Jurnalis Independen: Fenomena
alam jaman tehnologi, terutama tehnologi yang berhubungan dengan militer yang
tercipta dalam bentuk senjata penghancur missal, mau tak mau membuat miris hati
manusia yang masih memiliki nurani. Dalam kepercayaan ummat islam, kehancuran
dunia dengan jalan apapun selalu dihubungkan dengan munculnya sosok yang
disebut Dajjal.
Seorang tokoh islam asal Mesir Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah pernah mengisyaratkan dalam
tulisannya terkait 3 tahun menjelang turunnya Dajjal Laknatullah. Tulisan sebagai
pengingat khususnya ummat islam dunia dan ia beri judul “Kisah Dajjal dan
Turunnya Nabi Isa ‘alahissalam Untuk Membunuhnya” itu menggambarkan kondisi
kelaparan yang tak terbayangkan sebelumnya. Berikut kisah yang dituliskan oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Dimulai dari sebuah hadist yang
menceritakan seorang wanita bernama Asma sedang bertanya kepada Muhammad rasulullah
saw.
“Asma’ berkata, “Akan tetapi
mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah
kelaparan, dan apa yang bisa dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?”
Nabi Muhammadpun menjawab
pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa “AllahSWT mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang
diberikan kepada penduduk langit (Malaikat).” (HR. Ahmad No. 26298)
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah,
bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.”
Jawab Nabi : “Akan tetapi mereka
membaca tasbih dan mensucikan Allah SWT, dan itulah makanan dan minuman kaum
beriman saat itu, tasbih dan taqdis.” (HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad,
Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada
cacat (laa ba’sa bihi).” (“Kisah Dajjal”—Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani;
Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 94-95)
Yang dimaksud oleh Asma’ binti
Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku
khawatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang Ad-Dajjal keluar untuk
menebar fitnah di tengah ummat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang
juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut:
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum
kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya,
bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan
dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya.
Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi,
sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.”
Jika Nabi saw menyatakan bahwa
“sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu berarti
setiap hewan yang memberikan protein utama bagi manusia menjadi punah. Seperti
di antaranya ialah: kambing, domba, sapi, kerbau dan onta. Dan sebab itulah
Asma’ menjadi khawatir apa yang bakal menjadi makanan kaum beriman di masa itu.
Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan
penghuni langit, yaitu para malaikat. Dalam hal ini berupa tasbih dan taqdis.
Masya Allah…! Nabi saw memberi
tahu kita yang hidup di masa menjelang datangnya puncak fitnah, yakni
Ad-Dajjal, bahwa jenis makanan orang beriman adalah semisal dengan makanan para
malaikat. Bayangkan…! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan dzikrullah di
masa fitnah menjelang hadirnya Ad-Dajjal. Sedemikian pentingnya mengingat Allah
(dzikrullah) sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia dapat
menggantikan fungsi makanan, khususnya protein, yang pada masa itu menjadi
barang langka jika tidak bisa dikatakan musnah sama sekali.
Maka saudaraku, alangkah
pentingnya ummat Islam sejak sekarang sudah melatih diri dan keluarganya untuk
melakukan dzikrullah yang berkualitas dan sebanyak mungkin. Baik dzikrullah
yang formal, seperti sholat lima waktu yang hukumnya fardhu ‘ain, maupun
dzikrullah yang non-formal seperti berbagai wirid yang dianjurkan oleh
Rasulullah. Pantas bilamana Allah menurunkan ayat khusus berisi perintah untuk
dzikrullah sebanyak mungkin.
“Hai orang-orang yang beriman,
berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41-42)
Bila ummat Islam sudah
membiasakan sejak dini berdzikir mengingat Allah SWT sebanyak mungkin dan
diiringi dengan kualitas pelaksanaan yang bermakna, niscaya perlahan tapi pasti
kegiatan dzikrullah akan menjadi suatu kebutuhan bagi ruhani mukmin laksana
makanan dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Jadi, sejak sekarang setiap
mukmin perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikrullah sebab kita tidak
tahu kapan tiga tahun sulit menjelang keluarnya Ad-Dajjal datang. Lebih baik
mempersiapkan diri dan keluarga sedini mungkin daripada terlambat.
Alhamdulillah, kita bersyukur
Nabi Muhammad memberi tahu beberapa pesan khusus mengenai wirid yang berkaitan
dengan fitnah Ad-Dajjal, seperti:
“Barangsiapa menghafal sepuluh
ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal.” (HR. Abu
Dawud)
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi
sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya
hingga Mekkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi
lalu Ad-Dajjal keluar, maka Ad-Dajjal tidak akan dapat memudharatkannya.”
(Dishahihkan oleh Al-Albani)
Jika salah seorang diantara
kalian ber-tasyahud (dalam sholat), hendaklah meminta perlindungan kepada Allah
SWT dari empat perkara dan berdoa, “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI
JAHANNAMA WAMIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI
FITNATIL MASIIHID DAJJAL.
Artinya: Ya Allah, saya
berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan
dan kematian, serta keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim).@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar