Jurnalis Independen: Kekerasan baru meletus lagi di
Xinjiang pada hari Jumat, kata media pemerintah, korban meningkat menjadi 35
orang tewas dalam apa yang disebut pemerintah China sebagai “serangan teroris”.
Insiden di kota Hotan itu
sebelumnya diawali kerusuhan pada hari Rabu yang mematikan di daerah gurun
Barat, rumah bagi 10 juta Muslim Uighur.
“Pada waktu jum’at siang ini,
serangan kekerasan terjadi di kota Hotan,” kata penyiar CCTV China.
“Setelah kerusuhan berakhir,
sejumlah korban sedang diverifikasi.”
Tidak ada rincian lebih lanjut.
Pemerintah Hotan dan nomor telepon polisi pun tampaknya tidak bekerja dan
pusat informasi Xinjiang pun tidak bisa
terakses.
Muslim Uighur telah menyalahkan
kerusuhan karena ketidakadilan ekonomi dan penindasan agama .
Radio Free Asia yang basisnya di
AS melaporkan jumlah korban tewas lebih dari 46 orang tewas, mereka mengutip
informasi pejabat dan warga Xinjiang.
Seorang juru bicara untuk World
Uyghur Congress, sebuah kelompok yang dijalankan oleh Muslim Uighur di pengasingan,
mengatakan 67 Muslim telah ditahan atas insiden tersebut.
Dalam sebuah pernyataan kelompok
itu menyebutkan kejadian itu sebagai “bukti kebijakan China terhadap Muslim
Uighur gagal”.
Ia menambahkan bahwa
“pembatasan informasi dan tindakan keras
keamanan” di daerah tersebut menjadi pertanyaan tentang kebenaran peristiwa
versi media negara.
Cina memang membatasi informasi
tentang kerusuhan di Xinjiang, dan memblokir akses di seluruh wilayah sejak
kerusuhan, kekerasan dan pembunuhan etnis muslim pada tahun 2009.
Pemerintah setempat juga menahan
dua wartawan AFP di mobil mereka dan menahan mereka sekitar satu jam, dan
menekankan bahwa lokasi serangan itu tertutup bagi media apapun.
Sehari sebelumnya polisi di pos
pemeriksaan 40 kilometer (25 mil) dari Lukqun melarang wartawan masuk dengan
alasan takut keselamatan wartawan tersebut dan investigasi polisi pemerintah
masih sedang berlangsung.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar