Jurnalis Independen: Nasib sial terjadi pada seorang
jurnalis Joan Juliet Buck, jurnalis
majalah mode ternama Vogue, awalnya dia memang enggan pergi tugas ke ٍSuriah
akan tetapi sang jurnalis dipaksa melakukan wawancara dengan Asma Assad terkait
masalah budaya, barang etnik dan museum akan tetapi naas bagi buck selama
tugasnya dia mengalami banyak intimidasi dan
tekanan, alhasil gara-gara kejadian ini pun Buck harus rela kehilangan
pekerjaannya.
Menarik untuk disimak memang dari
kejadian di atas sebenarnya siapakah Asma Assad, Asma Assad seorang sosialita
kelas wahid, Asma dikaruniai paras yang cantik,
inilah yang menyebabkan majalah Vogue begitu mengincar wawancara
eksklusif dengan Asma Assad.
Asma al-Assad, lahir 11 Agustus
1975, dibesarkan dan dididik di Inggris oleh orang tuanya yang Sunni kelahiran
Suriah. Asma kecil disekolahkan di
gereja, sekolah menengah ia habiskan di asrama putri Queen’s College, ia
mempunyai kecerdasaan yang mumpuni di bidang sastra, lulus dari King College
London pada tahun 1996 dengan gelar sarjana ilmu komputer dan sastra Prancis.
Asma bekerja di lembaga investasi
bonafit John Pierpont Morgan (JP Morgan)
cabang London , perusahaan yang didirikan dengan background bankir, dan
kolektor seni asal Amerika Serikat
ini mendominasi keuangan
perusahaan dan konsolidasi industri, Asma
bekerja sebagai konsultan keuangan, semenjak bekerja di konsultan inilah
Asma menjadi pribadi boros, kebiasan hidupnya ia habiskan berbelanja aksesoris,
perhiasan dan barang-barang mewah. Semasa kuliah Asma mulai mengenal Bassar
Assad, ia mulai menyimpan ketertarikannya kepada Assad. Assad yang pendiam tapi
cerdas sebagai dokter mata , ia menilai lelaki ini yang sepadan dengannya. Dari
Awal hubungan mereka, Asma jauh lebih dominan mendikte Assad, semasa berpacaran
hubungan keduanya ditentukan oleh Asma dengan segala keinginannya mulai dari
hal kecil sampai hal besar Asmalah yang menjatuhkan pilihan hal ini yang
menyebabkan Assad terlihat bodoh dihapan teman-temannya.
Tersiar kabar Asma mulai dijauhi
oleh teman-teman sosialitanya, terlebih Asma secara terang-terang mengungkapkan
bahwa ia menyokong penuh segala kebijakan Assad dikancah konflik Suriah.
Terakhir Asma mulai mencuat dengan sikapnya yang dinilai tidak manusiawi setelah ia terlihat menggunakan kaos hitam bertulis ‘kau negaraku
yang indah’. Tulisan ini dicetak dengan
tulisan berbahasa Arab dengan koas berwarna hitam.
Dilansir dari stasiun televisi Al
Arabiya, Jumat (29/6). Foto ini menyebabkan kemarahan kalangan ekspatriat dan
rakyat Suriah. Mereka mengatakan Asma
tidak peduli situasi negaranya.
Pelajaran besar bagi kaum muslim
bahwasanya pendidikan kapitalistik mampu menjadikan seorang muslim menjadi
pribadi yang hedonis dan fakta di atas pun menyadarkan kita, bahwa standar
keimanan seorang isteri mempunyai
pengaruh besar pada karakter pasangan,
ada pepatah yang menyatakan di
balik suami sukses ada isteri yang
sholehah, seorang isteri mempunyai
peranan penting dalam sebuah institusi terkecil (keluarga). Semoga kita semua
dijauhkan dari semua fitnah dan keburukan dunia. Amin Waahualam. @AsmaAnastasia
(Ibu Rumahtangga). Alumni Pendidikan bahasa Jerman UPI Bandung Tinggal di Mesir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar