Jurnalis Independen: Berbagai survei yang hasilnya menunjukkan popularitas pemerintah SBY terus merosot, ditambah dengan sejumlah peristiwa 'penyelonongan' yang dialami Presiden Yudhoyono dan Wapres Boediono, membuktikan bahwa wibawa dan legitimasi rezim ini sudah sangat keropos.
Hal ini disampaikan Adhie M Massardi, tokoh anti-korupsi dari Gerakan Indonesia Bersih (GIB) kepada wartawan siang ini (29/10/2011) di Jakarta.
“Legitimasi pemerintahan Yudhoyono-Boediono sudah sangat merosot, dan akan terus anjlok hingga ke titik nadir. Secara akademik, hasil survei berbagai lembaga riset sudah membuktikan hal itu. Secara kasat kasat mata, kita bisa melihat munculnya aksi penolakan masyarakat dalam setiap kehadiran Presiden dan Wapres di hampir seluruh Indonesia. Beberapa peristiwa ‘penyelonongan’ dalam acara protokoler Presiden dan Wapres lebih memperjelas semua itu,” ungkap Adhie dalam rilis yang diterima Tribunnews.com.
Menurut jubir presiden era Gus Dur ini, bukan salah Paspampres bila muncul kejadian seperti I Nyoman Minta, tukang kebun yang menyelonong depan Presiden dalam pembukaan
ASEAN Fair di Nusa Dua, Bali (24/10), atau Ikbal Sabarudin, aktivis Himpunan Mahasiswa Persis yang menerobos pengamanan Wapres Boediono saat memperingati Sumpah Pemuda di Bandung kemarin (28/10/2011).
Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), kata Adhie, punya SOP (standard operating procedure) yang kurang lebih sama dengan Paspampres di seluruh dunia. Tapi meskipun punya detektor yang canggih, mereka tidak bisa mendeteksi isi hati orang yang jengkel dan muak kepada yang dikawalnya.
“Itulah sebabnya Paspampres AS yang terkenal ultra ketat, toh bisa dijebol Muntazer al-Zaidi, wartawan TV al-Baghdad yang berbasis di Kairo, yang dengan leluasa memaki ‘a***ng..!’ sambil melempar kedua sepatunya kepada George Bush Jr (ketika itu presiden AS) saat konferensi pers bersama PM Nouri al-Maliki di Baghdad, Irak. Atau PM Italia Silvio Berlusconi yang ditonjok wajahnya hingga tulang hidungnya patah dan terjatuh berlumuran darah oleh pemuda Italia yang muak kepada kelakuan pemilik klub sepakbola AC Milan itu,” tutur Adhie.
Yudhoyono dan Boediono memang belum mendapat perlakuan kasar seperti yang dialami para pemimpin di banyak negara. Tapi melihat gelombang aksi damai menuntut perubahan terus bergejolak di mana-mana, serta ungkapan kejengkelan dan kemuakan yang sudah disampaikan oleh hampir semua kalangan (pemuka agama, intelektual, politisi, mahasiswa, sopir taksi, pedagang asongan, petani dan ibu-ibu rumah tangga), tinggal menunggu waktu saja apa yang terjadi di belahan negara lain terjadi di negeri ini.
“Melihat kenyataan kredibilitas, integritas dan legitimasi Presiden dan Wapres yang terus mengempes, ada tiga pilihan yang bisa dilakukan rezim SBY-Boediono yang membuat NKRI terancan disintegrasi dan kian terpuruk akibat dibiarkan dikangkangi para koruptor dan mafioso. Yaitu mengikuti jejak Soeharto yang setelah tahu legitimasinya kian amblas segera mundur (lengser keprabon).”
“Kalau memilih bertahan secara politik, akan berakhir seperti pemimpin Mesir Hosni Mubarak. Sedangkan kalau melakukan perlawanan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki (presiden), nasibnya tak akan jauh berbeda dengan Saddam Hussein di Irak, atau Muammar Khaddafi di Libya,” demikian tulis Adhie Massardi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar