Jurnalis Independen: Salam Republik Wayangku
Tercinta. Lama tak jumpa, lama tak bersua namun akhirnya datang juga. Mohon
maaf baru bisa membuat letih jari jemari karena kesibukan studi doktoral dan
popularitas akhir-akhir ini yang sangat mengganggu aktivitas.
Apa kabar dunia
perpolitikan negeri Indonesia? Apa kabar Dinasti Wayang Batara Guru di
Khayangan Langit Biru? Tampaknya begitu adem ayem pasca pengusiran Yudhistira
dan para Pandawa. Begitulah politik. Sangat kejam dan menguji batin dan raga,
namun siapa yang mampu lulus dari ujian, dia akan menjadi ksatria pilih
tanding.
Apa kabar Anas Urbanignrum?
Dengar-dengar sedang beralih profesi menjadi guru ngaji nih? Baguslah, memang
seorang politisi juga harus menyeimbangkan antara kepentingan duniawi dan
ukhrawi, bukan mementingkan diri sendiri dan suka berprasangka. Mungkin dunia
perpolitikan di negeri ini harus menerapkan dengan tegas sebuah invicible rule
tentang sebuah kepemimpinan yang mengharuskan “bisa mengaji” (untuk muslim)
bagi setiap pemimpin.
Lantas, apa kabar KPK? Apa kabar Abraham Samad? Sudahkan
mendapatkan harga setimpal dan upah atas kerja kerasnya mentersangkakan Anas?
Dengar-dengar ada yang baru diputihkan nih kasus hukumnya? Begitulah KPK, saya
tak mau menyalahkan lembaga negara satu ini karena fungsinya memang sangatlah
baik. Yang membuat intergritas KPK dipertanyakan adalah perilaku dan kelakuan
buruk para oknum anggota dan pimpinannya yang korup. Ironis, lembaga
pemberantas korupsi justru dihuni oleh anggota yang korup.
Berbicara soal kelakuan korup
oknum KPK, ada beberapa makanan empuk dari para anggota KPK yang masih
concern dengan kebaikan dan keadilan
memberikan sedikit info mengenai manuver beberapa oknum KPK terhadap proses pentersangkaan
AU. Orang-orang inilah seyogyanya yang selalu getol untuk menyeret AU ke jeruji
besi.
Yah, peran mereka memang tak seperti Abraham Samad atau Bambang
Widjoyanto yang face to face dengan
publik. Mereka tersembunyi dari publik, namun begitu terlindungi oleh sistem.
Saya akan berbagi sedikit info saja mengenai orang-orang ini. Orang-orang yang
menjalankan peran sebagai teropong target menembak AU.
Para otak penjerat AU
suruhan Cikeas di KPK adalah orang-orang yang cukup memiliki posisi tinggi.
Pertama, Bambang Sukoco, Kepala Satgas Lidik KPK bekas Diskrismum polda Jatim.
Kedua, Warih Sadono adalah Direktur Penyidikan KPK. Warih berasal dari Semarang
dari unsur Kejaksaan, merupakan bekas staff ahli jaman Jaksa Agung Abdul
Rahman, ditugaskan oleh Hendarman bersama korp kejaksaan lain untuk menyembelih
Anas,dan sudah mendapat upah setimpal di BPN lalu.
Warih Sadono inilah yang
paling besar perannya dalam menjatuhkan AU. Dia lah yang berperan mencari bahan
tuntutan terhadap AU. Warih ini adalah orang dekatnya Ani Yudhoyono yang ada di
KPK. Ketiga, Ibu Firdaus bekas kepala sekretariat pimpinan dari unsur BUMN,
sekarang kembali ke BUMN. Keempat, direktur penyadapan KPK dari unsur PU, Ibu
Ina yang mempunyai staf perempuan handal untuk operasi lapangannya. Orang-orang
orang ini dibantu oleh pakar-pakar hukum yang merekayasa penersangkaan AU yakni
Asep dari Bandung dan Edward dari Jogja.
Selain beberapa orang diatas,
sebenarnya masih banyak aktor-aktor dibalik layar yang harus disebutkan, namun
akan menjadi tidak menarik jika dibukakan semuanya. Secara mudah dipetakan
semua staf dari kantor pemerintah dikendalikan atasanya dari instansi asalnya
lalu dibina oleh orang kuat di kantor samping presiden. Instansi tersebut dari
PU, BUMN, BPKP, Kejaksaan, Kepolisian dan lainnya.
Tugas mereka disamping melaksanakan
kewajiban sebagai aparat KPK juga menjalankan penugasan dari kantor kepreidenan
melalui instansi asalnya. Karena pembinaan karir mereka masih tergantung
instansi induknya, sehingga harus rajin melapor.
Tugas itu adalah melakukan
scanning dan pengamanan terhadap potensi, gejala dini, menutup dan
menghilangkan semua yang menyangkut tindak korupsi di instansinya. Makanya
instansi mereka selalu aman dan “bersih” dari korupsi dan keriuhannya, bukan
berarti tidak ada. SUDAH DIAMANKAN!
Tidak perlu bertanya berapa salary yang
mereka terima. Disamping karir, jabatan juga ada ‘sesuatu’ yang mereka terima.
Semua oknum bermain di wilayah kerja masing-masing.
Tapi biarlah semua menjadi terang
benderang pada waktunya. Jangan ada dusta lagi diantara kita. Kita patut
menunggu juga bagaimana penyikapan hukum dan publik terhadap pelanggaran berat
bocornya sprindik. Dan kita patut menunggu aksi KPK terhadap koruptor kelas
kakap. Ingat ! KPK masih DIAM dengan korupsi 600 Milyar Nazzarudin tentang
Vaksin Flu Burung.
KPK jangan hanya mengurusi koruptor kelas coro, berdasarkan
kode etik KPK harusnya mengurusi korupsi diatas 1 Milyar, bukan korupsi dibawah
1 Milyar. Sadar Undang-Undang dan kode etik dong KPK. Dan masyarakat jangan mau
dibohongi ! ingat, tugas KPK harusnya mengurusi korupsi diatas 1 Milyar.
Pembaca, Be Smart Please. Salam Republik Wayangku. @Pradhabasu Bhayangkara/JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar