Jurnalis Independen: Keberadaan Joko Widodo menjadi orang nomor satu di negeri ini, membuat berbagai kalangan "Gila" lantaran kehilangan ladang Dolar maupun ladang Rupiahnya. Banyak kalangan tidak menyukai orang "sipil" duduk di singgasana RI. Karenanya, berbagai manuver dilakukan untuk mengusir Jokowi dari Istana Negara.
Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) mengadili secara etik pada kasus "Papa Minta Saham" yang dilakukan oleh Setya Novanto Ketua DPR RI dari fraksi Partai Golkar menjadi taruhan kejujuran lembaga MKD.
Pergantian anggota MKD saat menjelang sidang, menunjukkan adanya tarik menarik secara politik untuk "membebaskan" Setya Novanto dan "menyembunyikan' kebusukan kasus yang berkaitan dengan kasus "Papa Minta Saham".
Dan hari ini Senin, 7/12/2015, masih juga terjadi tarik menarik tentang keterbukaan atau ketertutupan sidang bagi publik dengan catatan-catatan tertentu sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Selain itu, jika telah diputuskan, MKD telah menyepakati untuk tidak melakukan pengusutan lebih lanjut jikapun Setya Novanto terbukti melakukan pelanggaran kode etik.
Hal itu cukup membuktikan jika ada kelompok-kelompok tertentu yang berusaha memetieskan kasus "Papa Minta Saham" atau usaha perampokan kekayaan negera untuk kelompok atau pribadi tertentu. selain itu jelas untuk melindungi kasus-kasus lain yang telah diketahui melalui rekaman yang diputar di sidang MKD sebelumnya.
Namun, bagi penulis juga memiliki pemikiran bahwa kasus usaha perampokan kekayaan bumi Cendrawasih ini, Setya Novanto dimasukan dalam perangkap. Setya Novanto ditumbalkan dengan tujuan yang lebih sistemik.
Si pembuat skenario, tentunya adalah kelompok atau pribadi yang jenius. Tujuan aktor intelektual pembuat skenario bisa jadi adalah kepercayaan Pemerintah Joko Widodo.
Jika Setnov nantinya "dipecat" dari Ketua DPR RI, satu kursi akan lowong dan digantikan dari partai lain. Sementara, bisa jadi jika ada reshuffle kabinet, sebagai balas jasa atau melalui "tipuan" yang selama ini dijalankan oleh aktor intelektual pembuat skenario "Papa Minta Saham" mampu mendudukan orang-orangnya dipemerintahan Jokowi.
Menurut penulis, si pembuat skenario adalah kelompok atau orang yang sudah berpengalaman dalam melakukan jebakan-jebakan tingkat tinggi. Kelompok ini bisa jadi adalah kalangan yang sangat dekat dengan militer atau bahkan orang-orang yang pernah menduduki jabatan tinggi di militer. Sementara itu, pelaku perekaman adalah Maroef Syamsuddin yang juga mantan wakabin 2014. Di sisi lain ada nama lain yang sempat disebutkan hingga 66 kali dalam rekaman yang juga adalah seorang mantan Jenderal yang patut diwaspadai perananannya...Waspadalah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar