Jurnalis Independen: Pulau Batam, pulau yang berbatasn
langsung dengan dua Negara adidaya ekonomiAsean ini, membuat banyak pejabat,
masyarakat Indonesia mabok. Dengan timpangnya perekonomian antara Indonesia di
satu sisi dengan Malaysia dan Singapura di sisi lain, membuat maraknya berbagai
macam penyelundupan.
Permainan mafia tanah, penyelundupan
Bahan Bakar Minyak (BBM), ke Singapura dari kilang minyak Plaju, Sumatera
Selatan (Sulsel) juga melalui Batam. Namun semua berhasil dibongkar oleh
pemerintah daerah maupun pusat. Khusus untuk penyelundupan BBM, Menseskab Dipo
Alam merespon langsung laporan dari social media terkait penyelundupan
tersebut.
Kali ini, Batam menjadi surga
mafia mobil bodong. Praktek ini disinyalir telah berjalan puluhan tahun
lamanya. Anehnya, pihak aparat pemerintah daerah maupun pemerintah pusat hingga
detik ini belum menunjukkan taringnya.
Batam sebagai Otorita Khusus, memang
memiliki perbedaan dengan daerah lain kawasan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Termasuk dalam hal kebijakan Fiskal, termasuk dalam hal Pajak.
Terutama Pajak kendaraan jenis mobil.
Kendaraan roda empat yang tergolong setengah mewah
hingga mewah, banyak dijajakan di kawasan itu. tentu saja dengan harga dibawah
pasaran. Sebagai contoh, sebuah unit mobil Toyota Atlis yang masih baru, bisa
didapat dengan harga hanya 80 juta rupiah. Padahal harga mobil tersebut umumnya
berkisar di 300 jutan rupiah.
Kenapa harga Mobil bisa sangat
murah di Batam? Karena di kawasan Batam, bebas pajak bea masuk dan pajak
pertambahan nilai. Ketentuan tersebut, hanya berlaku di Batam. Jika mobil itu dibawa
ke luar Batam, dijual ke Riau atau ke daerah lain, pajak akan dikenakan kembali.
Batam, memang memiliki banyak keistimewaan. Awalnya,
otoritas khusus ini ditujukan untuk menjadikan kawasan itu menjadi pusat
kegiatan industry, pelabuhan dan ekspor.
Kekhususan wilayah Batam, digagas oleh mantan
Menristek orde baru BJ Habibie. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Otorita
Batam dan pernah menjanjikan Batam akan mengimbangi Singapore dalam waktu 25-30
tahun.
Sayangnya, label Batam yang digagas Habibie kandas
seiring dengan arus reformasi dan lengsernya Habibie sebagai Presiden dari
penunjukkan Soeharto. Bahkan Batam semakin suram lantaran sulitnya investor
memasuki wilayah tersebut dan dijagal para mafia tanah asal Singapura.
Lebih tragis lagi, Batam juga
kehilangan daya tariknya bagi Wisatawan Singapore yang mau shoping murah, judi,
hiburan hingga main golf. Sebaliknya, meski Otorita Batam kehilangan orientasi
pengembangan dan nasib makin tak menentu, ada sejumlah “keunggulan” yaitu maraknya
bisnis haram. Keunggulan itu lantaran adanya fakta keistimewaan Batam yang
ditetapkan oleh UU tetap berlaku hingga kini.
Yang paling mencolok diantaranya adalah banyaknya
Mobil dan alat berat bodong yang masuk via Batam untuk kemudian diselundupkan
ke Sumatera, Jawa dan kawasan lain di Indonesia. Mobil- mobil mewah baik baru
maupun bekas, dan alat-alat berat bebas masuk baik legal maupunillegal melalui pelabuhan-pelabuhan
swasta yang liar.
Sebagai daerah khusus Industri,
Batam punya banyak pelabuhan yang dimiliki dan dikelola oleh masing-masing
perusahaan. Sedangkan pelabuhan liar juga menjadi pintu masuk bisnis haram
termasuk dugaan adanya penyelundupan narkoba.
Sebagian besar mobil dan alat
berat itu datang dari Singapore, China, Malaysia, Taiwan, Korea bahkan Jepang. Kebijakan
Singapore membatasi usia kenderaan maksimal 10 tahun, mengakibatkan banyak mobil
tua Singapura masuk diselundupkan ke Batam. Padahal, seharusnya mobil-mobil
tersebut dimusnahkan atau dijadikan scrap utk kemudian logamnya dilebur kembali
sebagai bahan baku berbagai produk.
Dari data, saat ini terdapat
hampir 50.000 mobil ilegal di Batam. Pemerintah pernah berencana mau
“melegalkannya” atau diputihkan. Pemutihan dilakukan pemerintah pasca
penangkapan sejumlah mobil mewah bodong di Batam oleh MabesPolri pada akhir
2010 lalu. Namun rencana pemutihan mobil bodong di Batam itu gagal. Kementerian
Keuangan hanya menyetujui pemutihan 429 unit mobil saja. Sedangkan sisanya antara
40-50 ribu mobil tidak bisa diputihkan karena benar-benar masuk secara ilegal. Selain
itu, tidak sedikit mobil-mobil itu berasal dari hasil curian di Malaysia.
Kini Mabes Polri tidak terdengar lagi melakukan
operasi penangkapan mobil-mobil bodong di Batam. Setali tiga uang, Kemenkeu juga
tidak jelas kebijakannya.
Ada dugaan banyak oknum lintas sektoral bermain di
sana. Garda terdepan diduga
dari pihak Angkatan Laut, Polairud, Bea Cukai, Syahbandar, Ditjen Perlabuhan.
Dibelakangnya tentu ada peran dari Samsat Batam. Pihak oknum2 Ditlantas
Polda Kepri/Poltabes Batam tentu punya peran besar. Masalah mobil atau alat
berat bodong di Batam disinyalir melibatkan mata rantai oknum-oknum penguasa
dari hulu ke hilir. Semua terlibat. Semua bersatu menjadi Mafia.
Ada dugaan, sebagian
mobil dan alat berat bodong kemudian dijual, diselundupkan ke luar Batam. Keterlibatan
lintas oknum memudahkan lolosnya barang selundupan. Alat berat bodong banyak
ditampung oleh industri di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi bahkan Papua. Bahkan
Mobil Bodong masuk dengan mudah ke Jakarta.
Jika mobil dan
alat berat bodong yang masuk ke Batam 5000 unit per tahun, berapa triliun
kerugian negara? Jika kemudian mobil dan alat berat tersebut diselundupkan lagi ke
luar batam, kerugian negara berlipat-lipat.
Mafia Mobil dan
alat berat bodong di Batam ini luar biasa sakti. Tiga tahun lalu ada aparat
jujur yang membongkar kasus ini, eh dia malah dipecat.
Tidak cukup sampai disitu,
aparat jujur itu malah dikriminalisasikan dan dimasukan ke penjara. NEGARA
kalah lawan MAFIA ! Innalilahi…
Kasus aparat
jujur yang berani membongkar Praktek Mafia Mobil dan Alat berat bodong itu
sempat dilaporkan ke Komisi III DPR. Sayangnya hasilnya hingga kini gelap dan senyap.
Karena omset Mafia Mobil dan
Alat Berat bdong ini triliunan per tahun, para mafia diduga melobi oknum
pejabat dan dijadikan bayi untuk disuapi. Anehnya, pihak Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) tutup hidung dan tutup telinga. Jika saja
KPK RI sebagai garda terakhir penyelamat keuangan Negara, puluhan bahkan
mungkin ratusan triliun layak digunakan sebagai pengangkat harkat hidup bangsa
dan masyarakat Indonesia. Dan memasukkan ribuan koruptor kakap ke penjara. Sayangnya
KPK RI masih tutup hidung dan telinga.
Bahkan informasi
terakhir yang didapat mengatakan bahwa mobil alat berat selundupan itu memiliki
ciri plat nopol berakhiran Z atau X. sebagai contoh : BP
1234 XY atau BP 1234 ZW. Adakah yang mau mengaku siapa mafia, pengusaha, dalang
dan beking dibalik semua ini? Kalau bukan pejabat, aparat asli Republik
Indonesia tak akan ada pejabat, aparat palsu yang sekarang ini sedang menjabat
mau bertindak atas nama hukum, bangsa dan rakyat Indonesia.@Fatih Muhammad /Priandita
Krissandhy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar