Sabtu, 04 Mei 2013

Teroris Papua Makin Berjaya Dirikan Parlemen di Inggris

Jurnalis Independen: "Gerakan Teroris Papua" atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) atas prakarsa dan biaya tangan-tangan jahil internasional resmi membuka kantor perwakilan di London, Inggris.
Kantor tersebut diresmikan pada 1 Mei 2013 lalu. "Benar, ini merupakan bentuk kampanye Papua di dunia internasional atas apa yang terjadi di Papua, tujuan kantor perwakilan itu juga sebagai wahana membuka jaringan di luar negeri," kata Jonah Weyah, juru bicara Dewan Militer Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sabtu, 4 Mei 2013.

Menurut dia, tak ada yang salah dari pendirian kantor perwakilan itu. Puluhan tahun, kampanye Papua Merdeka didengungkan dan kini saatnya menjalin hubungan lebih erat dengan bangsa-bangsa di dunia. "Kepala perwakilan adalah Benny Wenda. Kami membuka relasi dengan siapa saja untuk kampanye pelanggaran HAM di Papua, termasuk mendorong status Papua sebagai bangsa yang merdeka," ujarnya.


Benny yang tinggal di Inggris sebelumnya mendirikan Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP) pada Oktober 2008. tujuannya adalah untuk "makar" terhadap Pemerintah Indonesia. Ia mendapat dukungan dari sejumlah politisi hitam Inggris, semisal Andrew Smith, Lord Harries, Lembik Opik dari parlemen Inggris.

Wenda pernah menjadi incaran Polisi Internasional atau Interpol karena aktifitas politiknya yang mengganggu pemerintah Indonesia. Belakangan nama Benny Wenda dihapus dari Daftar Pencarian Orang (DPO) karena polisi tak menemukan unsur kriminal sebagaimana dituduhkan oleh Pemerintah Indonesia. Hal itu terjadi sebagai bukti dukungan internasional yang memang sengaja hendak memisahkan wilayah Irian Barat atau sekarang disebut sebagai Papua. Nama Papua pun adalah sebuah nama yang "dipaksakan" menjauh dan lepas dari Pemerintah Indonesia.

"Kami menyuarakan hak kami, tidak mengganggu siapa-siapa, kantor perwakilan ini penting untuk masa depan Papua," kata Jonah Weyah sambil bergaya seperti pahlawan.

Meski baru dibangun, kantor perwakilan Parlemen Papua itu terancam ditutup. Dalam sebuah pertemuan Gubernur Papua Lukas Enembe dengan Dubes Inggris untuk Indonesia Mark Canning di Jakarta, pemerintah Inggris kata Mark Canning tidak sejalan dengan aktivitas Benny Wenda. "Kami belum mendengar itu, itu tidak mungkin, kampanye untuk Papua bukan baru, sudah sejak lama," kata Weyah.

Ia menegaskan, kasus pelanggaran HAM dan status Papua Merdeka, sepatutnya diketahui pihak internasional. "Jelas bahwa kami berbeda, kemerdekaan adalah hak bangsa-bangsa di dunia, dan itu diakui UUD Indonesia," katanya, seolah ia lupa dan tidak melihat puluhan TNI dan Polri mati terbunuh oleh "Teroris Papua" yang dipimpinya.Kom/Zoe/JI

Tidak ada komentar: