Selasa, 03 Februari 2015

Presiden Joko Widodo Melawan Induk Semang

Jurnalis Independen: Soal Pelantikan Budi Gunawan, PPP Minta Jokowi Pertimbangkan Desakan Rakyat. KIH Minta Jokowi Tentukan Status Budi Gunawan Usai Praperadilan. Nasdem Anggap Mensesneg Buat Kesalahan Fatal Minta Budi Gunawan Mundur. Sepupu Budi Gunawan Kembali Tidak Bisa Penuhi Panggilan KPK.


Presiden Joko Widodo membuat kejutan. Di tengah tekanan yang dilancarkan dari partai pendukungnya untuk melantik calon kepala Polri yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisaris Jenderal Budi Gunawan, Jokowi terlihat memberikan perlawanan. Sejumlah manuver dilakukan Jokowi untuk melawan tekanan sepanjang Kamis (29/1/2015) kemarin.

Kejutan terbesar muncul ketika Presiden mengundang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang menjadi rivalnya dalam Pemilu Presiden 2014. Dalam pertemuan di Istana Bogor tersebut, Prabowo berdalih menemui Jokowi untuk memintanya menjadi pendekar utama pencak silat Indonesia. Menurut Prabowo, gelar kehormatan memang selalu diberikan untuk Presiden Republik Indonesia.

"Kita sampaikan tradisi kita, setiap presiden adalah pendekar utama pencak silat Indonesia. Saya mohon beliau menerima diangkat, saya mohon beliau menggunakan baju pencak silat, dan beliau menyatakan bersedia," kata Prabowo.

Meski begitu, Prabowo tidak mengelak kalau pertemuannya dengan Presiden juga membicarakan isu politik aktual. Salah satunya, membahas mengenai polemik pelantikan Budi Gunawan.

"Itu sebetulnya adalah tugas dan hak eksekutif, kami sepakat. Saya menyampaikan, kita akan hormati apa pun keputusan yang diambil Bapak Presiden sebagai pemegang mandat," ucap mantan Danjen Kopassus tersebut.

"Jangan dikejar-kejar"

Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo memang terasa penuh arti. Terlebih lagi, seusai pertemuan, keduanya terlihat begitu lepas, keluar istana dengan berbincang sambil melemparkan senyuman. Tidak ada raut ketegangan.

Di hadapan wartawan, Jokowi mempersilakan Prabowo untuk terlebih dulu memberi pernyataan. Sebuah pernyataan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk memutuskan apa pun terkait calon kepala Polri.

indra/kompas.com Presiden Joko Widodo ketika mengantar langsung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Bogor, Kamis (29/
Setelah Prabowo selesai memberikan pernyataan, Jokowi mengantar Prabowo hingga menuju kendaraannya. Setelah itu, Jokowi pun meladeni pertanyaan wartawan terkait pencalonan Budi Gunawan.

Mantan wali kota Solo itu mengatakan sedang mempertimbangkan masukan dari Tim Independen dan Dewan Pertimbangan Presiden. Tak hanya itu, kali ini Jokowi pun membuat pernyataan dengan berjuta interpretasi.

"Sudah saya tampung, tetapi jangan dikejar-kejar," ucapnya. (Baca: Presiden Jokowi Merasa Dikejar-kejar Melantik Budi Gunawan)

Memang tidak dijelaskan siapa pihak yang mengejarnya. Pernyataan ini bisa ditujukan untuk publik yang meminta pembatalan Budi Gunawan. Selain itu, pernyataan ini bisa juga ditujukan untuk partai pendukung yang memberi tekanan untuk segera melantik Budi Gunawan.

Akan tetapi, menurut pengamat politik UI Agung Suprio, pertemuan itu memang memperlihatkan Jokowi yang meminta dukungan Prabowo untuk menghadapi tekanan. (Baca: Pengamat: Jokowi Ingin Prabowo Turun ke Gelanggang)

"Budi Gunawan didukung PDI-P, Nasdem, dan Hendropriyono. Jokowi tidak tahan dengan tekanan dari ketua umum partai politik. Jokowi mencari sumber dukungan baru di saat dukungan dari partainya sudah mencapai titik kritis," kata Agung ketika dihubungi, Kamis (29/1/2015).

Dampaknya memang langsung terlihat. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, ikut menyuarakan dukungan. Bahkan, Koalisi Merah Putih (KMP) mendukung walau keputusan Jokowi ditentang oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang selama ini menyokong pemerintahan. (Baca: KMP Siap "Pasang Badan" jika Keputusan Jokowi soal Kapolri Diprotes KIH)

"Harusnya apa yang diputuskan presiden itu hak prerogatif presiden. Itu sudah disampaikan, DPR juga sudah menyikapi. Presiden tinggal memutuskan saja. Kami akan mendukung keputusan apa pun kalau terkait masalah ini," kata Fadli.

Sepadan

Kejutan Jokowi tidak hanya di situ. Seusai pertemuan dengan Prabowo, Jokowi kembali melakukan pertemuan mengejutkan. Kali ini dia mengundang mantan Presiden RI, BJ Habibie.

Seusai pertemuan, sama seperti Prabowo, Habibie juga menyampaikan dukungannya kepada Jokowi. Habibie mendukung Jokowi untuk berpihak kepada rakyat. Terlebih lagi, menurut ahli penerbangan lulusan Jerman itu, tidak ada partai di Indonesia yang menang mutlak. (Baca: Habibie Ingatkan Jokowi Presiden Dipilih untuk Memihak 100 Persen Kepentingan Rakyat)

"Sekarang tidak ada satu pun partai di bumi Indonesia yang memiliki suara lebih dari 20 persen suara. Akan tetapi, presiden Indonesia sekurang-kurangnya mendapat dukungan minimal 51 persen. Dia dipilih untuk memihak 100 persen kepentingan rakyat," kata Habibie dalam jumpa pers seusai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (29/1/2015).

Dua pertemuan ini memang menyiratkan upaya penggalangan dukungan yang dilakukan Jokowi, apa pun keputusan yang dipilihnya terkait kepala Polri. Dua tokoh yang diajak ini juga dianggap sepadan untuk "melawan" pihak-pihak yang selama ini dianggap memberi tekanan.

Pertemuan dengan Prabowo, yang merupakan ketua umum partai, dianggap sebagai simbol untuk menghadapi tekanan ketua umum dari partai pendukungnya.

Sementara itu, pertemuan dengan mantan Presiden RI, BJ Habibie, dianggap sebagai simbol sekaligus penghormatan kepada mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri. Selama ini, Megawati kerap dianggap publik sebagai pihak yang memberikan tekanan. Karena itu, Jokowi terlihat ingin memberikan penghormatan kepada Megawati dengan meminta dukungan Habibie.

Dengan demikian, "petugas partai" itu terlihat tidak ingin mempermalukan ketua umumnya di hadapan publik. Jokowi tentu tidak ingin meninggalkan kesan melakukan perlawanan untuk mempermalukan pihak yang berlawanan dengan keinginannya.

Dunia politik memang dinamis dan penuh ketidakpastian. Karena itu, ada kemungkinan komunikasi politik akan terus dijalankan Jokowi.

Namun, tetap ada pesan yang ingin disampaikan Jokowi. Pesan yang sudah diungkapnya ketika membentuk Tim Independen. Pesan bahwa Jokowi berusaha memberikan perlawanan. Pesan bahwa dia ingin melawan tekanan.

Tidak ada komentar: