Raden Patah
Jurnalis Independen: Ingat
putri China Tan Eng Kian yang dinikahi Adipati Arya Damar di Palembang? Dari hasil pernikahan dengan Prabhu Brawijaya, Tan
Eng Kian memiliki seorang putra bernama Tan Eng Hwat. Dikenal juga dengan nama
muslim Raden Hassan. Dari perkawinan Tan Eng Kian dengan Arya Damar sendiri,
lahirlah seorang putra bernama Kin Shan, dikenal dengan nama muslim Raden
Hussein.
Sejak kecil, Raden Hassan dan Raden
Hussein dididik secara Islam oleh ayahnya Arya Damar. Menjelang dewasa, Raden
Hassan memohon ijin kepada ibunya untuk pergi ke Jawa. Dia berkeinginan untuk
bertemu dengan ayah kandungnya, Prabhu Brawijaya.
Tan Eng Kian tidak bisa
menghalangi keinginan putranya. Dari Palembang, Raden Hassan bertolak ke Jawa.
Sampailah ia di pelabuhan Gresik yang ramai. Melihat keadaan Gresik yang
hiruk-pikuk, Raden Hassan kagum. Dia bisa membayangkan bagaimana besarnya
kekuasaan Majapahit. Menilik di Gresik banyak orang muslim, Raden Hassan
tertarik.
Dan dengar-dengar, ada Pesantren
besar disana. Pesantren Giri. Raden Hassan memutuskan untuk bertandang ke Giri.
Bertemulah dia dengan Sunan Giri. Sunan Giri senang melihat kedatangan Raden
Hassan setelah mengetahui dia adalah putra Prabhu Brawijaya yang lahir di
Palembang. Sunan Giri seketika melihat sebuah peluang besar.
Di Giri, Raden Hassan memperdalam
ke-Islaman-nya. Disana, Raden Hassan mulai tertarik dengan ide-ide
ke-Khalifah-an Islam. Dan militansi Raden Hassan mulai terbentuk. Ada
kesepakatan pemahaman antara Raden Hassan dengan Sunan Giri.
Dari Sunan Giri, Raden Hassan
memperoleh ide untuk meminta daerah otonomi khusus kepada ayahnya, Prabhu
Brawijaya. Bila disetujui, hendaknya Raden Patah memilih daerah di pesisir Jawa
bagian tengah. Jika itu terwujud, keberadaan daerah otonomi didaerah pesisir
utara Jawa bagian tengah, akan menjadi penghubung pergerakan militant Islam
dari Jawa Timur dan Jawa Barat di Cirebon.
Cirebon, kini tumbuh pesat
sebagai pusat kegiatan Islam dibawah pimpinan Pangeran Cakrabhuwana, putra
kandung Prabhu Siliwangi, Raja Pajajaran. (Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah belum datang dari Mesir ke Cirebon. Dia datang pada tahun 1475
Masehi. Pada bagian selanjutnya akan saya ceritakan)
Setelah dirasa cukup, Raden
Hassan melanjutkan perjalanan ke Pesantren Ampel dengan diiringi beberapa
santri Sunan Giri. Disana dia disambut suka cita oleh Sunan Ampel. Disana, dia
diberi nama baru oleh Sunan Ampel, yaitu Raden Abdul Fattah yang lantas dikenal
masyarakat Jawa dengan nama Raden Patah.
Selesai bertandang di Ampel,
Raden Hassan yang kini dikenal dengan nama Raden Patah melanjutkan perjalanan
ke ibu kota Negara Majapahit. Dia yang semula hanya berniat untuk bertemu
dengan ayahnya, sekarang dia telah membawa misi tertentu.
Betapa suka cita Prabhu Brawijaya
mendapati putra kandungnya telah tumbuh dewasa. Dan manakala, Raden Patah
memohon anugerah untuk diberikan daerah otonom, Prabhu Brawijaya
mengabulkannya. Raden Patah meminta daerah pesisir utara Jawa bagian tengah.
Dia memilih daerah yang dikenal dengan nama Glagah Wangi.
Prabhu Brawijaya menyetujui
permintaan Raden Patah. Dia mendanai segala keperluan untuk membangun daerah
baru. Raden Patah, dengan disokong tenaga dan dana dari Majapahit, berangkat ke
Jawa Tengah. Di daerah pesisir utara, didaerah yang dipenuhi tumbuhan pohon
Glagah, dia membentuk pusat pemerintahan Kadipaten baru. Begitu pusat Kadipaten
dibentuk, dinamailah tempat itu Demak Bintara. Dan Raden Patah, dikukuhkan oleh
Sang Prabhu Brawijaya sebagai penguasa wilayah otonom Islam baru disana.
Demak Bintara berkembang pesat.
Selain menjadi pusat kegiatan politik, Demak Bintara juga menjadi pusat
kegiatan keagamaan. Demak Bintara menjadi jembatan penghubung antara barat dan
timur pesisir utara Jawa.
Dipesisir utara Jawa,
gerakan-gerakan militant Islam mulai menguat. Sayang, fenomena itu tetap
dipandang sepele oleh Prabhu Brawijaya. Beliau tetap yakin, dominasi Majapahit
masih mampu mengontrol semuanya. Padahal para pejabat daerah yang dekat dengan
pesisir utara sudah melaporkan adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan.
Pasukan Telik Sandhibaya telah memberikan laporan serius tentang adanya
kegiatan yang patut dicurigai akan mengancam kedaulatan Majapahit.
Tak lama berselang, Raden
Hussein, putra Tan Eng Kian dengan Arya Damar, menyusul ke Majapahit. Dia
mengabdikan diri sebagai tentara di Majapahit. Raden Hussein tidak terpengaruh
ide-ide pendirian ke-Khalifah-an Islam. Dia diangkat sebagai Adipati didaerah
Terung(Sidoarjo, sekarang) dengan gelar, Adipati Pecattandha.
Kebaikan Prabhu Brawijaya sangat
besar sebenarnya. Tapi kebaikan yang tidak disertai kebijaksanaan bukanlah
kebaikan. Dan hal ini pasti akan menuai masalah dikemudian hari. Bibit-bibit
itu mulai muncul, tinggal menunggu waktu untuk pecah kepermukaan.
Dan Prabhu Brawijaya tidak akan
pernah menyangkanya.@bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar