Sabtu, 22 Oktober 2011

Konflik Papua Jebakan Bagi TNI dan Indonesia di Mata Internasional


JI-Jakarta: Konflik Papua kini tak bisa dianggap enteng. Dunia Internasional tidak menghendaki Indonesia menyelesaikan sendiri persoalan itu, sebab mereka memang ingin mencabik NKRI dari semua lini persoalan bangsa Indonesia.

Anggota Komisi I, Helmy Fauzi, mengingatkan Tentara Nasional Indonesia agar bersikap hati-hati menangani masalah separatisme Papua. Masih menurut Helmy, Jika korban tewas berjatuhan, justru aparat tersebut bisa diposisikan menjadi musuh masyarakat dan dunia internasional.

"Apakah dengan penangkapan dan pembunuhan seperti ini menyelesaikan permasalahan atau tidak? Sama sekali tidak. Kita memerlukan pendekatan lain, jangan sampai eskalasi ini memperluas efek," kata anggota Komisi yang bermitra dengan TNI tersebut, Jumat (21/10).

"Karena kalau TNI terjebak, akan menimbulkan sentimen negatif kepada TNI," lanjutnya.
Dia menilai, masalah separatis Papua seperti api dalam sekam yang muncul sewaktu-sewaktu, ketika timbul ketidakpuasan dalam masyarakat Papua.

Padahal Helmy mengatakan, dana otonomi khusus Papua sudah dikucurkan ke propinsi paling timur tersebut hingga Rp 28 triliun. "Kalau kita liat dari APBD-nya dana Otsus Rp 28 triliun, kok tidak bisa sih mensejahterakan rakyat Papua. Kok mereka masih saja miskin. Ini yang harus diperiksa secara koprehensif," katanya lagi.

Mengenai kongres Papua III, tambahnya, Komisi I memang sudah pernah mendapatkan informasi dari BIN.

Semangat Kongres tersebut tidak akan berhenti oleh tindakan insidental TNI maupun Polri, namun harus dilakukan pendekatan secara komprehensif antara pendekatan keamanan dan kesejahteraan. "Perlu ditekankan kembali pendekatan kesejahteraan, sebagaimana Otsus Papua ini digulirkan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat Papua, dan mendepak Freeport dari bumi Papua merupakan satu paket penyelesaian" tutupnya. (JI/Soeminto)

Tidak ada komentar: