Senin, 27 April 2015

Pidato Presiden Jokowi di KAA dan Ketakutan Israel

Jurnalis Independen: Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memberikan pidato cukup keras dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika ke-60 di Jakarta Convention Center (JCC) pagi tadi. Jokowi menuntut reformasi PBB, mengkritik IMF, Bank Dunia, serta mengajak seluruh kepala negara agar membebaskan negara Palestina dari penjajahan.


Indonesia mempunyai kekuatan yang tersimpan untuk menakut-nakuti Israel. Kekuatan ini bisa dijadikan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan terhadap Palestina.

Pengamat Hubungan Internasional Aleksius Jemadu menyebutkan Indonesia merupakan negara demoktasi yang rakyatnya mayoritas muslim. Negara seperti ini jarang ada di dunia.

Selain Indonesia, Turki juga negara demokrasi yang mempunyai mayoritas masyarakat muslim. Turki pun sangat disegani oleh Israel.

"Dia akan memperhitungkan Indonesia sebagai kekuatan yang moderat, sebagaimana Turki. Indonesia jadi negara muslim terbesar, demokrasinya terkonsolidasi, berhasil," jelas Guru Besar Universitas Pelita Harapan itu saat berbincang, Selasa (21/4/2015).

Aleksius mengamati negara yang 'disusupi' sistem demokrasi di kawasan Timur Tengah pada akhirnya runtuh. Semisal Mesir dan Libya.

"You lihat di Timur Tengah, demokrasi nggak jalan. Indonesia sudah melakukan pemilihan presiden langsung 3 kali. Artinya di sini, mitos Islam tidak bisa kopatibel dengan demokrasi, itu tidak benar. Israel tahu itu kekuatan Indonesia," papar Aleksius.

Dengan modal itu, semestinya Indonesia bisa melakukan langkah kongkrit dengan melobi negara-negara anggota Asia-Afrika yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel untuk menekan. Terutama negara Timur Tengah yang ditakuti Israel, yaitu Turki dan Mesir.

"Indonesia bisa katakan, saya akan mengajak sahabat saya untuk menekan Anda lebih jauh. Mempengaruhi negara Asia Afrika lain untuk menekan. Israel takut kehilangan sahabatnya itu. Mesir dan Turki," kata dia.

Selasa (21/4/2015) kemarin, Presiden Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdalah di‎ sela-sela  Konferensi Asia Afrika di Jakarta. Pertemuan tertutup dan singkat itu berlangsung di Kakatua Room Jakarta Convention Center.

Usai pertemuan, Jokowi mengatakan tadi telah membicarakan situasi dan kondisi bangsa Palestina yang masih dijajah sehingga kemerdekaan  bagi warga Palestina adalah keniscayaan yang harus diperoleh. Kata Jokowi, setelah pertemuan itu akan ada pertemuan untuk  menindaklanjuti untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Mantan Gubernur Jakarta‎ ini mengatakan Indonesia sudah sering menyatakan dukungan terhadap Palestina di dunia internasional agar negara itu diterima bergabung menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Terkait dengan pertemuan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan "kerasnya" pidato Presiden  Joko Widodo, Inilah sekelumit penjelasannya.

Di balik kerasnya isi pidato Jokowi ada beberapa pihak yang ikut terlibat dalam penyusunannya. Meski demikian, menurut Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Presiden Jokowi tetap yang memutuskan pidato tersebut.

“Banyak (penyusun pidato), ada dari Mensesneg, Andi Widjajanto, Kementerian Luar Negeri tentu difinalisasi sama Sukardi Rinakit,” kata Luhut di JCC, Jakarta, Rabu (22/4).

Luhut menuturkan penyusunan pidato itu sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari dan sidangkan oleh Jokowi pada Selasa (21/4). Dia mengakui ada beberapa masukan dari pihak-pihak lain terkait isi pidato tersebut.

“Pidato itu kalau bahannya udah seminggu lalu tapi ada masukan sana-sini, terakhir kemarin sore jam setengah enam presiden finalisasi,” terangnya.

Disinggung bagaimana tanggapan negara-negara lain terkait pidato keras dari Jokowi, menurut Luhut banyak pimpinan negara lain merasa senang dengan apa yang disampaikan Jokowi di pembukaan KAA.

Terkait Pidato  Presiden Jokowi di KAA hari ini sebagian kalangan menilai, di balik pidato yang banjir pujian dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), perannya sedang ingin dianggap kecil oleh anak buahnya.

Saya melihat, berita pengakuan timnya sangat tidak lazim,” kata politisi, Dradjad H Wibowo di Jakarta, Rabu (22/4).

Dengan pengakuan terbuka seperti itu, tim Presiden terlihat ingin diberitakan bahwa karena kehebatan mereka lah, maka Presiden jadi terlihat bagus.

“Ini secara tidak langsung merendahkan Presiden, tapi mengangkat tim yang menulis pidato tersebut. Dalam berita ditulis pengakuan Andi Wijayanto (AW) dengan menyebutkan peran dari nama-nama seperti LBP (Luhut B Panjaitan), Retno, AW, Rizal Sukma, dan lain-lain,” katanya.

Di banyak negara, kata Dradjad, dirinya hampir tidak pernah melihat kehebatan staf dari seorang pemimpin politik diberitakan menonjol, sehingga mengaburkan kualitas sang bos.

“Kita baru tahu peran rinci staf tsb setelah ybs pensiun. Bukan pada saat puncak acara di mana bosnya baru saja pidato. Sederhananya, saya melihat dari berita soal pidato itu bahwa Jokowi ini biasa-biasa saja, atau malah awam. Yang hebat adalah tim-nya,” katanya.

Dalam Pidato Presiden Jokowi di KAA, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang berisi kritik dalam pembukaan KonferensiAsia-Afrika 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4/2015). Pidato Jokowi ini langsung mendapat sambutan meriah peserta KAA yang hadir.

Tidak ada komentar: