Minggu, 27 September 2015

AS dan Jepang "Luncurkan Strategi Penyeimbangan Baru" Kawasan Asia

Jurnalis Independen: Melihat sepak terjang China di Kawasan Asia, membuat Negara Adi Daya Amerika Serikat (AS), tidak cukup menyerahkan segala sesuatu kebijakan kepada negara-negara sekutunya seperti Australia, Hongkong, Jepang, Korea Selatan atau bahkan  India sekalipun. Karenanya, Menteri Pertahanan AS harus melakukan safari penyeimbangan kekuatan dengan China yang  sudah selangkah didepan AS. Safari ke wilayah Asia juga bertujuan tetap meneguhkan dominasi seluruh  aspek kehidupan yang menguntungkan negaranya sebagai Penguasa Dunia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat, Ashton Carter sedang melakukan kunjungan ke dua negara sekutu penting di kawasan Asia yaitu Jepang dan Republik Korea. Menurut kalangan pengamat, kunjungan pertama yang dilakukan Ashton Carter dengan martabat sebagai Kepala Pentagon ini bertujuan menegaskan kembali hubungan pertahanan dengan para sekutu dan komitmen dari Pemerintah pimpinan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama tentang “pemindahan poros” ke kawasan Asia – Pasifik.

Pada latar belakang Islamisme ekstrimis sedang muncul di Irak dan Suriah, Yaman terperangkap dalam perang sipil dan intervensi Rusia pada bentrokan di Ukraina Timur, Amerika Serikat memahami bahwa harus menegaskan kembali posisinya di kawasan Asia – Pasifik. Kunjungan yang dilakukan Menhan Ashton Carter ke Jepang dan Republik Korea kali ini juga tidak berada di luar tujuan memfokuskan perhatiannya pada kawasan Asia.

Sejak menjabat Deputi Menhan Amerika Serikat pada tahun 2011-2013, Ashton Carter telah mendukung kuat usaha Amerika Serikat lebih banyak memindah arah ke kawasan Asia dan menjunjung tinggi arti pentingnya Asia terhadap masa depan Amerika Serikat. Justru oleh karena itu, dalam pidato penting yang pertama menjelang kunjungan ini, Menhan Ashton Carter menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa menonjol di dunia pada tahun 2014 tidak akan menghalangi usahanya untuk meneruskan strategi pemindahan poros ke kawasan Asia dan mengatakan bahwa kawasan Asia – Pasifik akan menjadi kawasan yang membentuk masa depan Amerika Serikat.


Dalih Memperkuat dan memodernisasi hubungan persekutuan

Di Jepang, salah satu diantara isi-isi pokok yang dibahas dua pihak ialah pengubahan-pengubahan dalam pengarahan kerjasama pertahanan Amerika Serikat – Jepang, menurut arah memberikan peranan yang lebih berinisiatif kepada Pasukan Bela Diri Jepang dalam masalah keamanan di Asia.

Pengarahan tentang pertahanan bersama yang untuk pertama kalinya direvisi pada tahun 1997, dianggap akan memperluas skala interaksi antara dua negara sekutu ini, sesuai dengan upaya Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe guna mengurangi keterbatasan-keterbatasan dalam Undang-Undang Dasar Jepang terhadap kebijakan militer nasional.

Naskah Pengarahan Kerjasama Pertahanan baru ini akan diajukan pada pembicaraan antara PM Jepang, Shinzo Abe dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang direncanakan akan diadakan di Washington pada akhir April ini.

Sedangkan di Seoul, para pejabat senior Pemerintah Republik Korea akan mendapat penegasan kembali tentang komitmen yang kuat dari Amerika Serikat terhadap keamanan Republik Korea.

Selain itu, dua pihak juga membahas cara menangani masalah Republik Demokrasi Rakyat Korea, bersamaan itu mengunjungi Markas Komando kawasan Pasifik di Hawaii. Konferensi keamanan Shangri-La di Singapura Mei lalu, dihadiri Menhan Ashton Carter pada Mei juga merupakan kesempatan bagi Amerika Serikat untuk mempereratkan hubungan dengan Singapura dan para mitra lain di kawasan Asia – Pasifik.


 Menciptakan Keseimbangan Strategis Bagi Amerika Serikat

Organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) sedang merajalela di Irak dan Suriah. Yaman jatuh dalam prahara perang saudara. Program nuklir Iran menimbulkan kontradiksi Amerika Serikat - Israel. Situasi di Ukraina membuat Washington dan Moskwa menjadi semakin berjauhan. Krisis yang mengalami eskalasi di Timur Tengah, Afrika dan Eropa telah memaksa Gedung Putih untuk meninjau kembali strategi keamanannya.

Pada latar belakang pasukan Amerika Serikat di Irak telah berangsur-angsur menarik diri dari tahun 2011, sedangkan pasukannya di Afghanistan akan ditarik semuanya pada tahun ini, Amerika Serikat sedang berusaha memindahkan sumber daya militernya ke kawasan Asia – Pasifik. Akan tetapi, Amerika Serikat juga menghadapi kesulitan-kesulitan mereka sendiri ketika harus bergulat dengan pemangkasan anggaran belanja pertahanan dan naiknya kekerasan di Timur Tengah dan Afrika Utara, memperlambat upaya-upaya negara ini terhadap masalah-masalah di Asia.

Tapi untuk menghadapi kecemasan yang semakin meningkat terhadap Tiongkok serta semua tantangan keamanan di kawasan, maka sudah sampai saatnya bagi Amerika Serikat untuk tidak bisa lebih menunda-nunda lagi. Dalam perlawatannya di Asia, Kepala Pentagon tidak menyembunyikan ambisinya tentang satu peta jalan menggelarkan 60% armada Amerika Serikat ke kawasan Asia – Pasifik dalam waktu dari 5 sampai 10 tahun mendatang.

Angkatan Laut Amerika Serikat akan digelarkan dari Filipina ke Australia, Republik Korea, Jepang dan bahkan India, dan lain-lain. Tetapi untuk melaksanakan ambisi ini, Amerika Serikat harus mencari kunci untuk membuka semua pintu halangan.

Pertama-tama ialah usaha memperkokoh hubungan persekutuan lama di kawasan ini. Salah satu diantara langkah-langkah penting pertama yang akan dilakukan Amerika Serikat ialah menanam modal untuk memproduksi senjata modern yang terdiri dari pesawat siluman, pesawat pembom jarak jauh dan berbagai perlengkapan militer untuk menjamin keamanan di kawasan ini. Tambahan lagi, pengesahan Perjanjian Perdagangan Bebas Trans-Pasifik (TPP) juga tidak kalah pentingnya untuk mempertahankan pengaruh Amerika Serikat dan kestabilan di kawasan.

Pada latar belakang Tiongkok sedang merebut keunggulan dalam menduduki pasar ekonomi – keuangan dan meningkatkan pengaruhnya di kawasan ini, pada saat ada sampai 35 negara, termasuk banyak sekutu strategis Amerika Serikat yang menyatakan masuk Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang dicetuskan Tiongkok, maka jelaslah bahwa Amerika Serikat tidak ingin terlambat dalam lomba memperluas hubungan dengan para mitra dagang.

Dengan perlawatannya ke dua negara sekutunya di kawasan Asia kali ini, bisa ditegaskan bahwa Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama sedang memulai satu tahap baru dalam strategi “penyeimbangan kembali” ke arah Asia – Pasifik.

Pengubahan pengarahan dalam kerjasama pertahanan antara Gedung Putih dengan para mitra sekutu, seiring dengan usaha mendorong kerjasama perdagangan, akan membantu Amerika Serikat membina hubungan yang lebih erat lagi dengan kawasan yang diprediksikan akan muncul peristiwa-peristiwa yang bisa mengubah keamanan dunia pada masa depan.

Tidak ada komentar: