Jurnalis Independen: Akun twiter paling kontroversial@triomacan,
kembali mendada Gubernur Joko Widodo tokoh yang paling dianggap Kontroversial dalam
membela wong cilik di DKI Jakarta. Bahkan, admin twiter itu menantang para
pendukung Joko Widodo (Jokowi) yang namanya kian melecit seiring “pertikaiannya”
terkait Kartu Jakarta Sehat dengan pihak DPRD DKI.
Triomacan mengatakan, bahwa menyimpulkan
jika Jokowi bukanlah malaikat yang turun dari surga, superman apalagi seorang
nabi yang diutus ke bumi. Jokowi hanyalah seorang boneka India, jelas
triomacan.
Masih menurut pemilik triomacan,
Jokowi memang dipersiapkan “majikan gelapnya” untuk jabatan tertentu, bisa jadi
untuk bertarung dan menduduki kursi kepresidenan 2014. Semua fasilitas dan
persiapan telah matang duperhitungkan oleh majikan gelap Jokowi. Kehebatan Jokowi
menduduki jabatan Walikota Solo dua periode, bukan lantaran prestasi tetapi
lebih disebabkan lawan politiknya memiliki reputasi moral lebih buruk.
Selain arogan alias sombong,
walikota solo yang dikalahkan Jokowi pada pilkada solo pertama juga terlilit
berbagai kasus korupsi. Jokowi yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo tampil
dengan sosok antitesa walikota solo yang jadi lawannya. Mereka tampil low
profil, merakyat. Akhirnya mereka menang dalam pilkada Solo itu dan pada
pilkada untuk periode kedua tahun 2010, mereka menang lagi dengan suara telak
90 persen.
Dimana kehebatan atau rahasia
sukses pasangan Jokowi dan Rudyatmo ini? jawabnya : pencitraan yang tepat dan
pilihan komunikasi politiknya.
Jokowi -Rudy memimpin Solo dengan
pembagian tugas yang persis sama dengan Jokowi - Ahok sekarang. Jokowi turun
blusukan menjumpai warga, sedangkan Rudy di kantor. Saat ini pun pembagian
tugas juga demikian. Jokowi blusukan ke warga, Ahok kuasai birokasi dan pemerintahan
DKI.
Modal berikutnya adalah strategi
pencitraan yg dilakukan secara apik, sistematis dan kontinyu. Semua kegiatan,
sisi humanisme dan lainnya diblow up. Semua potensi dan kekuatan media
digunakan untuk mempublikasikan secara masif dan kontinyu, tentu saja semua
kegiatan Satrio Piningit Palsu Jokowi yang dinilai “positif”. Termasuk acara
atau kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kinerja sebagai kepala daerah.
Semua dilakukan untuk pembentukan opini publik.
Tentu butuh modal yang cukup
besar ketika Jokowi masih menjabat walikota Solo. Ada yang jadi Bandar, guna
mensponsori atau donatur. Pengusaha Solo tersebut menjadi donatur Jokowi. Majikan
gelap Jokowi itu pemilik hotel dan berbagai usaha di solo. Majikan gelap Jokowi, juga menjadi otak dibalik kebijakannya
tentang larangan pendirian mal-mal baru di Solo.
Kurang dari 2 tahun menjalani
periode kedua sebagai walikota, Jokowi dipersiapkan menjadi Cagub Jawa Tengah.
Disiapkan untuk melawan Bibit Waluyo. Pencalonan Jokowi sebagai Cagub DKI
sebenarnya adalah “kecelakaan” alias by accident.
Awalnya Jokowi tidak ada rencana
maju di Pilgub DKI. PDIP memiliki banyak bakal calon (balon) cagub yang
dipersiapkan untuk Pilgub DKI. Seperti Adang R, Nono S dll. Bintang kemujuran Jokowi
dimulai dari kegagalan Djan Faridz sebagai calon Gubernur DKi yang diusulkan
oleh Jusuf Kalla (JK). Sayangnya Djan Faridz tidak “lulus”.
Djan Faridz yg “dievaluasi
kelayakannya” oleh Eep S Fatah (Pollmark Consultant) atas permintaan JK,
ternyata Djan Faridz dinilai kurang pas sebagai Calon Gubernur DKI. Sementara
itu,beberapa bakal Cagub PDIP yang lain juga kurang memenuhi harapan Megawati lantaran
berbagai faktor.
Ditengah persaingan meraih dukungan
PDIP, JK mengusulkan calon alternatife, yaitu Jokowi. Saat itu Jokowi sudah mulai
soft campaign via Esemka. Program Esemka sebenarnya adalah program Kemendiknas,
ditunggangi Jokowi guna angkat popularitas dan pencitraannya dalam menyongsong pilkada
Jateng.
Ketika nama Jokowi disodorkan
oleh JK ke Eep S Fatah untuk dinilai kelayakannya, Eep pun mengajukan
persyaratan yang kemudian disetujui Jokowi. Salah satu persyaratan yang diminta
Eep adalah agar Jokowi setujui dirinya didampingi oleh tim yang diajukan Eep guna
memantau Jokowi selama 24 jam. Tujuannya
adalah untuk mengekspolarasi semua keunggulan, karakter Jokowi sebagai pribadi
dan mengetahui kelemahan-kelemahan Jokowi untuk diantisipasi.
Di lain pihak, bakal cagub yang
berebut meraih tiket PDIP ternyata gagal. Adang Ruchyatna gagal. Nono sampurno
juga gagal karena alasan pribadi. Ketika Eep laporkan hasil penilaiannya pada
JK terkait Jokowi yang dinilai layak, JK langsung melakukan lobi ke Prabowo dan
djanz faridz agar memberikan dukungannya pada Jokowi.
Prabowo dan Djan F pun diutus JK menemui
Megawati untuk menawarkan nama Jokowi. Tawaran itu sangat menggiurkan dan sulit
ditolak Mega. Prabowo dan Djan Faridz menawarkan nama Jokowi sebagai Cagub DKI
ke PDIP/ Megawati dengan komitment penuh. Semua biaya ditanggung mereka. Disebut-sebut
Prabowo dan Djan F menyiapkan modal awal kampanye dan pemenangan Jokowi sebesar
Rp. 200 M. Diluar mahar ke PDIP sebesar Rp. 60 M.
Berkat lobi Prabowo dan Djan F,
Megawati pun setuju, meski sebenarnya diawal sudah ada komitmen PDIP untuk
mengusung Adang R. kemudian timbul
pertanyaan, siapa cawagubnya?
Bakal cawagub PDIP sesuai hasil
survey tertinggi adalah Deddy Mizwar. Sayangnya Deddy M tidak disetujui Prabowo
karena “kisah masa lalunya”. Akhirnya, Djan Faridz tawarkan nama Basuki Tjahja
Purnama alias Basuki Indra alias Zhong Wan Xie alias Ahok yang masih adik ipar
Djan Faridz sendiri.
Prabowo awalnya tidak menyetujui
nama Ahok. Sulit menang. Tapi diyakinkan adiknya Hashim Dj, bahwa Ahok dapat
jadi pintu pencucian dosa Prabowo. Ahok sebelumnya memang sering pindah-pindah partai,
dan hnaya sebentara menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, yaitu selama 1tahun
3 bulan. Namun dengan kemasan pencitraan yang luar biasa, sosok minus Ahok
disulap menjadi sosok positif. Berbagai macam citra baik dilekatkan pada diri Ahok.
Ahok juga merupakan pintu
pendanaan yang luar biasa guna pemenangan pilkada DKI. Tak sedikit para konglomerat
non pri dan non muslim merapat dan mendukung pasangan Jokowi-Ahok. Ahok jadi
simbol solidaritas komunitas tertentu. Sarana pencucian dosa Prabowo yang
pernah terlibat pelanggaran HAM berat pada tragedi Mei 98.
Singkat cerita, Jokowi-Ahok pun disetujui oleh PDIP dan
Gerindra maju merebut DKI 1. Mayoritas konglomerat pun tumplek blek, termasuk
JK mendukung Jokowi-Ahok sebagai pionernya. Dukungan politik dan financial pun
mengalir deras ke Jokowi Ahok. Bahkan ada info bahwa konglomerat-konglomerat buronan
BLBI di Singapura, mendukung pasanganbJokowi Ahok. Disebut para buronan, musuh
negara yang merugikan Negara RI 560 Triliun juga turut memberikan sumbangan. Puluhan
juta US$ mengalir demi sukses Jokowi Ahok menduduki DKI 1 dan DKI 2..
Tahap pertama cair USD 25 juta. Itu
belum termasuk bantuan uang dan fasilitas media massa besar dari konglomerat lain
yang lebih dulu menjadi majikan Jokowi, seperti Edward Suryajaya
Penguasa Ekonomi Jakarta yang
dikenal dengan sebutan Sembilan Naga. Selain itu, dukungan pada Jokowi dan Ahok
juga berasal dari MNC Grup (HT), Media Grup (S Paloh). Bantuan dana yang tak
kalah besarnya adalah dari Lippo Grup dan First Media Grup, James T Riyadi.
Plus komunitas Tionghoa Jakarta. Jadi sebenarnya dana pilgub Jokowi Ahok itu
luar biasa besar. Tapi sesuai dengan strategi pencitraannya, Jokowi Ahok dibuat
“miskin”.
Berbagai kamuflase dibuat meyakinkan
rakyat Jakarta guna mencitrakan Jokowi Ahok ini minim uang, lemah, dikeroyok
partai-partai besar. Dengan semua ini (sebenarnya baru sebagian kecil yg kami
ungkapkan), Jokowi Ahok ini hanyalah pion dari para raja yang mengendalikan
mereka.
Berbagai kepentingan bertumpuk di
pundak Jokowi Ahok. Mulai dari politik praktis, motif ekonomi, bisnis, proyek-proyek
hingga pada kepentingan sectarian.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah
misi dari sejmlah konglomerat dan para tokoh untuk terus mengorbitkan Jokowi si
“boneka India” mereka hingga menjadi Presiden.
Sebagai pihak yang pernah secara
langsung diundang untuk mendukung Jokowi Ahok, pemilik acunt triomacan mengaku
memiliki info lengkap maksud dan tujuannya mengorbitkan Jokowi. Salah satu
informasi yang terkonfirmasi adalah rencana baliknya para konglomerat hitam,
buronan BLBI yang selama ini bersembunyi di Singapura yang memang memberikan
fasilitas persembunyian bagi WNI keturunan China menghilangkan jejak dari aparat
hukum Indonesia dan akan kembali jika pemimpin negeri ini ada digenggaman
tangan mereka para konglo hitam.
Kekecewan para penjahat BLBI terhadap
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang gagal menghapuskan aspek pidana BLBI,
membuat mereka membesarkan dan menjagokan Satrio Piningit Palsu itu. Guna pemenangan
Jokowi menuju RI 1 tahun 2014, telah disiapkan dana yang sangat besar. Salah 1
strategi mereka adalah secara kontinue, masif dan sistematis terus mendongkrak
popularitas Jokowi dgn promosi dan pencitraan media, para majikan atau sponsor
Jokowi telah membayar mahal banyak media massa agar terus maintain sekitar
popularitas dan citra Jokowi hingga 2014.
Itulah sebabnya jika ada satu
pihak saja yang coba-coba mengkritisi Jokowi apalagi menyerangnya Jokowi,
berhamburan keluar tim khusus yang menghadapinya. Disamping sejumlah media
massa besar yang dikontrak khusus sampai 2014, konglomerat pelarian itu juga
mengeluarkan milyaran untuk lembaga survey. Pengamat dan politikus yang
memberikan dukungannya pada Jokowi. Dibelakang Jokowi Ahok ini terdapat
sejumlah nesar konglomerat, media, komunitas tertentu, tim konsultan politik canggih
yang luar biasa besarnya.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar