Gelombang Serangan Demak Bintoro Tak
Terbendung
Jurnalis Independen: Peperangan
yang besar. Darah tertumpah lagi! Senopati Demak dipimpin oleh Sunan Ngundung.
Dan dipihak Majapahit, Senopati dipegang oleh Arya Lembu Pangarsa. Prajurid
Majapahit mengamuk dimedan laga. Para prajurid yang sudah berpengalaman tempur
ini dan disegani diseluruh Nusantara, sekarang tidak main-main lagi! Adipati Sengguruh,
Raden Bondhan Kejawen yang masih belia, Adipati Terung, Adipati Singosari dan
yang lain ikut mengamuk dimedan laga!
Sang Prabu Brawijaya masih
termangu-mangu. Dan manakala terdengar Adipati Kertosono melakukan perlawanan
mati-matian tanpa menunggu komando beliau, barulah Sang Prabu tersadar! Segera
beliau memerintahkan seluruh pasukan Majapahit untuk mempersiapkan sebuah
perang besar!
Para Panglima yang telah
menanti-nantikan perintah ini menyambut dengan suka cita! Inilah yang mereka
nanti-nantikan! Tanpa menunggu waktu lama, seluruh kekuatan Majapahit segera
dipersiapkan.
Pasukan Majapahit telah siap
sedia menyambut kedatangan pasukan Demak Bintara. Dan sekali lagi, mereka
tinggal menunggu perintah untuk MENYERANG!
Dan komando terakhir inipun tidak
segera keluar. Pasukan Majapahit resah. Para Panglima cemas. Para kepala
pasukan tempur digaris depan terus mendesak kepada Para Panglima masing-masing
agar segera mengeluarkan perintah penyerangan!
Para Panglima juga mendesak Sang
Senopati Agung, meminta kepada Prabu Brawijaya untuk segera memberikan komando
terakhir. Perlu dicatat, salah satu panglima yang memperkuat barisan Majapahit
adalah Adipati Terung, adik tiri Raden Patah.
Dalam hatinya bertanya-tanya, ada
apakah dengan kakak tirinya sehingga mengadakan gerakan makar sedemikian rupa?
Selama ini, dia tidak melihat ada yang salah dengan pemerintahan Prabu
Brawijaya. Tidak ada diskriminasi dalam hal keagamaan. Dirinya yang muslim-pun,
bisa bebas menjalankan ibadah agamanya. Bahkan, bisa dipercaya menjabat sebagai
seorang Adipati, yang notabene bukan jabatan main-main.
Adipati Terung tidak bisa
memahami pola pikir kakak tirinya.
Dan perintah penyerangan tidak
juga segera turun. Seluruh pasukan yang sudah bersiap sedia dibarak
masing-masing, dilanda ketegangan yang luar biasa!
Di Istana, Para Mantri resah.
Melihat situasi ini, Sabda Palon dan Naya Genggong tokoh misterius yang tak
pernah diketahui asalnya ini, meminta Sang Prabu untuk segera mengeluarkan
perintah. Namun apa jawaban Sang Prabu? Beliau masih tidak yakin pasukan Demak
akan tega menyerang ibu kota Negara Majapahit. Sabda Palon dan Naga Genggong
menandaskan, cara berfikir Raden Patah dan para pasukan ini sudah lain. Sang
Prabu tidak akan bisa memahaminya. Jalan satu-satunya sekarang adalah,
menghadapi mereka secara frontal. Pada saat ini, tidak ada cara lain.
Dan manakala kabar terdengar
pasukan Demak telah merangsak maju dan memasuki pinggiran ibu kota Majapahit,
dan disana mereka mengadakan perusakan hebat. Dengan sangat terpaksa, Sang Prabu
Brawijaya yang pernah mengidap penyakit Raja Singa mengeluarkan perintah
penyerangan! Tapi, perintah itu sebenarnya telah terlambat!
Begitu keluar perintah
penyerangan, ada hal yang tidak terduga, pasukan Ponorogo dan beberapa daerah
yang lain membelot! Diketahui kemudian ternyata mereka adalah pasukan dari
daerah-daerah yang sudah muslim.
Dan, peperangan pecah sudah!
Peperangan yang besar. Darah
tertumpah lagi! Senopati Demak dipimpin oleh Sunan Ngundung. Dan dipihak
Majapahit, Senopati dipegang oleh Arya Lembu Pangarsa. Prajurid Majapahit
mengamuk dimedan laga. Para prajurid yang sudah berpengalaman tempur ini dan
disegani diseluruh Nusantara, sekarang tidak main-main lagi! Adipati Sengguruh,
Raden Bondhan Kejawen yang masih belia, Adipati Terung, Adipati Singosari dan
yang lain ikut mengamuk dimedan laga!
Sayang, banyak kesatuan-kesatuan
Majapahit yang berasal dari daerah muslim, membelot. Namun, pada hari pertama,
pasukan Demak Bintara terpukul mundur!
Pada hari kedua, pasukan Demak
terpukul lebih telak. Senopati Demak, Sunan Ngundung tewas! (Makamnya masih ada
di Trowulan, Mojokerto sampai sekarang) Pasukan Demak mengundurkan diri.
Pasukan cadangan masuk dipimpin oleh putra Sunan Ngundung, Sunan Kudus.
Pertempuran kembali pecah!
Namun bagaimanapun juga, pasukan
Demak harus mengakui kekuatan pasukan Majapahit. Mereka terpukul mundur keluar
dari ibu kota Negara. Kehebatan pasukan Majapahit yang terkenal itu, ternyata
terbukti!
Pasukan Demak bertahan. Beberapa
minggu kemudian, datang pasukan dari Palembang bergabung dengan pasukan
Majapahit. Pasukan Majapahit seolah mendapat suntikan darah segar. Namun
ternyata, bergabungnya pasukan Palembang ini hanyalah bagian dari siasat dari
orang-orang Demak.
Pasukan Palembang, diam-diam
memusnahkan seluruh persediaan bahan makanan tentara Majapahit. Lumbung-lumbung
besar dibakar! Semua persediaan bahan pangan ludes! (Inilah simbolisasi dari
didatangkannya peti ajaib milik Adipati Arya Damar dari Palembang yang apabila
dibuka, mampu mengeluarkan beribu-ribu tikus dan memakan seluruh beras dan
bahan pangan tentara Majapahit.).
Majapahit kebobolan luar dalam.
Majapahit benar-benar tidak pernah menyangka akan hal itu. Begitu persediaan
bahan pangan menipis, dari hari kehari, pelan namun pasti, pasukan Majapahit
terpukul mundur!
Mendengar pasukan Majapahit
terdesak, Kepala Pasukan Bhayangkara, yaitu Pasukan Khusus Pengawal Raja,
segera mengamankan Prabhu Brawijaya. Keadaan sudah sedemikian genting dan Sang
Prabhu, mau tidak mau, harus segera meloloskan diri. Ini harus dilakukan
secepatnya, karena untuk menyatukan kembali kekuatan tentara Majapahit kelak,
sosok Prabhu Brawijaya, masih dibutuhkan!@bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar