Mengusir Raja Penyihir dari Bawean
Maulana menghampiri dan mendekati pohon besar yang
tumbang. Beberapa saat kemudian diusapnya bagian batang pohon tersebut dengan tangannya.
Secara perlahan-lahan pohon yang telah roboh itu kemudian bergerak dan tegak
kembali seperti sediakala
Pada permulaan
abad ke XVI (kira-kira tahun 1501 Masehi) datanglah ke Pulau Bawean seorang
bernama Maulana Umar Mas'ud. Maulana Umar Mas’ud adalah nama lain dari Pangeran
Perigi.. Beliau adalah cucu dari Sunan Derajat atau Sayyid Zainal 'Alim, yaitu
anak kedua dari Susuhunan Mojoagung.
Maulana Umar
Mas'ud datang ke Pulau Bawean dari Pulau Madura. Beliau datang ke Madura
bersama saudaranya yang bernama Pangeran Sekara. Pangeran Sekara ini menetap di
Madura serta beristeri di sana (tepatnya di Arosbaya), sedangkan Pangeran
Perigi (Maulana Umar Mas'ud) keluar dari Madura menuju ke arah utara hingga
sampai di Pulau Bawean dan mendarat di sebuah dusun yang sekarang bernama
Kumalasa.
Konon menurut
cerita, beliau datang ke Bawean dari Madura dengan menaiki seekor ikan. Pada
mulanya setelah tiba di Pulau Bawean, Maulana Umar Mas'ud tidak langsung
mengajarkan dan menyiarkan agama Islam, tetapi pertama yang beliau lakukan
ialah bergaul dengan penduduk setempat dengan bersahabat sehingga dalam
pergaulan itu sudah tidak ada perasaan bahwa beliau adalah orang asing.
Pergaulan beliau
dengan orang- orang sekitar dusun yang beliau tempati sangat erat sekali. Hingga
semua orang yang beliau kenal menaruh kepercayaan kepadanya. Apa lagi di dusun
itu sudah lebih dahulu datang seorang muslim, namun kedatangannya tidak
bermaksud dan tidak berfungsi sebagai penyebar agama.
Tak berapa lama
kemudian Maulana Umar Mas'ud mendapat kabar bahwa Pulau Bawean diperintah oleh
seorang Raja yang menganut faham animisme. Raja itu sangat dipatuhi oleh
rakyatnya sehingga rakyatnya pun mengikuti kepercayaan yang dianut oleh sang
raja. Raja itu bernama Babileono.
Setelah Maulana Umar
Mas'ud mendengar berita yang demikian itu, maka berangkatlah beliau menuju
dusun Panagi, tempat Raja Babileono bersemayam dan memerintah. Maksud beliau
mengunjungi Raja itu ialah untuk mencari kebenaran berita yang didengarnya. Dan
apabila memang benar demikian, beliau akan mengajak dan menyeru kepada Raja
tersebut agar bersedia menganut agama Islam. Karena beliau berkeyakinan,
apabila Raja itu nanti mau memeluk agama Islam, maka semua rakyatnya pun pasti
akan mengikutinya pula.
Alkisah, setelah
Maulana Umar Mas'ud tiba di Dusun Panagi dan berjumpa dengan Raja Babileono,
benarlah berita yang beliau ketahui, bahwa Raja itu menganut kepercayaan
animisme. Dalam pertemuan itu Maulana Umar Mas'ud dengan penuh kebijaksanaan
mengajak dan meminta Raja untuk memeluk agama Islam. Ajakan dan seruan beliau
ditolak oleh Raja meskipun hingga berulang kali Maulana Umar Mas'ud menyatakan
maksudnya itu tetapi selalu saja ditolak oleh Raja.
Akhirnya Raja
Babileono mengajukan tantangan kepada Maulana Umar Mas'ud, bahwa beliau harus
mengadu kesaktian dan kekuatan dengan Raja. Pertandingan itu disertai dengan
syarat. Siapa saja yang kalah harus tunduk dan patuh kepada yang menang.
Tantangan dan syarat tersebut diterima oleh Maulana Umar Mas'ud. Kemudian
ditentukanlah waktu serta tempat diselenggarakannya adu kesaktian dan kekuatan
itu.
Pada waktu yang
telah ditentukan maka berkumpulah semua pembantu Raja Babileono beserta
rakyatnya yang ingin menyaksikan adu kesaktian dan kekuatan tersebut. Sebuah lapangan
menjadi tempat pertandingan adu kesaktianpun telah disepakati. Raja babileono dan
Maulana Umar Mas'ud atau Pangeran Perigi sudah berada di tengah-tengah
lapangan.
Sebagaimana
lazimnya dengan keadaan kehidupan pemimpin-pemimpin masa dulu, demikian pula
halnya dengan apa yang terjadi antara Raja Babileono dengan Maulana Umar
Mas'ud. Adu kesaktian dan kekuatan yang terjadi antara keduanya berjalan seru
sekali. Dengan kesaktian dan kekuatan ilmu batinnya, Raja Babileono merebahkan
pohon kayu yang sangat besar tanpa alat dan bantuan siapapun.
Raja
mempersilakan Maulana Umar Mas'ud supaya menegakkan kembali pohon kayu yang
sudah tumbang itu. Semua yang hadir menunggu apa yang akan dilakukan oleh
Maulana Umar Mas'ud dalam usahanya menegakkan kembali pohon itu. Maulana Umar
Mas'ud berjalan dengan tenang. Maulana menghampiri dan mendekati pohon besar
yang tumbang. Beberapa saat kemudian diusapnya bagian batang pohon tersebut
dengan tangannya. Secara perlahan-lahan pohon yang telah roboh itu kemudian bergerak
dan tegak kembali seperti sediakala.
Kini sampai
giliran Maulana Umar Mas'ud, untuk menguji kesaktian sang raja. Beliau
mengambil dan menghela seekor kerbau ke tengah-tengah lapangan. Kerbau itu
beliau rebahkan dengan tongkat yang dibawanya. Setelah itu beliau mempersilakan
Raja Babileono mengangkat dan membangunkan kembali kerbau tersebut.
Raja Babileono
menghampirinya dan kemudian berusaha mengangkat dan membangunkannya. Usaha sang
Raja ternyata tak menggerakkan kerbau yang tertidur
itu. Berbagai cara dan kekuatan telah ia coba dan lakukan untuk membangunkan si
kerbau. Namun usahanya itu tidak membawa hasil sama sekali alias sia-sia.
Raja
dipersilakan oleh Maulana Umar Mas'ud meminta bantuan para pembantunya untuk
mengangkat dan membangunkan kerbau itu. Tetapi usaha itu pun sia- sia juga.
Akhirnya karena Raja Babileono sudah tidak sanggup lagi untuk mengangkat dan
membangunkan kerbau tersebut, sekali pun sudah dibantu pula oleh para
pembantunya, maka Maulana Umar Mas'ud datang menghampiri kerbau itu dan dengan
tongkatnya beliau mengangkat dan membangunkan si kerbau. Gemparlah keadaan
sekitar tempat adu kesaktian dan kekuatan tersebut.
Menyadari
kekalahannya, Raja Babileono tidak dapat menahan marah dan rasa malu. Hal itu
berarti dirinya harus tunduk dan patuh kepada Maulana Umar Mas'ud, sebagaimana
persyaratan yang sudah ia sepakati. Maka Raja Babileono pun kemudian menghunus
pedangnya dan menyerang Maulana Umar Mas'ud. Tetapi Maulana Umar Mas'ud dengan
cepat dan tangkas menepis serangan itu. Akibat kerasnya tangkisan dari pukulan
tusukan pedang Raja Babileono yang juga tak kalah kerasnya, tangkisan tongkat
Maulana Umar Mas'ud mengenai pedang Raja, dan kemudian pedang itu pun terpental,
berbalik dan mengenai diri Raja Babileono sendiri. Akibatnya Raja Babileono
tewas seketika oleh pedangnya sendiri. Mayat Raja Babileono kemudian dibuang
orang ke dalam laut. Dan dari mulai sejak itulah Maulana Umar Mas'ud
menyebarkan Islam di Pulau Bawean.@mbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar