Rabu, 05 Juni 2013

Para Eksekutor Penjerat Anas Urbaningrum Ternyata Antek Cikeas


Jurnalis Independen: Salam Republik Wayangku Tercinta. Lama tak jumpa, lama tak bersua namun akhirnya datang juga. Mohon maaf baru bisa membuat letih jari jemari karena kesibukan studi doktoral dan popularitas akhir-akhir ini yang sangat mengganggu aktivitas.

Apa kabar dunia perpolitikan negeri Indonesia? Apa kabar Dinasti Wayang Batara Guru di Khayangan Langit Biru? Tampaknya begitu adem ayem pasca pengusiran Yudhistira dan para Pandawa. Begitulah politik. Sangat kejam dan menguji batin dan raga, namun siapa yang mampu lulus dari ujian, dia akan menjadi ksatria pilih tanding.

Apa kabar Anas Urbanignrum? Dengar-dengar sedang beralih profesi menjadi guru ngaji nih? Baguslah, memang seorang politisi juga harus menyeimbangkan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, bukan mementingkan diri sendiri dan suka berprasangka. Mungkin dunia perpolitikan di negeri ini harus menerapkan dengan tegas sebuah invicible rule tentang sebuah kepemimpinan yang mengharuskan “bisa mengaji” (untuk muslim) bagi setiap pemimpin. 

Lantas, apa kabar KPK? Apa kabar Abraham Samad? Sudahkan mendapatkan harga setimpal dan upah atas kerja kerasnya mentersangkakan Anas? Dengar-dengar ada yang baru diputihkan nih kasus hukumnya? Begitulah KPK, saya tak mau menyalahkan lembaga negara satu ini karena fungsinya memang sangatlah baik. Yang membuat intergritas KPK dipertanyakan adalah perilaku dan kelakuan buruk para oknum anggota dan pimpinannya yang korup. Ironis, lembaga pemberantas korupsi justru dihuni oleh anggota yang korup.

Berbicara soal kelakuan korup oknum KPK, ada beberapa makanan empuk dari para anggota KPK yang masih concern  dengan kebaikan dan keadilan memberikan sedikit info mengenai manuver beberapa oknum KPK terhadap proses pentersangkaan AU. Orang-orang inilah seyogyanya yang selalu getol untuk menyeret AU ke jeruji besi. 

Yah, peran mereka memang tak seperti Abraham Samad atau Bambang Widjoyanto yang face to face  dengan publik. Mereka tersembunyi dari publik, namun begitu terlindungi oleh sistem. Saya akan berbagi sedikit info saja mengenai orang-orang ini. Orang-orang yang menjalankan peran sebagai teropong target menembak AU. 

Para otak penjerat AU suruhan Cikeas di KPK adalah orang-orang yang cukup memiliki posisi tinggi. Pertama, Bambang Sukoco, Kepala Satgas Lidik KPK bekas Diskrismum polda Jatim. Kedua, Warih Sadono adalah Direktur Penyidikan KPK. Warih berasal dari Semarang dari unsur Kejaksaan, merupakan bekas staff ahli jaman Jaksa Agung Abdul Rahman, ditugaskan oleh Hendarman bersama korp kejaksaan lain untuk menyembelih Anas,dan sudah mendapat upah setimpal di BPN lalu. 

Warih Sadono inilah yang paling besar perannya dalam menjatuhkan AU. Dia lah yang berperan mencari bahan tuntutan terhadap AU. Warih ini adalah orang dekatnya Ani Yudhoyono yang ada di KPK. Ketiga, Ibu Firdaus bekas kepala sekretariat pimpinan dari unsur BUMN, sekarang kembali ke BUMN. Keempat, direktur penyadapan KPK dari unsur PU, Ibu Ina yang mempunyai staf perempuan handal untuk operasi lapangannya. Orang-orang orang ini dibantu oleh pakar-pakar hukum yang merekayasa penersangkaan AU yakni Asep dari Bandung dan Edward dari Jogja. 

Selain beberapa orang diatas, sebenarnya masih banyak aktor-aktor dibalik layar yang harus disebutkan, namun akan menjadi tidak menarik jika dibukakan semuanya. Secara mudah dipetakan semua staf dari kantor pemerintah dikendalikan atasanya dari instansi asalnya lalu dibina oleh orang kuat di kantor samping presiden. Instansi tersebut dari PU, BUMN, BPKP, Kejaksaan, Kepolisian dan lainnya. 

Tugas mereka disamping melaksanakan kewajiban sebagai aparat KPK juga menjalankan penugasan dari kantor kepreidenan melalui instansi asalnya. Karena pembinaan karir mereka masih tergantung instansi induknya, sehingga harus rajin melapor. 

Tugas itu adalah melakukan scanning dan pengamanan terhadap potensi, gejala dini, menutup dan menghilangkan semua yang menyangkut tindak korupsi di instansinya. Makanya instansi mereka selalu aman dan “bersih” dari korupsi dan keriuhannya, bukan berarti tidak ada. SUDAH DIAMANKAN! 

Tidak perlu bertanya berapa salary yang mereka terima. Disamping karir, jabatan juga ada ‘sesuatu’ yang mereka terima. Semua oknum bermain di wilayah kerja masing-masing.

Tapi biarlah semua menjadi terang benderang pada waktunya. Jangan ada dusta lagi diantara kita. Kita patut menunggu juga bagaimana penyikapan hukum dan publik terhadap pelanggaran berat bocornya sprindik. Dan kita patut menunggu aksi KPK terhadap koruptor kelas kakap. Ingat ! KPK masih DIAM dengan korupsi 600 Milyar Nazzarudin tentang Vaksin Flu Burung. 

KPK jangan hanya mengurusi koruptor kelas coro, berdasarkan kode etik KPK harusnya mengurusi korupsi diatas 1 Milyar, bukan korupsi dibawah 1 Milyar. Sadar Undang-Undang dan kode etik dong KPK. Dan masyarakat jangan mau dibohongi ! ingat, tugas KPK harusnya mengurusi korupsi diatas 1 Milyar. Pembaca, Be Smart Please. Salam Republik Wayangku. @Pradhabasu Bhayangkara/JI


Tidak ada komentar: