Jurnalis Independen: Jika saja anjloknya nilai rupiah
semakin parah, banyak capres terutama Abu Rizal Bakrie (ARB) dari Golkar dan
Prabowo Subianto dari Gerindra akan “mengurunkan niatnya sebagai capres 2014. Pasalnya
pada perebutan RI 1, kedua calon ini “diprediksi” telah melakukan Money Politik
yang sangat besar. Walhasil jika tidak terpilih,akan menimbulkan gelap mata dan
melakukan kerusuhan nasional dengan menghalalkan segala cara. Negara akan
bertambah krisis dan rakyat bertambah menderita, kebutuhan hidup akan semakin
melambung tak terjangkau masyarakat kebanyakan, Negara menjadi chaos.
Ekonom Dradjad Wibowo mengungkap,
dari sisi pertarungan pemilu, anjloknya pasar diprediksi memukul Partai Golkar
dan Partai Gerindra. Dijelaskan, Bakrie yang sudah sangat kesulitan likuiditas
dan utang, akan makin terpuruk.
"Prabowo juga terpukul
berat. Meskipun dia masih punya minyak, akan tetapi Kiani dan batubaranya
anjlok drastis. Jadi Golkar, Ical Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, Gerindra
dan Prabowo yang paling kena kalau anjloknya pasar meledak menjadi krisis.
Mereka yang bermain minyak dan gas
yang paling aman dan bahkan dapat capital gain," ujar Dradjad Wibowo,
Selasa (20/8/2013).
Akan tetapi, Dradjad menegaskan
kembali, apakah harus rakyat yang kemudian dikorbankan karena persaingan
politik dalam situasi makin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat? Contohnya, lanjut Dradjad, daging impor apabila rupiah anjlok
terus, maka harga daging tetap mahal.
Bawang, kedele, sekarang jagung,
gandum (bahan mie dan kue-kue), susu, hingga komponen motor, handphones dll,
Dradjad mengingatkan, semuanya impor. "Kasihan rakyat karena semua menjadi
super mahal," imbuhnya.
Lalu soal bursa saham. Dradjad
menegaskan, apakah para pekerja tidak terkena kalau perusahaan-perusahaan yang
go public itu anjlok harganya? Debt to equity ratio mereka, kata Dradjad,
melonjak drastis, akibatnya pasti akan ada penghematan dan seterusnya.
Sementara para supplier mereka juga akan terkena.
Kemudian, banyak pengusaha
menengah yang menyimpan aset di saham. "Kalau mereka terkena, apa
pegawainya tidak ikut menjadi korban? Apalagi kalau nanti merembet ke properti.
Padhal sekarang harga properti sudah sangat kemahalan. Ujung-ujungnya, rakyat
yang kena," tegas Dradjad.
Kemudian soal obligasi
pemerintah. Karena yield-nya naik terus, artinya obligasi baru dari negara tambah
mahal dan APBN makin terbebani.
"Jadi karena hal-hal di
atas, mumpung belum meledak menjadi krisis, terpaksa saya ngomong apa adanya.
Taruhannya terlalu mahal, dibanding sekedar menjaga etika sebagi mitra koalisi.
Dan mudah-mudahan sadar," pungkas Dradjad Wibowo yang juga menjabat
sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (DPP PAN) ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar