Selasa, 28 Mei 2013

Kekuatan Uang Dibalik Kesuksesan "Si Boneka India" Jokowi


Jurnalis Independen: Akun twiter paling kontroversial@triomacan, kembali mendada Gubernur Joko Widodo tokoh yang paling dianggap Kontroversial dalam membela wong cilik di DKI Jakarta. Bahkan, admin twiter itu menantang para pendukung Joko Widodo (Jokowi) yang namanya kian melecit seiring “pertikaiannya” terkait Kartu Jakarta Sehat dengan pihak DPRD DKI.


Triomacan mengatakan, bahwa menyimpulkan jika Jokowi bukanlah malaikat yang turun dari surga, superman apalagi seorang nabi yang diutus ke bumi. Jokowi hanyalah seorang boneka India, jelas triomacan.

Masih menurut pemilik triomacan, Jokowi memang dipersiapkan “majikan gelapnya” untuk jabatan tertentu, bisa jadi untuk bertarung dan menduduki kursi kepresidenan 2014. Semua fasilitas dan persiapan telah matang duperhitungkan oleh majikan gelap Jokowi. Kehebatan Jokowi menduduki jabatan Walikota Solo dua periode, bukan lantaran prestasi tetapi lebih disebabkan lawan politiknya memiliki reputasi moral lebih buruk.

Selain arogan alias sombong, walikota solo yang dikalahkan Jokowi pada pilkada solo pertama juga terlilit berbagai kasus korupsi. Jokowi yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo tampil dengan sosok antitesa walikota solo yang jadi lawannya. Mereka tampil low profil, merakyat. Akhirnya mereka menang dalam pilkada Solo itu dan pada pilkada untuk periode kedua tahun 2010, mereka menang lagi dengan suara telak 90 persen.

Dimana kehebatan atau rahasia sukses pasangan Jokowi dan Rudyatmo ini? jawabnya : pencitraan yang tepat dan pilihan komunikasi politiknya.

Jokowi -Rudy memimpin Solo dengan pembagian tugas yang persis sama dengan Jokowi - Ahok sekarang. Jokowi turun blusukan menjumpai warga, sedangkan Rudy di kantor. Saat ini pun pembagian tugas juga demikian. Jokowi blusukan ke warga, Ahok kuasai birokasi dan pemerintahan DKI.

Modal berikutnya adalah strategi pencitraan yg dilakukan secara apik, sistematis dan kontinyu. Semua kegiatan, sisi humanisme dan lainnya diblow up. Semua potensi dan kekuatan media digunakan untuk mempublikasikan secara masif dan kontinyu, tentu saja semua kegiatan Satrio Piningit Palsu Jokowi yang dinilai “positif”. Termasuk acara atau kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kinerja sebagai kepala daerah. Semua dilakukan untuk pembentukan opini publik.

Tentu butuh modal yang cukup besar ketika Jokowi masih menjabat walikota Solo. Ada yang jadi Bandar, guna mensponsori atau donatur. Pengusaha Solo tersebut menjadi donatur Jokowi. Majikan gelap Jokowi itu pemilik hotel dan berbagai usaha di solo. Majikan gelap Jokowi,  juga menjadi otak dibalik kebijakannya tentang larangan pendirian mal-mal baru di Solo.

Kurang dari 2 tahun menjalani periode kedua sebagai walikota, Jokowi dipersiapkan menjadi Cagub Jawa Tengah. Disiapkan untuk melawan Bibit Waluyo. Pencalonan Jokowi sebagai Cagub DKI sebenarnya adalah “kecelakaan” alias by accident.
Awalnya Jokowi tidak ada rencana maju di Pilgub DKI. PDIP memiliki banyak bakal calon (balon) cagub yang dipersiapkan untuk Pilgub DKI. Seperti  Adang R, Nono S dll. Bintang kemujuran Jokowi dimulai dari kegagalan Djan Faridz sebagai calon Gubernur DKi yang diusulkan oleh Jusuf Kalla (JK). Sayangnya Djan Faridz tidak “lulus”.

Djan Faridz yg “dievaluasi kelayakannya” oleh Eep S Fatah (Pollmark Consultant) atas permintaan JK, ternyata Djan Faridz dinilai kurang pas sebagai Calon Gubernur DKI. Sementara itu,beberapa bakal Cagub PDIP yang lain juga kurang memenuhi harapan Megawati lantaran berbagai faktor.

Ditengah persaingan meraih dukungan PDIP, JK mengusulkan calon alternatife, yaitu Jokowi. Saat itu Jokowi sudah mulai soft campaign via Esemka. Program Esemka sebenarnya adalah program Kemendiknas, ditunggangi Jokowi guna angkat popularitas dan pencitraannya dalam menyongsong pilkada Jateng.

Ketika nama Jokowi disodorkan oleh JK ke Eep S Fatah untuk dinilai kelayakannya, Eep pun mengajukan persyaratan yang kemudian disetujui Jokowi. Salah satu persyaratan yang diminta Eep adalah agar Jokowi setujui dirinya didampingi oleh tim yang diajukan Eep guna memantau  Jokowi selama 24 jam. Tujuannya adalah untuk mengekspolarasi semua keunggulan, karakter Jokowi sebagai pribadi dan mengetahui kelemahan-kelemahan Jokowi untuk diantisipasi.

Di lain pihak, bakal cagub yang berebut meraih tiket PDIP ternyata gagal. Adang Ruchyatna gagal. Nono sampurno juga gagal karena alasan pribadi. Ketika Eep laporkan hasil penilaiannya pada JK terkait Jokowi yang dinilai layak, JK langsung melakukan lobi ke Prabowo dan djanz faridz agar memberikan dukungannya pada Jokowi.

Prabowo dan Djan F pun diutus JK menemui Megawati untuk menawarkan nama Jokowi. Tawaran itu sangat menggiurkan dan sulit ditolak Mega. Prabowo dan Djan Faridz menawarkan nama Jokowi sebagai Cagub DKI ke PDIP/ Megawati dengan komitment penuh. Semua biaya ditanggung mereka. Disebut-sebut Prabowo dan Djan F menyiapkan modal awal kampanye dan pemenangan Jokowi sebesar Rp. 200 M. Diluar mahar ke PDIP sebesar Rp. 60 M.

Berkat lobi Prabowo dan Djan F, Megawati pun setuju, meski sebenarnya diawal sudah ada komitmen PDIP untuk mengusung Adang R.  kemudian timbul pertanyaan, siapa cawagubnya?

Bakal cawagub PDIP sesuai hasil survey tertinggi adalah Deddy Mizwar. Sayangnya Deddy M tidak disetujui Prabowo karena “kisah masa lalunya”. Akhirnya, Djan Faridz tawarkan nama Basuki Tjahja Purnama alias Basuki Indra alias Zhong Wan Xie alias Ahok yang masih adik ipar Djan Faridz sendiri.

Prabowo awalnya tidak menyetujui nama Ahok. Sulit menang. Tapi diyakinkan adiknya Hashim Dj, bahwa Ahok dapat jadi pintu pencucian dosa Prabowo. Ahok sebelumnya memang sering pindah-pindah partai, dan hnaya sebentara menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, yaitu selama 1tahun 3 bulan. Namun dengan kemasan pencitraan yang luar biasa, sosok minus Ahok disulap menjadi sosok positif. Berbagai macam citra baik dilekatkan pada diri Ahok.
Ahok juga merupakan pintu pendanaan yang luar biasa guna pemenangan pilkada DKI. Tak sedikit para konglomerat non pri dan non muslim merapat dan mendukung pasangan Jokowi-Ahok. Ahok jadi simbol solidaritas komunitas tertentu. Sarana pencucian dosa Prabowo yang pernah terlibat pelanggaran HAM berat pada tragedi Mei 98.

Singkat cerita,  Jokowi-Ahok pun disetujui oleh PDIP dan Gerindra maju merebut DKI 1. Mayoritas konglomerat pun tumplek blek, termasuk JK mendukung Jokowi-Ahok sebagai pionernya. Dukungan politik dan financial pun mengalir deras ke Jokowi Ahok. Bahkan ada info bahwa konglomerat-konglomerat buronan BLBI di Singapura, mendukung pasanganbJokowi Ahok. Disebut para buronan, musuh negara yang merugikan Negara RI 560 Triliun juga turut memberikan sumbangan. Puluhan juta US$ mengalir demi sukses Jokowi Ahok menduduki DKI 1 dan DKI 2..

Tahap pertama cair USD 25 juta. Itu belum termasuk bantuan uang dan fasilitas media massa besar dari konglomerat lain yang lebih dulu menjadi majikan Jokowi, seperti Edward Suryajaya
Penguasa Ekonomi Jakarta yang dikenal dengan sebutan Sembilan Naga. Selain itu, dukungan pada Jokowi dan Ahok juga berasal dari MNC Grup (HT), Media Grup (S Paloh). Bantuan dana yang tak kalah besarnya adalah dari Lippo Grup dan First Media Grup, James T Riyadi. Plus komunitas Tionghoa Jakarta. Jadi sebenarnya dana pilgub Jokowi Ahok itu luar biasa besar. Tapi sesuai dengan strategi pencitraannya, Jokowi Ahok dibuat “miskin”.

Berbagai kamuflase dibuat meyakinkan rakyat Jakarta guna mencitrakan Jokowi Ahok ini minim uang, lemah, dikeroyok partai-partai besar. Dengan semua ini (sebenarnya baru sebagian kecil yg kami ungkapkan), Jokowi Ahok ini hanyalah pion dari para raja yang mengendalikan mereka.
Berbagai kepentingan bertumpuk di pundak Jokowi Ahok. Mulai dari politik praktis, motif ekonomi, bisnis, proyek-proyek hingga pada kepentingan sectarian.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah misi dari sejmlah konglomerat dan para tokoh untuk terus mengorbitkan Jokowi si “boneka India” mereka hingga menjadi Presiden.

Sebagai pihak yang pernah secara langsung diundang untuk mendukung Jokowi Ahok, pemilik acunt triomacan mengaku memiliki info lengkap maksud dan tujuannya mengorbitkan Jokowi. Salah satu informasi yang terkonfirmasi adalah rencana baliknya para konglomerat hitam, buronan BLBI yang selama ini bersembunyi di Singapura yang memang memberikan fasilitas persembunyian bagi WNI keturunan China menghilangkan jejak dari aparat hukum Indonesia dan akan kembali jika pemimpin negeri ini ada digenggaman tangan mereka para konglo hitam.

Kekecewan para penjahat BLBI terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang gagal menghapuskan aspek pidana BLBI, membuat mereka membesarkan dan menjagokan Satrio Piningit Palsu itu. Guna pemenangan Jokowi menuju RI 1 tahun 2014, telah disiapkan dana yang sangat besar. Salah 1 strategi mereka adalah secara kontinue, masif dan sistematis terus mendongkrak popularitas Jokowi dgn promosi dan pencitraan media, para majikan atau sponsor Jokowi telah membayar mahal banyak media massa agar terus maintain sekitar popularitas dan citra Jokowi hingga 2014.

Itulah sebabnya jika ada satu pihak saja yang coba-coba mengkritisi Jokowi apalagi menyerangnya Jokowi, berhamburan keluar tim khusus yang menghadapinya. Disamping sejumlah media massa besar yang dikontrak khusus sampai 2014, konglomerat pelarian itu juga mengeluarkan milyaran untuk lembaga survey. Pengamat dan politikus yang memberikan dukungannya pada Jokowi. Dibelakang Jokowi Ahok ini terdapat sejumlah nesar konglomerat, media, komunitas tertentu, tim konsultan politik canggih yang luar biasa besarnya.@JI

Tidak ada komentar: