Jurnalis Independen: Di dalam menjawab ini, saya tidak
akan membicarakan tentang Aqidah Syiah secara rinci dan mendetail, karena
selain membutuhkan tulisan panjang, yang
dirasa tidak efektif dan kurang efesien
dalam tanya jawab yang sangat terbatas, begitu juga pembahasan tentang Syiah
sudah ditulis oleh para uilama-ulama dahulu di dalam buku-buku mereka, serta
bisa didapati juga pada buku-buku kontemporer dalam berbagai bahasa, disamping
itu bisa diakses dari internet.
Pandangan
secara umum terkait dengan bahaya Aqidah Syiah dalam tataran politik dan
keyakinan kaum muslimin secara bersamaan. Kenapa bisa dikatakan seperti itu ?
Kalau kita mau meneliti, akan
kita dapatkan bahwa pembicaraan tentang Syiah sudah dilakukan oleh para ulama
terdahulu di dalam buku-buku mereka yang menyatakan bahwa Syiah pada awalnya adalah kelompok-kelompok
menyimpang ( firqah ) dalam Islam, seperti halnya Khowarij, Mu’tazilah,
Qadariyah, Jabariyah dan lain-lainnya.
Yang menarik, bahwa pembicaraan
tentang Syi’ah muncul lagi pada abad sekarang, khususnya sejak munculnya
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeni pada tahun 1979 H, yang pada awalnya
disebut-sebut sebagai Revolusi Islam Iran, tetapi ternyata adalah Revolusi
Syiah Iran. Banyak dari kalangan Ahlus Sunnah yang terpedaya dengan slogan yang diusung oleh Revolusi ini dengan
menyebutkan :
لا شرقية
لا غربية إسلامية إسلامية
لا شيعية
لا سنية إسلامية إسلامية
Mereka dari kalangan Ahlus Sunnah
banyak yang menggantungkan harapan dari Revolusi ini. Tetapi beriring dengan
pergantian hari, ternyata terungkap sedikit demi sedikit maksud dan tujuan
utama revolusi ini, yaitu menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran Syiah
Imamiyah.
Tashdir Tsaurah ( Pengiriman
Revolusi) dan Imam Mahdi
Di dalam ajaran Syiah Imamiyah
disebutkan bahwa Imam Mahdi ( Imam Ke -12 ) akan muncul di akhir zaman dengan
tugas sebagai berikut :
Membawa Syariat Baru, yaitu Syariat Nabi Daud dan Sulaiman
as, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam “Al Kafi”, [1]
Membawa al Qur’an baru yaitu
Mushaf Fatimah,
Merobohkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,
Membongkar kuburan Abu Bakar dan
Umar bin Khottab, kemudian dibakarnya dan dihambur-hamburkan abunya[2]. Artinya
mereka akan menyerang negara-negara Arab yang ada disekitarnya. Saat ini,
mereka telah merebut Iraq dengan membonceng pasukan Amerika Serikat. Sesuatu
yang pernah dilakukan oleh al Alqami dan Nashiruddin Ath Thusi yang memprovokasi
Pasukan Tatar untuk membantai kaum muslimin yang ada di Baghdad, dan sejarah
itupun terulang kembali [3].
Membalas dendam bangsa Arab [4]
Membunuh Nawashib ( Anti Syiah )
yang selama ini menentang aqidah mereka, kecuali yang ikut mereka. [5]
Yang perlu diperhatikan disini,
bahwa tugas-tugas Imam Mahdi di atas – menurut kesepakatan para pemikir Syiah
kontemporer – khususnya yang berhubungan dengan perluasaan kekuasaan dan hak
untuk membunuh lawan-lawan politik mereka, terutama Ahlus Sunnah telah diambil
alih oleh Negara Iran yang didirikan dan
dipimpin oleh Khomeni.[6]
Hal ini diperkuat dengan adanya
ad-Dustur al- Islami Negara Iran yang menyatakan bahwa tentara negara Iran
bukan saja menjaga perbatasan negara, tetapi juga bertugas untuk berjihad di
seluruh penjuru dunia. Dan disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa di
saat belum munculnya Imam Mahdi, maka kekuasaan dan kepemimpinan Negara Iran
dipegang oleh al Faqih [7], yang kemudian terkenal dengan konsep “ Wilayatul
Faqih “ yang disusun oleh Khomeni sebelum terjadinya revolusi.
Disebutkan juga di dalam Dustur
tersebut bahwa Revolusi Iran bertanggung jawab untuk membantu orang-orang
tertindas menghadapi para penguasa di negaranya masing-masing, sehingga
memudahkan untuk membangun sebuah umat internasional yang bersatu di bawah satu
kepemimpinan, inilah yang disebut oleh banyak pengamat dengan istilah “ Tasdir
Tsaurah “ ( Pengiriman Revolusi ) .
Tentunya, Al Khomeni dengan
pernyataan-pernyataan tersebut[8] telah menyelisihi apa yang telah menjadi
kesepakatan para ulama Syiah sepanjang sejarah bahwa yang mengaku Mahdi sebelum
waktu keluarnya dinyatakan kafir. Akan tetapi karena Khomeni berhasil
mendirikan sebuh negara dengan seluruh kekuatannya, maka keyakinan yang selama
ini dipegang teguh oleh ulama-ulama pendahulu mereka menjadi luntur. Sehingga
kita dapatkan ulama-ulama kontemporer Syiah mulai mendukung konsep Wilayatul
Faqih Khomeni tersebut. Bagi mereka yang menyelisihinya akan dikucilkan, bahkan
kalau perlu dibunuh. [9]
Yang menguatkan adanya hubungan
erat antara gerakan politik syiah dengan aqidah mereka adalah para imam 12 yang
mereka yakini setelah Ali, Hasan dan Husen semuanya adalah keturunan Husen.
Pertanyaannya adalah kenapa harus keturunan Husen ? Kenapa orang-orang Syiah cintanya kepada
Husen jauh berlebihan jika dibandingkan dengan cinta mereka kepada Hasan ?
Bahkan Hasan tidak disebut-sebut dalam buku-buku mereka kecuali sangat sedikit
sekali ? Setelah ditelusuri ternyata istri dari Husen adalah seorang putri
istana kerajaan Persia yang bernama Syahrubanu, yang merupakan putri raja
Persia terakhir yang bernama Yazdajrid, disinilah terjadi pertemuan darah al
Hasyimiyah dan darah as Sataniyah. [10]
Kekuasaan dan Imamah
Konsep Imamah adalah doktrin
syiah yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi
ajaran lainnya dengan konsep “ Taqiyah “. Tetapi dalam masalah Imamah ini,
seperti mereka tidak bisa bertaqiyah. Ulama kontemporer mereka Muhammad Husen
Ali Kasyif al Ghitoi mengarang buku “ Ashlu Syiah wa Usuluha “ dalam rangka
untuk ( At-Taqrib ) mendekatkan antara Syiah dan Sunnah, maka buku ini dikirim
ke seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di dalam buku
tersebut Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi menjelaskan dengan gamblang bahwa
masalah Imamah adalah masalah yang paling mendasar dalam Syiah Imamiyah dan
merupakan titik perbedaan yang paling penting antara Syiah dengan Sunnah. [11]
Di dalam konsep Imamah ini
didapatkan poin-poin sebagai berikut :
Imamah merupakan jabatan Ilahi,
maka yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah swt secara langsung
melalui nash.[12]
Wilayah ( Kepimpinan ) merupakan
rukun Islam yang kelima. [13]
Para Imam yang berjumlah 12 orang
mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat
dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus. [14]
Para imam mereka lebih utama dari
ulul azmi dari kalangan nabi.[15]
Yang mengingkari salah satu Imam
sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk
dalam neraka selama-lamanya [16]. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan
seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan
mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah
mereka.
Imam mereka mengetahui kapan
mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka. [17]
Para Imam adalah maksum (
terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik
sengaja maupun tidak sengaja. Mereka juga terjaga dari kelengahan, kekeliruan
dan lupa.[18]
Doktrin Imamah ini sebagaimana
telah disebut di atas, merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah
yang mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al
Qur’an, Pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah
mereka, dan lain-lainnya.
Hal itu sangat dimaklumi, karena
di dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya
diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang maksum dan tidak pernah berbuat
salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah swt dengan melalui nash dan
wasiat dari Rasulullah saw. Tentunya, dengan diterapkannya konsep Imamah ini
dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan
didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa
saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka.
Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut.
Tahrif al Qur’an.[19]
Doktrin tentang Tahrif al Qur’an
dimunculkan syiah untuk mendukung konsep Imamah, oleh karenanya, kita dapati
hampir seluruh ayat-ayat Al Qur’an ditakwilkan untuk mendukung kekhilafahan Ali bin Abu Thalib ra, seperti
dalam QS Al Maidah : 55 dan 67. Bahkan untuk tujuan tersebut, mereka tidak
segan-segannya untuk menambah ayat –ayat di dalam Al Qur’an. Sehingga muncullah
doktrin-doktrin di bawah ini :
Al Qur’an yang sebenarnya terdiri
dari 17.000 ayat. [20]
Yang bisa mengumpulkan dan
menghafal al Qur’an persis seperti apa yang diturunkan oleh Allah hanyalah para
imam. [21]
Mereka mempunyai Mushaf Fatimah,
yang tebalnya tiga kali lipat dari al Quran yang dipegang kaum muslimin
sekarang, dan tidak ada satu hurufpun yang ada dengan al Qur’an sekarang.[22]
Tentunya, masih banyak
doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan
doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung
pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan. Oleh karenanya, umat Islam
harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat
Islam secara masal yang terjadi di
Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah, kemudian terulang kembali di saat
jatuhnya Saddam Husen, begitu juga
sabotase berdarah yang terjadi di Mekkah al Mukarramah yang diikuti dengan
pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi
di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa –peristiwa lainnya, agar semua
itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya
bermadzhab Ahlus Sunah.
Yang terakhir, kami mengajak umat
Islam, khususnya para ulama dan cendikiawan untuk banyak membaca buku-buku
literatur aliran Syiah ini, dan mengikuti perkembangan politik yang ada di
Timur Tengah, supaya kita benar-benar mengetahui hakekat gerakan aliran ini,
sehingga tidak mudah terkecoh dengan slogan-slogan kosong yang sering diusung,
padahal kenyataannya tidak demikian.
Mudah-mudahan Allah membimbing
kita kepada jalan-Nya yang lurus, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk
selalu memegang kebenaran hingga akhir hayat kita, Amien.
Dr Ahmad Zain
[1] Lihat Al Kulaini dalam Al
Kafi : 1/397. Disini sangat kelihatan persamaan keyakinan Syiah dengan keyakinan
Yahudi, yang hendak menghancurkan Masjid al- Aqsa dan membangun di atas reruntuhannya kuil Nabi Daud dan Sulaiman,
dan dari situ orang-orang Yahudi akan memimpin dunia ini. Hal ini semakin
menyakinkan kajian yang menyatakan bahwa aliran Syiah ini pertama kali
dimunculkan oleh Abdullah bin Saba’ yang
merupakan orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam dengan tujuan merusak
Islam dari dalam. Abdullah bin Saba’ ini bukanlah tokoh fiktif seperti yang
diisukan oleh sebagian ulama syiah kontemporer seperti Murtadha al Askari dan
Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi dalam
bukunya: Ashlu asy Syiah wa Ushuluha.
Para ulama syiah terdahulu sendiri mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’, seperti
Sa’ad Al Qummi yang terkenal dengan ats Tsiqah di dalam bukunya al Maqalat wa
al Firaq, An Nubakhty di dalam bukunya
Firaqu as Syi’ah, dan al Kusi di dalam Rijal al Kusi, dan ahli sejarah
mereka al Ya’qubi dalam bukunya Tarikh
al Ya’qubi.
[2] Lihat At Thusi di dalam
bukunya : “ Al Istibshor “ dan “ AtTahdzib “, Al Majlisi di dalam Bihar al Anwar 52/ 386.
[3] Lihat umpamanya : DR. Imad
Ali Abdus Sami’ di dalam bukunya “ Khiyanat asy Syi’ah wa Atsaruha fi Hazaim al
Ummah al-Islamiyah.”
[4] Al Majlisi, Bihar Al Anwar :
52/ 338
[5] Al Majlisi, Bihar Al Anwar :
52 / 373
[6] Lihat Ali Al Kurani, al
Mumahidun lil al Mahdi, hlm 126- 127, sebagaimana dinukil oleh Mundzir as
Syarif dari Ulama Najef, dalam bukunya : Al Mukhaththath Al Ijrami Li Ibadati
Umat Al Islam Tahta Musamma Khuruj Al Imam Al Mahdi, hlm :62
[7] Lihat Dustur al Islami Negara
Iran, hlm : 18
[8] Lihat lebih lengkap dalam al
Khomeni, al Hukumat al Islamiyah,hlm : 26, 48, 80, 113
[9] Mundzir as Syarif, Al
Mukhaththath Al Ijrami, hlm : 61
[10] Utsman bin Muhammad al
Khomis, Madza Ta’rif ‘an Dien as Syiah , hlm : 87
[11] Muhammad Husen Ali Kasyif
Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 133
[12] Muhammad Husen Ali Kasyif
Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 134
[13] Al Kulaini, Al Kafi : 2/ 18
[14] Al Khomeni, al Hukumat al
Islamiyah, hlm : 52
[15] Abdul Husain Nikmatullah al
Jazairi, al Anwar an Nukmaniyah : 1/ 20-21
[16] Al Majlisi, Bihar al Anwar
: 27/ 62
[17] Al Kulaini, al Kafi : 1/258
[18] Al Majlisi, Bihar al Anwar :
25/ 191
[19] At Tabrisi, seorang ulama
syiah telah menulis sebuah buku yang menyatakan adanya doktrin Tahrif al Qur’an
dalam ajaran Syiah, buku tersebut diberi judul : “ Fashl al Khithab fi Itsbati
Tahrif Kitabi Rabb al Al Arbab. “
[20] Al Kulaini, al Kafi : 2/
634.
[21] Al Kulaini, al Kafi : 1/
228.
[22] Al Kulaini, al Kafi : 1/ 239.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar