Jurnalis Independen: Relakah Indonesia kedepan di pimpin Surya Paloh yang ambisius dan maniak power? Hal ini mencuat tatkala salah seorang elit politik NasDem hengkang dari partai itu. Ia adalah Hary Tanoesoedibjo, yang tidak sepaham dengan Surya Paloh yang memiliki sifat bak raksasa yang sangat ambisius akan kekuasaan.
Terkait mundurnya Hary
Tanoesoedibjo dari keanggotaan Partai NasDem, Pengamat Politik dari Universitas
Indonesia (UI) Iberamsjah, mengatakan bahwa Surya Paloh seorang maniak Power.
Ketua Dewan Majelis Nasional
Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh dinilai sangat berambisius untuk
memimpin partai yang baru dinyatakan lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum
(KPU) tersebut.
Menurut Pengamat Politik dari
Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, hal itulah yang menyebabkan Ketua Dewan
Pakar Partai NasDem Hary Tanoesoedibjo (HT) mengundurkan diri dari kepengurusan
dan keanggotaannya.
"Surya Paloh itu ambisius,
egois, dan maniak power. Hal itulah yang menyebabkan elite dalam tubuh partai
itu (NasDem) pecah dan menjadi kongsi-kongsi," nilai Iberamsjah
Masih menurutnya Iberamsjah,
Surya Paloh tak berkaca dari peran HT yang sudah melakukan banyak kontribusi
baik materi dan pemikiran untuk meloloskan partai yang didirikan 9 Oktober 2011
itu lolos untuk mengikuti ajang Pemilu 2014.
"HT mundur, inilah
tanda-tanda NasDem layu sebelum berkembang," jelasnya.
Tanda-tanda perpecahan,
lanjutnya, sudah ada sejak meninggalnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai
NasDem Syamsul Mu`arif. Menurutnya, sejak saat itulah Surya Paloh terlihat
melakukan hal seenaknya dan membuka luka awal dengan pendikotomian kaum tua dan
golongan muda.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pakar DPP
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo menyatakan mundur dari
keanggotaan Partai Nasdem. Hal itu disampaikannya secara resmi dalam jumpa
pers, di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin 21 Januari
2013, kemarin.
"Saya menyatakan mundur
dalam kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Pakar. Mulai hari ini, saya bukan lagi
anggota dari Partai Nasdem. Keputusan ini saya lakukan dengan berat hati,"
ungkap HT.
Menurutnya, sejak bergabung
dengan Partai Nasdem pada 9 Oktober 2011, HT merasa telah melakukan upaya
terbaik, baik energi, pikiran, dana, maupun risiko, untuk berpartisipasi
membesarkan Partai Nasdem.
Hary Tanoesoedibjo pasca keluar
dari NasDem
"Terlalu cepat untuk
mengambil kesimpulan," kata Hary Tanoesoedibjo di Gedung Adam Malik, Jalan
Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2013).
Namun pada prinsipnya pemilik MNC
Grup ini tidak turut serta berhenti dari dunia politik. Menurutnya, dalam menyalurkan
gerakan politik sesuai idelaismenya, bisa melalui organisasi kemasyarakatan
(Ormas).
"Bisa melalui ormas,
membangun partai baru, atau bergabung dengan parpol lain," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan,
idealisme yang sesuai dengan cita-citanya akan terus dijalankan. Namun, dia
mengakui, belum mau memutuskan wadah apa yang akan dijadikan kendaraan untuk
membangun bangsa ini.
"Yang perlu saya putuskan
wadah apa yang akan kita bentuk nanti, ormas, partai baru, visi-misi, sama gerakan perubahan, tapi keputusannya tidak
saat ini," pungkasnya.
Hary Tanoesoedibjo mulai jadi
rebutan parpol
Sejak mundur dari Partai Nasional
Demokrat (NasDem), Hary Tanoesoedibjo seperti menjadi rebutan sejumlah partai
politik (parpol) peserta Pemilu 2014. Beberapa parpol bahkan sudah menyatakan
membuka diri apabila bos media itu ingin bergabung.
Tak hanya Gerindra, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga tak ketinggalan ikut mepromosikan
partainya agar bos HT mau menyalurkan
aspirasi melalui partai berlambang banteng moncong putih itu.
Wakil Sekretaris Jendral
(wasekjen) PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyampaikan pujiannya terhadap Hary
Tanoesoedibjo. Menurutnya, sikap politik mantan Ketua Dewan Pakar Partai NasDem
mempunyai kesamaan dengan karakter dengan PDIP yang konsisten memperjuangkan ide-ide pluralisme dan gagasan
nasionalisme.
"Saya menilai konstruksi
berpikir dan sikap politilk HT (Hary Tanoesoedibjo) selama ini memiliki banyak kesamaan dengan
karakter PDI Perjuangan," ujar Basarah melalui pesan singkatnya kepada
Sindonews, Selasa (22/1/2013).
Basarah mengakui, PDIP membuka
diri kepada bos MNC group itu jika ingin menyalurkan aspirasi perjuangan
politiknya. Syaratnya, jika HT bisa menerima ideologi partainya.
Menurutnya, jauh sebelum mundur
dari NasDem, sebenarnya HT sudah inten berkomunikasi dengan
elit PDIP. Seperti
dengan politikus Senior PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas, Ketua Fraksi
PDIP Puan Maharani yang juga cucu
Presiden pertama RI, Soekarno dan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo.
Anggota Komisi III ini menilai,
jika Hary Tanoe memutuskan bergabung dengan partai pimpinan Megawati
Soekarnoputri adalah sangat tepat. HT
bisa menyalurkan edialiesmenya untuk membangun bangsa.
"Jika dia menentukan dan
menjatuhkan pilihannya untuk bergabung dengan PDIP adalah sebuah keputusan yang
tepat dan rasional," pungkasnya.
Sebelumnya, Hary Tanoesoedibjo
menyatakan mundur dari keanggotaan Partai Nasdem. Hal itu disampaikannya secara
resmi dalam jumpa pers, di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat,
Senin 21 Januari 2013, kemarin.
"Saya menyatakan mundur
dalam kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Pakar. Mulai hari ini, saya bukan lagi
anggota dari Partai Nasdem. Keputusan ini saya lakukan dengan berat hati,"
ungkap HT.
Menurutnya, sejak bergabung
dengan Partai Nasdem pada 9 Oktober 2011, HT merasa telah melakukan upaya
terbaik, baik energi, pikiran, dana, maupun risiko, untuk berpartisipasi
membesarkan Partai Nasdem.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar