Jurnalis Independen: Sebelum nasi
menjadi bubur, Ketua Forum Pemred mencium aroma politik kondom dalam Forum
Pemred yang digelar 13-14 Juni lalu, segera ngacir dan mengklarifikasi kepada
sejawatnya di jajaran internal Tempo.
Pemimpin Redaksi majalah Tempo
Wahyu Muryadi menyatakan mundur sebagai Ketua Forum Pemred terhitung mulai
malam ini, Selasa 18 Juni 2013. Dia juga keluar dari organisasi yang belum lama
ini menggelar pertemuan puncak di Bali. “Saya mengambil keputusan mundur dan
keluar dari Forum Pemred setelah menerima masukan, saran, dan kritik dari
berbagai kalangan, terutama dari internal Tempo,” ujar dia.
Wahyu mengaku segera berkirim
surat pengunduran diri kepada penasihat Forum Pemred yang diketuai Karni Ilyas,
Pemimpin Pedaksi TV One. Dia juga akan mempertanggungjawabkan seluruh
administrasi terkait dengan penggunaan anggaran, termasuk dana untuk acara di
Bali pada 13-14 Juni lalu. “Malam ini saya bertemu dengan teman-teman di Forum
Pemred untuk menjelaskan langkah saya,” kata Wahyu.
Dia menjelaskan, pada Senin lalu,
di internal Tempo berlangsung forum klarifikasi. Acara tersebut dihadiri oleh
sekitar 40 awak redaksi mulai dari reporter, redaktur, direktur, hingga
redaktur senior Goenawan Mohammad. Forum klarifikasi itu diadakan menyusul
pertemuan puncak Forum Pemred di Bali.
Menurut Wahyu, acara di Bali yang
diikuti sekitar 200 pemimpin redaksi itu disemarakkan pelbagai acara, seperti
diskusi dengan pembicara para konglomerat yang memiliki media massa. Ada pula
jamuan makan malam di Hotel The Stone milik pengusaha Oesman Sapta Odang yang
meluncurkan tabloid Suara Pemred dan Menit.Tv.
Wahyu menegaskan, dua media massa
itu bukan bagian dari Forum Pemred. Bahkan peluncuran tabloid dan televisi ini
di luar agenda pertemuan puncak. “Itu inisiatif Oesman Sapta,” katanya. Selain
acara di The Stone, para pemimpin redaksi dijamu pengusaha Tomy Winata di hotel
miliknya, Kartika Plaza. “Di acara Tomy saya tak hadir.” Pertemuan ditutup
dengan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Forum klarifikasi adalah
pertemuan internal Tempo untuk mendengarkan penjelasan Wahyu Muryadi soal acara
itu. Pertemuan Bali menjadi bisik-bisik di kantor Tempo dan ramai digunjingkan
di media sosial, karena acaranya diduga menyalahi etika profesi wartawan dengan
menampung sponsor dari banyak perusahaan hingga Rp 4,2 miliar. “Pertemuan terbuka seperti ini tradisi di
Tempo agar tak ada bisik-bisik,” kata Toriq Hadad, Direktur Produksi Tempo.
Wahyu menambahkan, ia berniat
menyebarkan sikap independen, antisuap, dan idealisme kepada para pemimpin
redaksi ketika menginisiasi berdirinya Forum Pemred pada 12 Juli 2012. Dalam
sesi tanya-jawab, semua wartawan Tempo tak ada yang menyangsikan niat baik
Wahyu, tapi mereka menganggap kegiatan Forum Pemred bisa tergelincir melanggar
kode etik. “Apa gunanya Forum Pemred itu?” kata Goenawan Mohamad, pendiri
Tempo. “Sebagai wartawan Tempo kita harus lebih sensitif karena ini menyangkut
kredibilitas.”
Setelah dicermati, kata Wahyu,
Forum Pemred dirasakan banyak mudlaratnya dibanding faedahnya baik untuk
dirinya maupun bagi organisasi Tempo. “Saya sedih memikirkan perbuatan saya
yang dianggap salah, karena itu saya siap diperiksa Dewan Etik,” kata Wahyu.@Temp/JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar