagai Gubermur selama 11
tahun. Ia telah meninggalkan warisan kepada warga Jakarta, yang tidak bisa
dilakukan oleh gubernur-gubernur selanjutnya.
“Setelah Bang Ali, hanya Sutiyoso
yang mendekati keberhasilan dalam mengurai persoalan Jakarta, mulai
transportasi dan produktifitas bisnis sampai masalah social lainnya. Sayangnya,
implementasi dalam bidang transportasi yang dirancang kurang berhasil
dijalankan penggantinya, sehingga aktifitas bisnis di Jakarta menjadi kurang
produktif akibat didera kemacetan parah setiap hari,” kata Anwar pada Pos Kota,
Senin (14/3) di Jakarta.
Karena itu, wajar sekali jika
masyarakat Jakarta sangat merindukan figur ‘Ali Sadikin muda’ untuk memimpin
DKI Jakarta ke depan.
Guna mendapatkan sosok tersebut,
hendaknya jangan lagi melalui pendekatan kekuasaan melalui partai, melainkan
harus melalui pendekatan kebutuhan DKI.
Ketika Sutiyoso berniat mengikuti
langkah yang ditempuh Bang Ali, ternyata respon masyarakat berbeda. Banyak
masyarakat yang menentang rencana Bang Yos. Menurut Bang Ali, situasi sekarang
rakyatnya sudah lain. Sekarang kenyataannya sudah rusak akibat politik dan
segala macam. Sehingga masyarakat makin tidak terkendali. DPRD dulu lain dengan
sekarang. Sekarang juga ada LSM dan segala macam.
Yang tidak pernah surut adalah
semangatnya. Apalagi bila berbicara tentang Jakarta. Dia tak lelah menjelaskan
dengan runtut dan detail berbagai program yang dijalankannya selama dua periode
menjabat Gubernur Jakarta. Saat menerima tugas sebagai gubemur pada 1966,
inflasi mencapai 600 persen. Sarana pendidikan, kesehatan, pasar, dan tempat
ibadah jumlahnya tidak mencukupi untuk melayani masyarakat Jakarta. Sedangkan
anggaran yang ada hanya Rp 66 juta.
Ali Sadikin, meninggal dunia
dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles,
Singapura. Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn), itu meninggal setelah dirawat
selama sebulan di RS tersebut.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar