Jurnalis Independen: Meski The Fed tidak menaikkan suku bunganya, rupiah tetap bertekuk lutut terhadap dolla AS.
Malam tadi, waktu Indonesia, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) akhirnya memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya tetap berada mendekati 0-0,25% persen.
Keputusan ini menjadikan negara adidaya itu tidak mengalami kenaikan suku bunga hampir satu dekade sejak Desember 2008.
Kepala Dewan Gubernur The Fed, Janet Yellen menyatakan, pertimbangan The Fed untuk menahan suku bunga ini adalah perlambatan ekonomi dan keuangan global, khususnya perekonomian negara-negara berkembang dan perekonomian Amerika Serikat (AS) sendiri. Hal ini memberikan sinyal bahwa perekonomian AS belum sepenuhnya pulih.
Sebelum pengumuman suku bunga The Fed, 17 September 2015, sore, Bank Indonesia telah mengambil langkah antisipatif jika The Fed menaikkan suku bunganya. Langkah itu berupa penahanan suku bunga BI di level 7,5%.
Dalam keterangan pers BI, selain sebagai langkah antisipasi guna menjaga nilai tukar, penahanan BI Rate ini adalah untuk mencapai target inflasi yang telah ditetapkan di sekitar 5%.
Banyak pihak yang memperkirakan jika The Fed menaikkan suku bunganya maka rupiah akan semakin rontok. Pasar pun masih menanti keputusan The Fed sore lalu sehingga rupiah pun ditutup melemah.
Sayangnya, meski The Fed menahan suku bunganya, rupiah tetap mengalami pelemahan. Hal ini terlihat pada pagi ini, rupiah dibuka pada level Rp 14.452 per dollar AS dan hingga siang ini, rupiah terus mengalami pelemahan hingga level Rp 14.480 per dollar AS. (Ism)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar