Jurnalis Independen: Masa kecil Iwan
Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi
selama 8 bulan. Selama di Jeddah itu, Iwan Fals selalu menyanyikan dua lagu
utnuk hiburannya, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
Untuk menarik
perhatian teman-temannya, Iwan Fals membuat lagu-lagu yang liriknya lucu,
humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temannya tetawa
mendengarkan lagu-lagu yang ia bawakan. Setelah merasa mampu membuat lagu
sendiri, apalagi bisa membuat orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari
pendengar lebih banyak. Iwan Fals pun suka mengisi acaraa hajatan, kimpoian,
atau sunatan. Dulu Iwan Fals memilki manajer bernama Engkos, seorang tukang
bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia
selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan. Karena itulah Iwan Fals un
mulai sering tampil di acara-acara.
Ketika di SMP 5
Bandung, Iwan Fals juga menjadi gitaris kelompok paduan suara sekolah. Suatu
ketika, seorang guru menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski
belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar,
Iwan Fals menawarkan diri. Maka jadilah ia pemain gitar di paduan suara
sekolahnya.
Banyak yang
bertanya tentang asal nama Fals yang ia gunakan. Nama itu ternyata didapat
sewaktu dalam perjanan dari Jeddah kembali ke Jakarta. Waktu pulang dari Jeddah
pas musim Haji, di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, Iwan hanya
menenteng gitar kesayangannya. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat,
membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiri Iwan dan
meminjam gitarnya. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Suara
gitar milik Iwan terdengar fals. Setelah membetulkan steman nada gitar,
pramugari itu lalu mengajari Iwan memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob
Dylan. Peristiwa itulah yang menginspirasi Iwan menambahkan Fals di belakang
namanya hingga kini terkenal dengan panggilan Iwan Fals.
Karir bermusik
Iwan Fals makin terbentuk saat ada orang datang ke Bandung dari Jakarta yang
mengenal produser musik. Waktu itu Iwan Fals baru sadar kalau ternyata
lagu-lagu yang ia ciptakan sudah terkenal di Jakarta. Jauh sebelumnya, Iwan
Fals pernah rekaman di Radio 8 EH dan lagunya sering diputar di radio itu
hingga akhirnya radio itu kena bredel oleh Pemerintah. Waktu itu Iwan Fals
masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya
membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto
Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album
tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.
Setelah mendapat juara di festival musik country, Iwan Fals ikut festival lagu
humor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat
direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi
juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan.
Akhirnya Iwan
Fals melakukan rekaman di Musica Studio. Musiknya mulai digarap lebih serius.
Setelah itu, lahirlah album bertajuk arjana Muda, yang musiknya ditangani Willy
Soemantri dan mendapat respon luar biasa. Namun, Iwan tetap menjalani
profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah,
kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun
1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat
ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan
mengamen langsung dihentikan.
Saat bergabung
dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan
semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal.
Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata
Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi.
Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser
musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia. Selama Orde
Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat
pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.
Iwan yang juga
sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat
Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan
melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat
menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang
Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar rumput’.
Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh
Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan
pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa
dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan
Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara
dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.
Album-album
karya Iwan Fals antara lain: Canda Dalam Nada (1979), Canda Dalam Ronda (1979),
Perjalanan (1979), 3 Bulan (1980), Sarjana Muda (1981), Opini (1982), Sumbang
(1983), Barang Antik (1984), Sugali (1984), KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan)
(1985), Sore Tugu Pancoran (1985), Aku Sayang Kamu (1986), Ethiopia (1986),
Lancar (1987), Wakil Rakyat (1988), 1910 (1988), Antara Aku, Kau Dan Bekas
Pacarmu (1988), Mata Dewa (1989), Swami I (1989), Kantata Takwa (1990), Cikal
(1991), Swami II (1991), Belum Ada Judul (1992), Hijau (1992), Dalbo (1993),
Anak Wayang (1994), Orang Gila (1994), Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996),
Kantata Samsara (1998), Best Of The Best (2000), Suara Hati (2002), In
Collaboration with (2003), Manusia Setengah Dewa (2004), Iwan Fals in Love
(2005), 50:50 (2007), Untukmu Terkasih (2009) - mini album, Keseimbangan - Iwan
Fals (2010), Tergila-gila (2011).@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar