Senin, 28 Januari 2013

Sehari, Pemerintah Ngutang Rp 9,4 Trilyun Padahal Bisa Seperti Negara Brasilia


Jurnalis Independen: Pemerintah kembali menggenjot pengumpulan dana lewat penerbitan surat utang untuk menutup defisit anggaran APBN 2011. Hari ini pemerintah menjual surat utang Rp 9,4 triliun, melewati target yang ditetapkan Rp 7 triliun.


Demikian isi pengumuman yang disampaikan oleh Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang dikutip, Selasa (18/8/2011).

"Lelang 6 seri surat utang negara dalam mata uang rupiah dilakukan pada 16 Agustus 2011. Total penawaran mencapai Rp 22,413 triliun. Pemerintah menyerap Rp 9,4 triliun," demikian isi pengumuman tersebut.

Adapun hasil lelang 5 seri surat utang negara (SUN) tersebut adalah:

 SPN03111118, penawaran yang masuk Rp 4,771 triliun. Pemerintah menyerap Rp 1,3 triliun. Jatuh tempo 18 November 2011
 SPN12120818, penawaran yang masuk Rp 5,581 triliun. Pemerintah menyerap Rp 1,8 triliun. Jatuh tempo 18 Agustus 2012
 FR0055, penawaran yang masuk Rp 2,56 triliun. Pemerintah menyerap Rp 850 miliar. Jatuh tempo 15 September 2016
 FR0053, penawaran yang masuk Rp 2,788 triliun. Pemerintah menyerap Rp 1,45 triliun. Jatuh tempo 15 Juli 2021
 FR0058, penawaran yang masuk Rp 6,712 triliun. Pemerintah menyerap Rp 4 triliun. Jatuh tempo 15 Juni 2032.

Sementara itu, meski Peluang Kian Terbatas, SBY semestinya masih memiliki peluang mengikuti jejak sukses Presiden Lula dari Brasil

Presiden SBY sebaiknya belajar dari keberhasilan pemimpin Brasilia,Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, 64 tahun,dalam membangun pertanian dan perekonomian rakyatnya, bukan semata membangun pasar modal dan sektor nontradable yang jelas tidak menguntungkan rakyat.

Dalam dua periode kepemimpinan (2002-2006 dan 2006-2010), Lula berhasil mengangkat derajat Brasil dari negara miskin menjadi salah satu negara terkaya dunia.

Di bawah kepemimpinan Lula, ungkap Rizal Ramli (mantan menteri perekonomian) puluhan juta rakyat Brasil lepas dari belenggu kemiskinan dan berhasil menjadi orang-orang kaya baru. Berdasarkan konstitusi, Lula tak diperbolehkan menjabat untuk periode ketiga.prestasi Lula diakui bukan sebatas di bidang ekonomi. Ia juga dilihat sebagai simbol keberhasilan warga kebanyakan, dari kelas pekerja, dalam mencapai posisi puncak politik dan memajukan bangsanya.

''Rakyat Brasil  bebas dari kemiskinan, sebagian besar kaum taninya sejahtera dan bebas dari keterbelakangan. Pembangunan pro-rakyat, pro-poor dan pro-job di sektor pertanian. Sebagaimana sudah kita baca melalui laporan Reuters (dikutip The Jakarta Post, 1/10), jutaan rakyat Brasil lebih banyak membicarakan presiden yang akan pergi daripada presiden yang akan datang. Hal itu karena selama delapan tahun memimpin, Lula berhasil mengubah jutaan rakyat miskin Brasil menjadi kelas menengah yang leluasa membelanjakan uang. Lula juga berjasa dalam mengubah Brasil menjadi satu pemimpin ekonomi dan diplomasi serta raksasa ekonomi Amerika Latin,'' kata tokoh nasional sekaligus ekonom senior Dr Rizal Ramli, mantan demonstran ITB yang dipenjara Orde Baru.

Dalam konteks Indonesia, SBY harus menyadari bahwa akibat Elnino, surplus beras sejak tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan dari 6,7 persen tahun 2009 menjadi 1,17 persen tahun 2010. Target surplus beras di Indonesia tahun 2010 sebesar 3,2 persen, tetapi hingga saat ini surplus beras hanya 1,17 persen. Selain El-nino, ada faktor lain yang menyebabkan target surplus nasional meleset. Ternyata El-nino berpengaruh pada peningkatan serangan hama. Karena setelah itu terjadi kemarau yang basah yang menyebabkan peningkatan serangan hama itu. Tahun ini target surplus meleset.  hingga kita ragu bahwa stok beras Bulog hingga akhir 2010 ini. Kita tak yakin stok itu cukup walau masih ada sisa dari over produksi tahun 2009 lalu. ''Yang menjadi persoalan adalah tahun depan akan seperti apa?.Saya prediksi kita kekurangan stok beras karena produksi padi-padian di dunia internasional makin mahal dan menurun akibat perubahan iklim. Kita harus waspada bahwa krisis beras bisa terjadi jika stok Bulog dan petani tak mencukupi,''kata Rizal Ramli.

Berdasarkan data BPS, surplus beras tahun 2007 di Indonesia mencapai 4,96 persen, tahun 2008 5,4 persen dan tahun 2009 sebesar 6,7 persen dan tahun 2010 hanya 1,17 persen. Dan gangguan iklim dunia sangat terasa saat ini. Iklim yang tidak menentu menurutnya juga akan berpengaruh siginifikan terhadap pangan terutama beras. Padahal masyarakat Indonesia telah menjadikan beras sebagai makanan pokok.

Kembali pada kasus Brasil, Di era kepemimpinannya, puluhan juta rakyat Brasil lepas dari belenggu kemiskinan dan berhasil menjadi orang-orang kaya baru. Berdasarkan konstitusi, Lula tak diperbolehkan menjabat untuk periode ketiga.

Namun popularitasnya membuat kampanye salah seorang calon presiden, Dilma Rousseff , selalu lebih menarik perhatian. Faktor itulah juga yang membuat Rousseff , calon presiden pilihan Lula, hingga kini selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat.

Lula, yang akan resmi menyerahkan kekuasaannya ke presiden baru pada 1 Januari 2011, telah menjadi simbol transformasi Brasil dari yang tadinya negara keranjang utang ke negara kaya baru. Meskipun demikian, bukan berarti mantan tukang semir miskin dan pandai besi itu tak pernah gagal.

Dalam periode kepemimpinannya yang kedua, banyak pengamat menilai dia gagal menerapkan reformasi ekonomi utama yang amat dibutuhkan untuk membuat Brasil sanggup mempertahankan prestasi ekonominya. Banyak warga yang bersemangat ketika menyebutkan nama Lula.
Minggu ini  Brasil akan menyelenggarakan pemilihan presiden. Inilah pemilihan presiden yang akan menggugah rasa emosional rakyat. Memang rakyat Brasil akan kehilangan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva. Ini yang rupanya lebih menggugah suasana emo- sional rakyat dibanding bakal tampilnya presiden baru.

Presiden Lula menjabat sejak tahun 2002 dan kini ia dibatasi konstitusi yang tidak memungkinkan dirinya mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. '' Walaupun demikian, rakyat Brasil tak menyangsikan, Lula adalah tokoh yang paling berpengaruh di Brasil saat ini karena berhasil membangun ekonomi kerakyatan di Brasil, bukan kapitalisme neolib yang menyulitkan rakyat. Presiden SBY di tengah sempitnya  kesempatan yang kian menyempot dan terbatas, tetap punya peluang jika mau mengubah haluan ekonomi yang pernah saya sarankan kepadanya beberapa tahun lalu. Tinggakan neoliberalisme, sebab ekonomi konstitusi yang kita perjuangkan justru akan membuatnya bisa berpeluang mengatasi kemiskinan dan pengangguran,'' kata Rizal kepada Rimanews, pertengahan pekan ini...

Kenyataan ini juga mengingatkan kita pada pengalaman Rusia. Meskipun amat berpengaruh dan berkuasa, Presiden Vladimir Putin tidak bisa mencalonkan diri lagi karena dibatasi oleh konstitusi. Namun, sebagaimana Presiden Lula, ia bisa mencalonkan kandidat yang dipilihnya. Seperti kita tahu, kini Putin menjabat sebagai Perdana Menteri Federasi Rusia dan calon yang ia jagokan—Dmitry Medvedev—kini menjadi presiden.

Sementara di Brasil, calon yang didukung penuh oleh Presiden Lula, yakni Dilma Rousseff dari Partai Pekerja yang berkuasa, juga bisa mendompleng kepopuleran Lula. Peluangnya untuk menang sangat besar.

Dengan mengikuti perjalanan karier Presiden Lula, kita bisa mencatat sejumlah hal. Memang, pada periode kedua masa jabatannya, Lula tidak seberhasil masa jabatan pertama. Namun, prestasi Lula diakui bukan sebatas di bidang ekonomi. Ia juga dilihat sebagai simbol keberhasilan warga kebanyakan, dari kelas pekerja, dalam mencapai posisi puncak politik dan memajukan bangsanya.

Kini, dengan pengakuan yang tinggi tersebut, Lula yang akan melepas jabatan presiden pada 1 Januari 2011 bisa disebut mencapai ”akhir yang baik”. Tingkat penerimaan rakyat mencapai 80 persen dan negara yang dipimpinnya kini menjadi salah satu negara terpandang di dunia.

Brasil, menurut Rizal Ramli,  memliki luas daratan dan jumlah penduduknya terbesar di Amerika Selatan, dan kini telah menunjukkan pengaruh politik yang luar biasa, bukan saja di kawasan ini tetapi juga di tingkatan global. Dengan dua periode kekuasaan di tangannya, Lula Da Silva telah memantapkan posisi Brazil sebagai kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan di dunia, bahkan data IMF mencatat, bahwa negeri “samba” ini akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2020 mendatang.

Sebagaimana ditulis dalam editorial Kompas, Lula, sang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa—malah bisa disebut melarat—tetapi dengan tekun meniti karier politik, disertai visi dan konsistensi kerja untuk membawa bangsa dan negara ke derajat lebih tinggi, sungguh hal yang ideal. Lula telah membuktikannya dan rakyat Brasil—bahkan dunia—menjadi saksinya. ''SBY masih punya kesempatan jika mau merombak tim ekuin kabinet, Indonesia jelas mengidamkan pemimpin yang dapat secara efektif mentransformasi bangsa dan negaranya seperti Presiden Lula, dan SBY harus berani membangun  pertanian dan kelautan menuju industri bahari dan agroindutri karena basis produksi kita terkuat di kedua sektor itu mustinya,'' kata Herdi Sahrasad, peneliti senior PSIK Universitas Paramadina..(BY/ berbagai sumber).
----------


Tidak ada komentar: