Rabu, 23 Januari 2013

Relakah Indonesia Dipimpin Surya Paloh yang Ambisius dan Maniak Power?


Jurnalis Independen: Relakah Indonesia kedepan di pimpin Surya Paloh yang ambisius dan maniak power? Hal ini mencuat tatkala salah seorang elit politik NasDem hengkang dari partai itu. Ia adalah Hary Tanoesoedibjo, yang tidak sepaham dengan Surya Paloh yang memiliki sifat bak raksasa yang sangat ambisius akan kekuasaan.

Terkait mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari keanggotaan Partai NasDem, Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, mengatakan bahwa Surya Paloh seorang maniak Power.

Ketua Dewan Majelis Nasional Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh dinilai sangat berambisius untuk memimpin partai yang baru dinyatakan lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut.

Menurut Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, hal itulah yang menyebabkan Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Hary Tanoesoedibjo (HT) mengundurkan diri dari kepengurusan dan keanggotaannya.

"Surya Paloh itu ambisius, egois, dan maniak power. Hal itulah yang menyebabkan elite dalam tubuh partai itu (NasDem) pecah dan menjadi kongsi-kongsi," nilai Iberamsjah

Masih menurutnya Iberamsjah, Surya Paloh tak berkaca dari peran HT yang sudah melakukan banyak kontribusi baik materi dan pemikiran untuk meloloskan partai yang didirikan 9 Oktober 2011 itu lolos untuk mengikuti ajang Pemilu 2014.

"HT mundur, inilah tanda-tanda NasDem layu sebelum berkembang," jelasnya.

Tanda-tanda perpecahan, lanjutnya, sudah ada sejak meninggalnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Syamsul Mu`arif. Menurutnya, sejak saat itulah Surya Paloh terlihat melakukan hal seenaknya dan membuka luka awal dengan pendikotomian kaum tua dan golongan muda.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pakar DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo menyatakan mundur dari keanggotaan Partai Nasdem. Hal itu disampaikannya secara resmi dalam jumpa pers, di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin 21 Januari 2013, kemarin.

"Saya menyatakan mundur dalam kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Pakar. Mulai hari ini, saya bukan lagi anggota dari Partai Nasdem. Keputusan ini saya lakukan dengan berat hati," ungkap HT.

Menurutnya, sejak bergabung dengan Partai Nasdem pada 9 Oktober 2011, HT merasa telah melakukan upaya terbaik, baik energi, pikiran, dana, maupun risiko, untuk berpartisipasi membesarkan Partai Nasdem.

Hary Tanoesoedibjo pasca keluar dari NasDem
"Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan," kata Hary Tanoesoedibjo di Gedung Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2013).

Namun pada prinsipnya pemilik MNC Grup ini tidak turut serta berhenti dari dunia politik. Menurutnya, dalam menyalurkan gerakan politik sesuai idelaismenya, bisa melalui organisasi kemasyarakatan (Ormas).

"Bisa melalui ormas, membangun partai baru, atau bergabung dengan parpol lain," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, idealisme yang sesuai dengan cita-citanya akan terus dijalankan. Namun, dia mengakui, belum mau memutuskan wadah apa yang akan dijadikan kendaraan untuk membangun bangsa ini.

"Yang perlu saya putuskan wadah apa yang akan kita bentuk nanti, ormas, partai baru, visi-misi,  sama gerakan perubahan, tapi keputusannya tidak saat ini," pungkasnya.

Hary Tanoesoedibjo mulai jadi rebutan parpol
Sejak mundur dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), Hary Tanoesoedibjo seperti menjadi rebutan sejumlah partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014. Beberapa parpol bahkan sudah menyatakan membuka diri apabila bos media itu ingin bergabung.

Tak hanya Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga tak ketinggalan ikut mepromosikan partainya  agar bos HT mau menyalurkan aspirasi melalui partai berlambang banteng moncong putih itu.

Wakil Sekretaris Jendral (wasekjen) PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyampaikan pujiannya terhadap Hary Tanoesoedibjo. Menurutnya, sikap politik mantan Ketua Dewan Pakar Partai NasDem mempunyai kesamaan dengan karakter dengan PDIP yang konsisten  memperjuangkan ide-ide pluralisme dan gagasan nasionalisme.

"Saya menilai konstruksi berpikir dan sikap politilk HT (Hary Tanoesoedibjo)  selama ini memiliki banyak kesamaan dengan karakter PDI Perjuangan," ujar Basarah melalui pesan singkatnya kepada Sindonews, Selasa (22/1/2013).

Basarah mengakui, PDIP membuka diri kepada bos MNC group itu jika ingin menyalurkan aspirasi perjuangan politiknya. Syaratnya, jika HT bisa menerima ideologi partainya.

Menurutnya, jauh sebelum mundur dari NasDem, sebenarnya HT sudah inten berkomunikasi  dengan  elit  PDIP.  Seperti  dengan politikus Senior PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas, Ketua Fraksi PDIP  Puan Maharani yang juga cucu Presiden pertama RI, Soekarno dan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo.

Anggota Komisi III ini menilai, jika Hary Tanoe memutuskan bergabung dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri adalah sangat tepat.  HT bisa menyalurkan edialiesmenya untuk membangun bangsa.

"Jika dia menentukan dan menjatuhkan pilihannya untuk bergabung dengan PDIP adalah sebuah keputusan yang tepat dan rasional," pungkasnya.

Sebelumnya, Hary Tanoesoedibjo menyatakan mundur dari keanggotaan Partai Nasdem. Hal itu disampaikannya secara resmi dalam jumpa pers, di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin 21 Januari 2013, kemarin.

"Saya menyatakan mundur dalam kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Pakar. Mulai hari ini, saya bukan lagi anggota dari Partai Nasdem. Keputusan ini saya lakukan dengan berat hati," ungkap HT.

Menurutnya, sejak bergabung dengan Partai Nasdem pada 9 Oktober 2011, HT merasa telah melakukan upaya terbaik, baik energi, pikiran, dana, maupun risiko, untuk berpartisipasi membesarkan Partai Nasdem.@JI

Tidak ada komentar: