Rabu, 23 Januari 2013

Jokowi The Spirit of Nusantara


Kandidat Rakyat Terpercaya Menuju RI-1 Tahun 2014


Jurnalis Independen: Pria kelahiran Surakarta, Solo, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana dan prihatin. Berangkat dari kesederhanaan itulah, Joko Widodo dibentuk menjadi pribadi tegas, sederhana, jujur apa adanya, berani melawan arus dan berkomitmen tinggi


Joko Widodo (Jokowi), mengatakan bahwa Jakarta sebagai ibu kota negara harus menjadi pusat kebudayaan nusantara.
"Jakarta adalah ibu kota negara, maka dari itu, harus menjadi pusat kebudayaan Indonesia, pusat kebudayaan nusantara, dengan tuan rumah Betawi," kata Gubernur DKI Jokowi di sela Kirab Budaya Rakyat di Monas, Jakarta saat itu. Dalam acara tersebut, para peserta melakukan arak-arakan dengan menggunakan pakaian tradisional dan menarikan tarian tradisional, termasuk Jokowi.

Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota Solo, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini. Bahkan hingga saat ia terpilih, masih banyak kalangan warga Solo yang meragukan kemampuannya sebagai birokrat masa depan. Namun setahun setelah ia memimpin Solo, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.

Kini setelah Seratus Hari Gubernur Jokowi, rakyat Indonesia dibuatnya terbelalak. Cara kerja blusukan, gaya bicara, gaya hidup jauh dari pencitraan, sederhana, perhatiannya pada budaya dan rakyat jelata, bersih dari korupsi, mengutamakan investor, pengusaha dalam negeri, sehari-harinya lebih banyak dilakukan di lapangan, dekat dan kecintaannya terhadap rakyat kecil rasanya sulit rakyat negeri jika tidak mendudukan Joko Widodo sebagai RI 1 tahun 2014 mendatang!

Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto “Solo: The Spirit of Java“. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka dan disiarkan oleh televisi lokal dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya.

Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.Berkat prestasi tersebut, Jokowi terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″ oleh Majalah Tempo.

Julukan “Jokowi” itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu Joko Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak nama dengan nama depan Joko yang jadi eksportir mebel kayu. Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Makanya, dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’. Panggilan itu kemudian melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan tertulis, Jokowi, saat di Solo dia mengecek, yang namanya persis Joko Widodo ada 16 orang.

Jokowi menjabat Walikota Solo dua periode. Kemenangan mutlak diperoleh saat pemilihan wali kota yang kedua kali  pada periode 2010-2015. Nama Jokowi sejak saat itu kian populer, selain kepribadiannya yang disukai masyarakat, menyerahkan gaji walikotanya dan memberikan pada para dhuafa mencuri perhatian masyarakat yang miskin tauladan. Ketika pergi ke pasar-pasar, para pedagang beramai-ramai memanggilnya, atau paling tidak berbisik pada orang sebelahnya, “Eh..itu Pak Joko.” Jokowi tidak segan duduk bersanding dan ngobrol dengan para tukang becak, penjual sayur, penjual kopi warungan. Sikapnya ini juga tidak berubah saat dirinya menjadi Gubernur DKI. 

Pria kelahiran Surakarta, Solo, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana dan prihatin. Berangkat dari kesederhanaan itulah, Joko Widodo dibentuk menjadi pribadi tegas, sederhana, jujur apa adanya, berani melawan arus dan berkomitmen tinggi untuk mengabdi pada rakyatnya. Sikap ‘tepo seliro’ (tenggang rasa) yang ditunjukkan kedua orang tuanya juga menjadi sumber inspirasi dan pegangan Joko Widodo dalam menjalani hidup.

Sebagai anak ‘tukang kayu", setelah lulus dari SMAN 6 Solo, Joko Widodo meneruskan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Karena tergolong mahasiswa yang bermodal pas-pasan, ia harus pandai-pandai mengelola keuangan. Ia juga harus sering menahan diri bila menginginkan sesuatu. Kondisi ini belakangan menjadi bermanfaat ketika ia menggeluti dunia bisnis sebagai pengusaha mebel. Semasa kuliah, Jokowi mengisi waktunya dengan kegiatan lintas alam seperti naik gunung dan sebagainya. "Kegiatan saya waktu menjadi mahasiswa itu naik gunung, main basket dan camping," ujar lulusan SDN 111 Tirtoyoso Solo ini.

Setelah lulus menjadi Sarjana Kehutanan UGM di tahun 1985, Jokowi tidak langsung bekerja di Solo. Dia merantau ke Aceh dan bekerja di sebuah BUMN. Tidak lama kemudian, ia kembali ke Solo dan bekerja di CV. Roda Jati, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan.

Setelah merasa cukup dengan pengalamannya di bisnis perkayuan, Jokowi memutuskan berhenti bekerja dan memulai berwirausaha di bidang mebel di tahun 1998. Jatuh bangun dalam merintis usaha juga dirasakan suami dari Iriana ini. Dengan kesabaran dan kerja keras, ia kembangkan bisnis dari pemain lokal menjadi eksportir. "Alhamdulillah, bisnis yang saya tekuni ini mampu memberi kehidupan bagi saya dan keluarga," ujar mantan ketua Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) cabang Surakarta ini.

Kesuksesan sebagai seorang pengusaha ternyata tidak memuaskan jiwa seorang Jokowi. Di saat krisis berkepanjangan menimpa bangsa ini, dimulai dari tahun 1998, Jokowi melihat masih banyak yang harus dilakukan untuk mengubah bangsa ini khususnya mengubah nasib masyarakat yang kurang mampu. Dari situlah awal jiwa kepemimpinannya terpanggil untuk membawa perubahan-perubahan yang berorentasi pada masyarakat kecil.

Akhirnya, Jokowi memulai niat suci itu dengan memasuki dunia politik praktis. Ia memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai kendaraan politik yang saat itu sedang populer di masyarakat. Niat suci Jokowi itu ternyata dikabulkan Tuhan. Ia pun terpilih menjadi Walikota Solo menggantikan Slamet Suryanto pada tahun 2005.

Biasanya, setelah berhasil duduk dan menjabat sebagai pemimpin, mereka, para pemimpin kemudian lupa akan janji-janjinya sebelum terpilih. Terlebih lagi mereka malah terjerumus ke dalam lingkaran birokrasi yang sarat dengan praktik korupsi. Namun hal itu tidak terjadi dengan seorang Jokowi. Jokowi dahulu adalah Jokowi sekarang, juga Jokowi akan datang, tidak akan pernah berubah.

Menurut Jokowi, menjadi pemimpin harus dimulai dengan niat yang lurus dan ikhlas. Baginya, jabatan adalah suatu amanah yang berat dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Amanah tersebut berasal dari Tuhan dan masyarakat Solo yang mengimpikan seorang pemimpin yang dapat membawa Solo ke arah lebih baik, maju dan sejahtera. "Amanah itu saya terima dengan senang hati dan dengan penuh tanggung jawab," ujar alumnus SMPN 1 Solo ini.

Sikap rendah hati mantan walikota Solo ini tidaklah dibuat-buat. Sikapnya yang tidak membedakan, sangat dirasakan berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari kalangan pengusaha sampai tukang becak sangat mengenal sosok Jokowi.

Bagi masyarakat Solo, Jokowi adalah seorang pemimpin yang sangat peduli dengan kehidupan mereka. Mereka menemukan kepribadian yang sangat menarik pada diri Jokowi. Tidak ada jarak antara pemimpin dan yang dipimpin. Hampir tiap malam, bila tidak ada acara resmi, Sang Walikota yang dicintai rakyatnya ini bisa dengan mudah ditemui.

Di lorong-lorong pasar dan jalan-jalan di Kota Solo, Jokowi kerap asyik mengobrol dan mendengar keluh kesah rakyatnya tanpa jarak. Bahkan rumahnya pun sering mendapat kunjungan dari berbagai lapisan masyarakat. "Rumah dinas ini toh rumah rakyat. Sudah ribuan warga Solo yang berkesempatan berkunjung ke sana. Jangan sampai rakyat kesulitan bertamu ke rumahnya sendiri," tutur Jokowi kala itu.

Bukan itu saja. Sudah bukan rahasia lagi kalau ternyata gaji bulanan walikotanya saat itu tidak pernah diambilnya sejak ia menduduki jabatan. Ia lebih memilih menandatangani slip gaji tanpa pernah melihat upahnya. Kabarnya uang itu digunakannya untuk membantu rakyat yang membutuhkan. Untuk memenuhi nafkah keluarga, Jokowi mengaku masih memiliki uang dari usaha mebel yang dikelola bersama sang istri tercinta.

Kemudian, ia mendeklarasikan Solo sebagai kota Cyber City. Untuk mengusung konsep tersebut, pemerintah kota Solo telah memulainya dengan memasang layanan free hotspot di 51 titik kelurahan, 5 titik kecamatan dan 17 titik di area publik. Selanjutnya diteruskan dengan pemasangan hotzone sepanjang 7 kilometer antara kawasan Kleco hingga Panggung.

Dalam deklarasi Solo Cyber Day 2011, sebanyak 1.500 peserta ikut ambil bagian. Mereka terdiri dari pelajar, masyarakat umum hingga blogger. Para peserta tersebut membuka jaringan media sosial seperti twitter, facebook, kaskus dan blog. Tujuannya adalah semata-mata untuk mempromosikan kota Solo.

Dalam menata kota Solo saat itu, Jokowi juga selalu punya inovasi-inovasi baru seperti menggelar sayembara penataan kota yang diikuti oleh sejumlah arsitek dari seluruh Indonesia. Ke depannya, Solo akan selalu menggelar sayembara untuk penataan kawasannya. Menurut Jokowi, dalam konsep pembangunan menata kota, ia berharap ide pembangunan kota muncul dari banyak orang bukan hanya dari satu orang atau satu kontraktor. Terobosan ini sudah ada payung hukumnya dan merupakan terobosan pertama kali di Indonesia.

Bukan itu saja, Jokowi juga adalah seorang forester sejati. Kecintaannya pada tumbuhan, taman, hutan dan kayu membawanya keliling dunia untuk memasarkan mebel dan belajar mengelola tanaman dengan baik. Inilah yang kemudian banyak menginspirasi bapak 3 orang anak ini dalam mengembalikan kota Solo ke jati dirinya sebagai kawasan tradisi yang sejuk. "Grand design tata ruang Solo adalah eco-cultural city. Lingkungan hidup dan kebudayaan hidup berdampingan," harapnya.

Ambisinya dimulai dengan merintis hijauan di sepanjang jalur Citywalk. Jokowi mengembangkan jalur pedestrian di berbagai penjuru di kotanya. Taman-taman kota telah direvitalisasi. Kawasan bantaran sungai ia sulap menjadi Green Belt atau Sabuk Hijau. Contohnya, Taman Sekartaji seluas 38 hektare dan Taman Balekambang dijadikannya peneduh, paru-paru kota dan daerah tangkapan air.

Maka tidak salah bila Wakil Presiden Boediono kala itu mencanangkan Solo sebagai the Indonesian City of Charm dalam the 7th China-ASEAN Expo, di Nanning, Guangxi, Cina, Oktober 2010. Untuk mengupayakan ikon tersebut, Jokowi bercita-cita mewujudkan Solo menjadi Kota Dalam Kebun. Setiap ruang publik terbuka yang belum ada hijauannya, ditanami tanpa kecuali. Pagar-pagar dinding dan besi dirobohkan dan diganti pagar hidup (tanaman).

Dia berharap, 30-35 persen wilayah kota akan menjadi kebun dan 15 tahun ke depan bahkan akan menjadi hutan. "Dalam jangka panjang, desain tata kota ini adalah Kota Dalam Hutan. Saya akan memimpin sendiri program ini. Saya akan datangi setiap rumah, bank, kantor, sekolah, dan gedung lainnya, mengajak rakyat menanam pagar hidup dan beraneka pohon," ujarnya.

Selain itu, untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan kota, bila ia mempunyai program pembangunan kota, biasanya terlebih dahulu ia menulis idenya di media lokal untuk mendapatkan opini maupun tanggapan masyarakat. Setelah itu baru dirembug bersama apakah rencana tersebut jadi dilakukan atau tidak. Hal itu baginya lebih utama, dari pada mengajukan langsung kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Alasan beliau, sebab ia merasa tidak pintar melakukan deal-deal yang nantinya akan tersangkut hukum dan lainnya.

Jokowi berprinsip bahwa untuk menjadi pemimpin rakyat harus berani melawan arus. Pemimpin itu diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi tidak saja bagi rakyat yang dipimpin namun juga bagi Indonesia bahkan dunia internasional. Selanjutnya, menurut beliau, salah satu strateginya dalam menjalankan pemerintahan adalah membangun trust (kepercayaan). "Kepercayaan bisa dibangun dengan dialog, memenuhi janji dan menunjukkan bukti nyata. Setelah trust didapat maka jalan akan semakin mudah," ujarnya.

Strategi komunikasi intensif dan sabar dan prinsip "memanusiakan" warganya adalah cara yang dilakukannya saat menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah Banjar Sari yang sudah puluhan tahun mendominasi tata kota Solo. Ketika harus memindahkan PKL, ia lebih dulu mengundang makan para pelaku sektor informal itu. Ia tak memilih jalan pintas: mengerahkan aparat atau membakar lokasi. Setelah undangan makan yang ke-54, baru ia yakin pedagang siap dipindahkan. Acara pemindahan pun berlangsung meriah, lengkap dengan arak-arakan yang diramaikan pasukan keraton.

Berhasil dengan Banjarsari, Joko Widodo merambah PKL di wilayah lain. Di jalan depan Stadion Manahan, sekitar 180 pedagang menjadi sasarannya, mereka dibuatkan shelter dan gerobak. Penjual makanan yang terkenal enak di beberapa wilayah dikumpulkan di Gladag Langen Bogan Solo, Gandekan. Lokasi kuliner yang hanya buka pada malam hari dengan menutup separuh Jalan Mayor Sunaryo tersebut, sekarang menjadi tempat jajan paling ramai di kota itu.

Itulah Jokowi, yang memperlakukan PKL sama terhormatnya dengan pedagang pasar tradisional, tenant, toko, mal, supermarket, dan pelaku ekonomi lainnya. Ia bahkan memberikan perhatian lebih pada Usaha Kecil Menengah. Di era kepemimpinannya pula, pemerintah kota Solo berhasil merevitalisasi 15 pasar tradisional sehingga mampu bersaing dengan pasar modern. Lalu, merelokasi 23 titik PKL dan mendirikan 5 Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMM) sebagai percontohan. Targetnya, ketika masa jabatannya berakhir pada 2015, sebagian besar dari 38 pasar tradisional Solo sudah dibangun ulang.

Menurutnya, kesalahan terbesar seorang kepala daerah adalah memberi kemudahan izin kepada investor besar untuk membangun mal dan supermarket, namun tidak memberi ruang bagi PKL dan mengabaikan pasar tradisional. "PKL adalah aset. Terbukti, merekalah yang paling mampu bertahan ketika Indonesia diterpa badai krisis moneter. Mereka harus diberi fasilitas, entah dalam bentuk shelter, tenda, gerobak, atau pasar," tegasnya. Sebaliknya, Jokowi mempersulit izin pendirian mal dan supermarket.

Selama menjabat walikota, ia mengaku menerima permohonan izin untuk lebih dari 20 mal, namun semua ditolaknya. Grand Mall dan Solo Square adalah dua mal di Solo yang diberi izin walikota sebelumnya. Tapi, Jokowi mengaku mengizinkan pendirian Paragon Apartemen. Yang terpenting, menurut dia, investor harus bersedia memberikan fasilitas publik. "Bantuan asing untuk pembangunan banyak yang datang ke Solo. Antara lain, dari UN Habitat, Aus Aid, GTZ, dan CDIA. Namun untuk investasi, saya mengutamakan investor lokal yang kompeten dan kompetitif.

Jokowi juga telah mengisntruksikan kepada semua jajarannya untuk memangkas jalur pengurusan perizinan dan administrasi kependudukan menjadi sangat murah dan mudah. Dahulu proses perizinan butuh delapan bulan, telah dipangkasnya menjadi enam bulan, lalu empat bulan dan sekarang cukup enam hari. Begitu pun pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sebelumnya 2-3 minggu, kini cukup satu jam.

Dengan gaya kepemimpinannya, Jokowi sukses mendongkrak Penghasilan Asli Daerah yang hanya Rp 54 miliar di tahun pertama ia menjabat, menjadi Rp 146 miliar pada 2010. Sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Solo sebesar Rp 1,03 triliun, pendapatan per kapita Rp 14,6 juta, dan Upah Minimum Regional Rp 835 ribu.

Karena prestasinya itulah, Jokowi mendapat banyak apresiasi dan penghargaan. Majalah Tempo memasukkannya sebagai salah satu dari "10 Tokoh 2008" kategori pemimpin daerah terbaik se Indonesia. Ia juga pernah dianugerahi Bung Hatta Award 2010. Semua penghargaan itu tidak membuat Jokowi lupa daratan. Ia tetap berusaha rendah hati dan tampil apa adanya. "Saya ya tetap begini ini. Yang penting, jangan coba-coba menyuap. Jangan coba-coba korupsi jika tak ingin saya pecat!" serunya.

Dalam kiprahnya di birokrasi, Jokowi memang selalu menjaga diri dan keluarganya dari godaan korupsi. Ia dengan tegas memisahkan urusan pemerintah, perusahaan mebel miliknya dan keluarga. Bukan itu saja, ia secara periodik melaporkan kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Jokowi juga dikenal berani menentang arus. Contohnya, berani menentang Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo dalam hal rencana pembangunan mal di Solo.


Mendamaikan Keraton Surakarta
Pada tanggal 11 Juni 2004, Paku Buwono XII wafat tanpa sempat menunjuk permaisuri maupun putera mahkota, sehingga terjadi pertentangan antara kedua putranya, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SDISKS) Paku Buwono XIII dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung Tedjowulan. Selama tujuh tahun ada dua raja yang ditunjuk oleh kedua pihak di dalam satu Keraton.

Konflik ini akhirnya mendorong campur tangan pemerintah Republik Indonesia dengan menawarkan dualisme kepemimpinan, dengan Paku Buwono XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil atau Mahapatih. Penandatanganan kesepahaman ini didukung oleh empat perwakilan menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun konflik belum selesai karena beberapa keluarga keraton masih menolak penyatuan ini.

Puncaknya adalah penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton pada tanggal 25 Mei 2012. Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di Korikamandoengan. Jokowi akhirnya berperan menyatukan kembali perpecahan ini setelah delapan bulan menemui satu per satu pihak keraton yang terlibat dalam pertentangan. Pada tanggal 4 Juni 2012 akhirnya Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan berakhirnya konflik Keraton Surakarta yang didukung oleh pernyataan kesediaan melepas gelar oleh Panembahan Agung Tedjowulan, serta kesiapan kedua keluarga untuk melakukan rekonsiliasi.

Gubernur Jakarta
Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sebagai wakil, Basuki T Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur. Ir. H. Joko Widodo-Basuki T Purnama, menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2012. Ia merupakan gubernur ke-17 yang memimpin ibu kota Indonesia.


Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon petahana yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam satu putaran. Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahid yang sudah dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan partai lainnya, PDIP dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6 kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid. Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.

Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua. Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Walikota Solo 2010 serta pendukung Faisal Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.

Pilkada 2012 putaran kedua
Jokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh calon, termasuk Fauzi Bowo, namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan Hidayat Nur Wahid dan memunculkan spekulasi adanya koalisi di putaran kedua. Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan Hidayat Nur Wahid.

Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di putaran pertama, malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo. Hubungan Jokowi dengan PKS juga memburuk dengan adanya tudingan bahwa tim sukses Jokowi memunculkan isu mahar politik Rp50 miliar. PKS meminta isu ini dihentikan, sementara tim sukses Jokowi menolak tudingan menyebutkan angka imbalan tersebut. Kondisi kehilangan potensi dukungan dari partai-partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat melawan Koalisi Partai".

Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat karena PDI Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang mendukung Jokowi, tidak seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan calon independen. Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Misbakhun dari PKS, Jusuf Kalla dari Partai Golkar, Indra J Piliang dari Partai Golkar, serta Romo Heri yang merupakan adik ipar Fauzi Bowo.

Putaran kedua dalam pilgub DKI dimana Jokowi menjadi kandidat, juga diwarnai berbagai tudingan kampanye hitam, yang antara lain berkisar dalam isu SARA, isu kebakaran yang disengaja, korupsi, dan politik transaksional. Sebelumnya, menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali bermunculan yang memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh SSSG, 72,48% melawan 27,52% oleh INES, 45,13% melawan 37,53% dalam survei elektabilitas oleh IndoBarometer, 45,6% melawan 44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.

Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat 46,19%. Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%, dan lima stasiun TV. Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%, Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%. Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.

Pasca Pilkada 2012
Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta., namun dibantah oleh DPRD. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun tangan jika masalah ini terjadi, karena pengangkatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun jika pada saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri setelah terpilih. Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap Undang-Undang No 34 tahun 2004, sehingga setalah Jokowi, kepala daerah yang mencalonkan diri di daerah lain, harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai calon.

Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Walikota Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan Jokowi tertunda dari jadwal awal 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober 2012. Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana. DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari awalnya dianggarkan Rp 1,05Miliar dalam Perubahan ABPD. Acara pelantikan juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya. Sehari usai pelantikan, Jokowi langsung dijadwalkan melakukan kunjungan ke masyarakat.

Ada beberapa penghargaan yang diterima alumnus SDN 111 Tirtoyoso, SMPN 1 dan SMAN 6 Solo ini. Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″, Menjadi walikota terbaik tahun 2009. Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo. Jokowi merupakan penerima Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award. Selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yg membantu).

Berkat kepemimpinan dan kejujuran Jokowi Kota Solo juga banyak meraih penghargaan, di antaranya: Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah, Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan, Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum, Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia. Selain itu, Jokowi merupakan Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990), Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996), Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)

Semua itu menyiratkan kepada rakyat Indonesia bila bertekat mengusung Jokowi menuju RI 1 pada 2014, negeri ini akan terbebas dari jeratan hutang luar negeri! Negeri ini akan bebas dari korupsi, sebab Jokowi sendiri pantang melakukan korupsi! Bahkan gajinya tak pernah ia pedulikan, padahal ketika itu pemimpin negeri ini "menangis" meminta gajinya dinaikkan oleh DPR-RI.

Bila melihat perlawanan Jokowi kepada Bibit Waluyo terkait pembangunan mal di wilayahnya, seyogyanya rakyat Indonesia mampu membaca bahwa jika Jokowi duduk menjadi RI 1 pada 2014 nanti akan berani "menendang dan berani mengatakan TIDAK" pada kemauan Imperialis, Kapitalis maupun Liberalis dari negara manapun di dunia ini seperti Sang Putra Fajar Bung Karno!.@Victory

Gubernur Jokowi Dipuji, Didengki Tapi Juga Didampingi Ratu Cantik dan Sakti
Sikap jujur Jokowi, polos namun memiliki dedikasi dalam membela dan memberikan darma baktinya kepada rakyat negeri ini, membuat sosok wanita pendampingnya itu semakin terpesona
Saat ini masih sulit untuk mengatakan seorang Joko Widodo sebagai seorang politikus, budayawan atau negarawan paling cemerlang. Yang jelas, sepak terjangnya sebagai pembela wong cilik patut diacungi jempol.

Sepak terjangnya semenjak menjabat sebagai Walikota Solo, sungguh layak dijadikan sebagai panutan bukan hanya bagi rakyat jelata saja, tetapi juga bagi pemimpin bangsa di tingkat nasional. Selain menjadi contoh pemimpin tingkat nasional yang kebetulan selama ini kosong dari pemimpin yang tahu dan mengerti kehendak rakyat. Kedekatannya dengan rakyat, menjadi bukti lain yang semakin mengukukuhkan dirinya bukan seperti pemimpin yang selama ini hanya pandai berkoar semata.
Jokowi bukanlah tipe pemimpin yang hanya berbicara apalagi menangis didepan khalayak, walau hatinya pilu ketika melihat rakyat jelata tidak berdaya. Namun Jokowi adalah seorang tokoh yang memiliki budaya, arif bijaksana, dekat dengan rakyat dan anti korupsi. Pemimpin yang layak mendapat julukan The Spirit of Nusantara ini melakukan tugas dan kewajibannya sonder banyak cingcong apalgi pencitraan.
Model kunjungan Jokowi yang blusukan merupakan trade marknya yang original. Pelantikan bawahan yang ia terapkan, menunjukkan seorang pemimpin yang cerdas, hemat, efisien dan berkesan anti seremonial.
Saat pelantikan Wali Kota Jaktim di tengah perkampungan kumuh, baru pertama kali terjadi di Jakarta, mungkin juga di Indonesia yang dilakukan oleh Gubernur Jokowi the spirit of nusantara. Berpanas-panasan disaksikan warga, mulai dari anak kecil hingga orang tua.

Pelantikan Wali Kota Jaktim Kristiardi merupakan sejarah. Pelantikan digelar di tengah perkampungan di Pulo Jahe, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Kamis (20/12/2012). Tak ada tenda penghalang dari sengatan sang surya, hanya kursi-kursi saja untuk tamu undangan. Para camat duduk dengan seragam kebesaran putih-putih, ikut menikmati terik matahari.

Demikian juga Jokowi, istrinya Iriana dan sejumlah tamu undangan diajak berpanas-panasan. Sedang warga berdiri di sekitar area ikut menyimak. Bahkan Jokowi yang mengenakan setelan jas hitam, harus memicingkan matanya mencoba berlindung dari sorot matahari. Lalu mengapa pelantikan dilakukan di kampung itu? "Biar ngerti permasalahan di kampung," kata Jokowi memberi alasan. Jokowi saat itu juga memberi kepastian, pelantikan seperti ini tak akan terjadi sekali. Ke depan, mungkin saja pejabat-pejabat lain dilantik di lokasi di tengah kampung atau di pinggir kali, agar dekat dengan masalah bidang kerjanya.

Jokowi selain ramah, ia juga terkenal hemat dalam pembelanjaan baju dinas. Jokowi tak segan membeli dan memakai pakaian dari yang dibelikan sang istri di Pasar Klewer, Solo.
Untuk menciptakan baju kerjanya itu, dirinya mengaku mengeluarkan Rp35 ribu. Sedangkan untuk celananya hanya butuh sekitar Rp45 ribu saja. Jokowi sendiri mengaku memiliki 12 potong pakaian berwarna putih yang siap digunakan sehari-hari. Dia membutuhkan baju sebanyak itu lantaran dalam satu hari bisa berganti tiga kali karena banyak di lapangan terkena matahari. "Ganti, kalau keringatan saja," ujarnya.
Jokowi juga seorang pecinta seni budaya bangsa. Saat menjadi walokota Solo, trades dan budaya Kota Solo dihidupkan sedemikian rupa. Ketika duduk sebagai gubernur DKI pun, dirinya serta merta mencanangkan pakaian Betawi menjadi “pakaian dinas” Pemprov DKI. Pengagum warna, "Kotak-kotak." Ini, dalam memimpin Jakarta terkenal gaya Blusukannya. Gaya blusukan ini bahkan di contek oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kebijakan-kebijakan kontroversi seperti pemberlakuan nopol ganjil-genap, mass raapid transit (MRT), Bantar Gebang, hingga konser Guns N Roses. sering dijalankan demi mengurai persoalan dan memberikan kenyamanan warga DKI.

Namun demikian, dirinya juga menjadi sasaran gugatan dan sinisme terkait kemacetan dan banjir besar melanda Jakarta menjelang 100 hari kepemimpinannya. Banjir memang mengiringi sejarah  Kota Jakarta, yang tidak terselesaikan hingga kini. Namun performen Jokowi semenjak menjadi Walikota Solo dua periode, prestasi,terkait mobil Esemka, serta pengutamaannya pada nasionalisme menjadi momok bagi politikus busuk dan pengusaha hitam negeri ini. Hal itulah yang memnbuat dirinya banyak diserang saat Jakarta kebanjiran. 
 
Jokowi Didampingi Ibu Ratu
Melihat gaya Jokowi yang apa adanya, blak-blakan, sederhana, jujur siapa nyana jika dirinya selama selalu didampingi sosok wanita cantik. Wanita cantik itu mendampingi Jokowi semenjak dirinya menjadi penguasa Solo.

Siapapun orangnya, jika didampingi oleh sosok wanita itu, akan bisa menduduki jabatan apapun. Termasuk jabatan sebagai seorang Presiden Indonesia sekalipun. Lebih lagi prestasi yang ditunjukkan Jokowi selama ini, jelas masyarakat negeri mengetahuinya. Namun jiwa bijaksana dan kesederhanaan Jokowi, mampu meredam hasrat kekuasaan. Jokowi tidak seperti kebanyakkan tokoh politik lainnya. Ia mampu bersikap arif dan tidak terburu nafsu, seperti makan bubur kepanasan dalam meniti karir kepemimpinannya.
Justru sikap Jokowi jujur, polos namun memiliki dedikasi dalam membela dan memberikan darma baktinya kepada rakyat negeri ini, membuat sosok wanita pendampingnya itu semakin terpesona. Dalam setiap blusukannya ke masyarakat, sesekali Jokowi duduk menyendiri. Padahal, saat menyendiri itulah dirinya melakukan komunikasi, dialog dengan sosok wanita jelita itu. Wanita jelita itu banyak memberikan inspirasi pada dirinya. Memecahkan, memberikan solusi tentang masalah yang ada di daerah yang menjadi tempat kunjungannya saat itu. Bahkan tanpa diketahui siapapun, Jokowi dan wanita jelita itu menyingkirkan mahkluk-mahkluk gaib yang hendak merintangi dan mengganggu pekerjaannya. Diskusi pribadi itu nampak lepas dari pandangan mata sekelilingnya. Termasuk orang-orang dekatnya sekalipun, tidak juga istrinya.   
Oleh karena ada yang mendampingi itulah Jokowi tak gentar blusukan seorang diri. Sosok wanita cantik itu selalu bersama kemanapun Jokowi pergi melakukan tugas kewajibannya sebagai seorang yang memegang amanat rakyat.

Jika seseorang memiliki mata batin yang kuat, maka orang tersebut akan bisa melihat sosok wanita itu. Semua raja-raja nusantara negeri ini, selalu mendapat pendamping sosok wanita cantik ini. Satu-satunya Presiden negeri ini yang mendapatkan pengawalan sosk wanita ini adalah Presiden Pertama Ir. Soekarno. Kini setelah sekian lama tidak mendampngi penguasa negeri ini, sosok wanita itu kembali muncul untuk mendudung Jokowi yang memiliki kecintaan terhadap rakyat dan sangat anti korupsi seperti Sang Proklamator.

Jika ilmu seseorang belum begitu kuat, maka jika melihat sosok Jokowi, seolah tubuhnya dilapisi seberkas sinar. Sinar itu biasanya disebut sebagai pulung. Pulung ini hanya dimiliki para pemimpin yang jujur saja. Namun pulung ini masih bisa direbut oleh orang yang memiliki ilmu hitam yang sangat tinggi, atau tokoh hitam yang bersekutu dengan iblis untuk merebut dan menginginkan jabatan sebagai orang nomor satu negeri ini.

Jika saja Jokowi pada pemilihan presiden 2014 mendatang menghendaki jabatan presiden, baginya hal itu tidaklah terlalu sulit. Selain performennya kini telah diakui oleh seluruh rakyat Indonesia, pulung yang ada pada dirinya mampu mengalahkan calon presiden manapun dan dari partai apapun. Karenanya, tokoh politik di negeri ini amat gundah dengan sepak terjang Jokowi yang menjadikan dirinya layak memiliki sebutan The Spirit of Nusantara.

Lantas siapa sosok wanita jelita yang selalu mendampingi Jokowi yang kini berkiprah di Jakarta? Dua orang nara sumber victory menyebutnya sebagai Ibu Ratu Pantai Selatan yang sangat legendaris. “Ratu Pantai Selatan selalu menjadi pendamping bagi Raja atau Presiden di tanah Nusantara. Dan Joko Widodo merupakan sosok satria Piningit Sinisihan Wahyu yang selama ini ditunggu oleh masyarakat yang hidupnya selalu menjadi sapi perahan pemimpin durjana. Selama ini pemimpin negeri ini tidak menghargai karya dan budaya bangsa leluhur justru malah melakukan perusakan,” kata Mbah Bawean.

Sementara mbah Nur dari Kediri mengatakan,”melihat gaya kepemimpinannya sejak menjabat sebagai Walikota Solo, track record 100 hari sebagai Gubernur DKI, sudah selayaknya tidak menghentikan laju kepemimpinannya hanya sebatas seorang gubernur. Sungguh terlalu gelap hati nurani manusia negeri ini jika hanya menjadikan Joko Widodo seorang Gubernur. Melihat sepak terjangnya dan wahyu yang melingkupi hatinya, serta didampingi oleh sinuwun Ibu Ratu Kidul, Joko Widodo sebagai The Spirit of Nusantara lebih pantas duduk sebagai RI 1 For Presiden 2014!”

“Tapi semua itu berpulang kembali kepada kemauan Jokowi sendiri. Melihat kepribadiannya, Jokowi akan lebih memilih menyelesaikan janjinya kepada masyarakat DKI hingga akhir jabatannya nanti. Setelah usai masa jabatannya sebagai seorang gubernur, barulah nanti Jokowi mau melangkah secara ihklas menuju RI 1,” jelas Mbah Nur Agung Islami. @ soeminto   

    

Tidak ada komentar: