Jurnalis Independen: Pemerintah kembali menggenjot
pengumpulan dana lewat penerbitan surat utang untuk menutup defisit anggaran
APBN 2011. Hari ini pemerintah menjual surat utang Rp 9,4 triliun, melewati
target yang ditetapkan Rp 7 triliun.
Demikian isi pengumuman yang
disampaikan oleh Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang dikutip,
Selasa (18/8/2011).
"Lelang 6 seri surat utang negara
dalam mata uang rupiah dilakukan pada 16 Agustus 2011. Total penawaran mencapai
Rp 22,413 triliun. Pemerintah menyerap Rp 9,4 triliun," demikian isi
pengumuman tersebut.
Adapun hasil lelang 5 seri surat utang
negara (SUN) tersebut adalah:
SPN03111118, penawaran yang masuk Rp 4,771
triliun. Pemerintah menyerap Rp 1,3 triliun. Jatuh tempo 18 November 2011
SPN12120818, penawaran yang masuk Rp 5,581
triliun. Pemerintah menyerap Rp 1,8 triliun. Jatuh tempo 18 Agustus 2012
FR0055, penawaran yang masuk Rp 2,56 triliun.
Pemerintah menyerap Rp 850 miliar. Jatuh tempo 15 September 2016
FR0053, penawaran yang masuk Rp 2,788 triliun.
Pemerintah menyerap Rp 1,45 triliun. Jatuh tempo 15 Juli 2021
FR0058, penawaran yang masuk Rp 6,712 triliun.
Pemerintah menyerap Rp 4 triliun. Jatuh tempo 15 Juni 2032.
Sementara itu, meski Peluang Kian
Terbatas, SBY semestinya masih memiliki peluang mengikuti jejak sukses Presiden
Lula dari Brasil
Presiden SBY sebaiknya belajar dari
keberhasilan pemimpin Brasilia,Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, 64
tahun,dalam membangun pertanian dan perekonomian rakyatnya, bukan semata
membangun pasar modal dan sektor nontradable yang jelas tidak menguntungkan
rakyat.
Dalam dua periode kepemimpinan
(2002-2006 dan 2006-2010), Lula berhasil mengangkat derajat Brasil dari negara
miskin menjadi salah satu negara terkaya dunia.
Di bawah kepemimpinan Lula, ungkap
Rizal Ramli (mantan menteri perekonomian) puluhan juta rakyat Brasil lepas dari
belenggu kemiskinan dan berhasil menjadi orang-orang kaya baru. Berdasarkan
konstitusi, Lula tak diperbolehkan menjabat untuk periode ketiga.prestasi Lula
diakui bukan sebatas di bidang ekonomi. Ia juga dilihat sebagai simbol
keberhasilan warga kebanyakan, dari kelas pekerja, dalam mencapai posisi puncak
politik dan memajukan bangsanya.
''Rakyat Brasil bebas dari kemiskinan, sebagian besar kaum
taninya sejahtera dan bebas dari keterbelakangan. Pembangunan pro-rakyat,
pro-poor dan pro-job di sektor pertanian. Sebagaimana sudah kita baca melalui
laporan Reuters (dikutip The Jakarta Post, 1/10), jutaan rakyat Brasil lebih
banyak membicarakan presiden yang akan pergi daripada presiden yang akan
datang. Hal itu karena selama delapan tahun memimpin, Lula berhasil mengubah
jutaan rakyat miskin Brasil menjadi kelas menengah yang leluasa membelanjakan
uang. Lula juga berjasa dalam mengubah Brasil menjadi satu pemimpin ekonomi dan
diplomasi serta raksasa ekonomi Amerika Latin,'' kata tokoh nasional sekaligus
ekonom senior Dr Rizal Ramli, mantan demonstran ITB yang dipenjara Orde Baru.
Dalam konteks Indonesia, SBY harus
menyadari bahwa akibat Elnino, surplus beras sejak tiga tahun terakhir terus
mengalami penurunan dari 6,7 persen tahun 2009 menjadi 1,17 persen tahun 2010.
Target surplus beras di Indonesia tahun 2010 sebesar 3,2 persen, tetapi hingga
saat ini surplus beras hanya 1,17 persen. Selain El-nino, ada faktor lain yang
menyebabkan target surplus nasional meleset. Ternyata El-nino berpengaruh pada
peningkatan serangan hama. Karena setelah itu terjadi kemarau yang basah yang
menyebabkan peningkatan serangan hama itu. Tahun ini target surplus
meleset. hingga kita ragu bahwa stok
beras Bulog hingga akhir 2010 ini. Kita tak yakin stok itu cukup walau masih
ada sisa dari over produksi tahun 2009 lalu. ''Yang menjadi persoalan adalah tahun
depan akan seperti apa?.Saya prediksi kita kekurangan stok beras karena
produksi padi-padian di dunia internasional makin mahal dan menurun akibat
perubahan iklim. Kita harus waspada bahwa krisis beras bisa terjadi jika stok
Bulog dan petani tak mencukupi,''kata Rizal Ramli.
Berdasarkan data BPS, surplus beras
tahun 2007 di Indonesia mencapai 4,96 persen, tahun 2008 5,4 persen dan tahun
2009 sebesar 6,7 persen dan tahun 2010 hanya 1,17 persen. Dan gangguan iklim
dunia sangat terasa saat ini. Iklim yang tidak menentu menurutnya juga akan
berpengaruh siginifikan terhadap pangan terutama beras. Padahal masyarakat
Indonesia telah menjadikan beras sebagai makanan pokok.
Kembali pada kasus Brasil, Di era
kepemimpinannya, puluhan juta rakyat Brasil lepas dari belenggu kemiskinan dan
berhasil menjadi orang-orang kaya baru. Berdasarkan konstitusi, Lula tak
diperbolehkan menjabat untuk periode ketiga.
Namun popularitasnya membuat kampanye
salah seorang calon presiden, Dilma Rousseff , selalu lebih menarik perhatian.
Faktor itulah juga yang membuat Rousseff , calon presiden pilihan Lula, hingga
kini selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat.
Lula, yang akan resmi menyerahkan
kekuasaannya ke presiden baru pada 1 Januari 2011, telah menjadi simbol
transformasi Brasil dari yang tadinya negara keranjang utang ke negara kaya
baru. Meskipun demikian, bukan berarti mantan tukang semir miskin dan pandai
besi itu tak pernah gagal.
Dalam periode kepemimpinannya yang
kedua, banyak pengamat menilai dia gagal menerapkan reformasi ekonomi utama
yang amat dibutuhkan untuk membuat Brasil sanggup mempertahankan prestasi
ekonominya. Banyak warga yang bersemangat ketika menyebutkan nama Lula.
Minggu ini Brasil akan menyelenggarakan pemilihan
presiden. Inilah pemilihan presiden yang akan menggugah rasa emosional rakyat.
Memang rakyat Brasil akan kehilangan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva. Ini
yang rupanya lebih menggugah suasana emo- sional rakyat dibanding bakal
tampilnya presiden baru.
Presiden Lula menjabat sejak tahun
2002 dan kini ia dibatasi konstitusi yang tidak memungkinkan dirinya
mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. '' Walaupun demikian, rakyat Brasil
tak menyangsikan, Lula adalah tokoh yang paling berpengaruh di Brasil saat ini
karena berhasil membangun ekonomi kerakyatan di Brasil, bukan kapitalisme
neolib yang menyulitkan rakyat. Presiden SBY di tengah sempitnya kesempatan yang kian menyempot dan terbatas,
tetap punya peluang jika mau mengubah haluan ekonomi yang pernah saya sarankan
kepadanya beberapa tahun lalu. Tinggakan neoliberalisme, sebab ekonomi
konstitusi yang kita perjuangkan justru akan membuatnya bisa berpeluang
mengatasi kemiskinan dan pengangguran,'' kata Rizal kepada Rimanews,
pertengahan pekan ini...
Kenyataan ini juga mengingatkan kita
pada pengalaman Rusia. Meskipun amat berpengaruh dan berkuasa, Presiden
Vladimir Putin tidak bisa mencalonkan diri lagi karena dibatasi oleh
konstitusi. Namun, sebagaimana Presiden Lula, ia bisa mencalonkan kandidat yang
dipilihnya. Seperti kita tahu, kini Putin menjabat sebagai Perdana Menteri
Federasi Rusia dan calon yang ia jagokan—Dmitry Medvedev—kini menjadi presiden.
Sementara di Brasil, calon yang
didukung penuh oleh Presiden Lula, yakni Dilma Rousseff dari Partai Pekerja
yang berkuasa, juga bisa mendompleng kepopuleran Lula. Peluangnya untuk menang
sangat besar.
Dengan mengikuti perjalanan karier
Presiden Lula, kita bisa mencatat sejumlah hal. Memang, pada periode kedua masa
jabatannya, Lula tidak seberhasil masa jabatan pertama. Namun, prestasi Lula
diakui bukan sebatas di bidang ekonomi. Ia juga dilihat sebagai simbol
keberhasilan warga kebanyakan, dari kelas pekerja, dalam mencapai posisi puncak
politik dan memajukan bangsanya.
Kini, dengan pengakuan yang tinggi
tersebut, Lula yang akan melepas jabatan presiden pada 1 Januari 2011 bisa
disebut mencapai ”akhir yang baik”. Tingkat penerimaan rakyat mencapai 80
persen dan negara yang dipimpinnya kini menjadi salah satu negara terpandang di
dunia.
Brasil, menurut Rizal Ramli, memliki luas daratan dan jumlah penduduknya
terbesar di Amerika Selatan, dan kini telah menunjukkan pengaruh politik yang
luar biasa, bukan saja di kawasan ini tetapi juga di tingkatan global. Dengan
dua periode kekuasaan di tangannya, Lula Da Silva telah memantapkan posisi
Brazil sebagai kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan di dunia, bahkan data
IMF mencatat, bahwa negeri “samba” ini akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar
kelima di dunia pada tahun 2020 mendatang.
Sebagaimana ditulis dalam editorial
Kompas, Lula, sang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa—malah bisa disebut
melarat—tetapi dengan tekun meniti karier politik, disertai visi dan
konsistensi kerja untuk membawa bangsa dan negara ke derajat lebih tinggi,
sungguh hal yang ideal. Lula telah membuktikannya dan rakyat Brasil—bahkan
dunia—menjadi saksinya. ''SBY masih punya kesempatan jika mau merombak tim
ekuin kabinet, Indonesia jelas mengidamkan pemimpin yang dapat secara efektif
mentransformasi bangsa dan negaranya seperti Presiden Lula, dan SBY harus
berani membangun pertanian dan kelautan
menuju industri bahari dan agroindutri karena basis produksi kita terkuat di
kedua sektor itu mustinya,'' kata Herdi Sahrasad, peneliti senior PSIK
Universitas Paramadina..(BY/ berbagai sumber).
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar