Jumat, 03 Juli 2015

Presiden "Wanti-wanti" Calon Panglima TNI Tidak Terima Pesawat Hibah Bekas

Jurnalis Independen: Gatot Nurmantyo yang sedianya menggantikan Panglima Jenderal Moeldoko yang memasuki masa pensiun Agustus nanti, hendak melapor kepada Presiden Joko Widodo, setelah menjalani uji kelayakan di DPR RI.


Calon Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI),  Jenderal Gatot Nurmantyo menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan. Belum sempat melapor, Presiden Jokowi sudah mewanti-wanti Calon Panglima untuk tidak menerima barang bekas termasuk pesawat militer hibah dari negara manapun.

Hari ini, Presiden sudah memerintahkan langsung kepada Gatot agar TNI tak menerima pesawat hibah. "Presiden bilang tidak (boleh hibah), harus baru," ujarnya.

Dalam pertemuan itu, Kepala Negara juga menekankan kepada Gatot untuk mengembangkan industri pertahanan nasional. Harapannya TNI kelak tak bergantung pada negara luar jika ingin membeli alutsista.

"Jika membeli peralatan militer baru, Presiden meminta harus dengan transfer technology(pengalihan tehnologinya). Jadi teknologi yang ada pelan-pelan akan menjadi milik bangsa kita."

Presiden, kata Jenderal Gatot, memerintahkan kepadanya agar TNI tak lagi menerima peralatan tempur bekas dan hibah, terutama pesawat tempur atau pun pesawat angkut seperti jenis Hercules. Menurut Presiden, TNI harus membeli pesawat baru sebagai bagian dari alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang tangguh.

Gatot mengaku sudah mendengar arahan Presiden soal modernisasi alutsista itu saat berbicara kepada wartawan usai menghadiri peringatan Hari Ulang Tahun Polri di Jakarta pada 1 Juli 2015 lalu. Namun, saat itu Presiden belum menginstruksikan langsung kepada TNI.

"Saya mendengar sendiri pada saat beliau wawancara di Mako Brimob (Markas Komando Brigade Mobile Polri) bahwa pesawat harus baru semuanya. Maksudnya bukan yang terbang harus baru semua, tetapi pengadaan harus baru semua," Jelas Gatot saat di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 3 Juli 2015.

Perlu diketahui, Pesawat Hercules C-130 berpenumpang 122 orang termasuk kru pesawat jatuh di Medan pada Selasa siang (30/6/2015). Kecelakaan itu menimbulkan korban jiwa yang berasal dari personel TNI AU, penumpang pesawat, dan masyarakat sipil.

Pesawat Hercules C-130 jatuh, di bagian atap rumah toko Royal Gardenia di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara.

Sementara itu, menurut Jaringan Keselamatan Penerbangan, dalam sepuluh tahun terakhir telah terjadi 10 kecelakaan pesawat yang melibatkan pesawat militer atau polisi Indonesia. Kecelakaan-kecelakaan itu merupakan catatan buruk tentang keselamatan penerbangan Indonesia dan pesawat-pesawatnya yang tua.

Angkatan Udara Indonesia sekarang telah kehilangan empat pesawat C-130, mengurangi jangkauan di negara kepulauan ini.

Juru bicara Angkatan Udara, Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan, tidak jelas apa penyebab kecelakaan, namun sampai hal itu jelas, delapan pesawat C-130B lainnya tidak diperbolehkan terbang.

Bahkan Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengatakan, jika diperlukan, Amerika Serikat siap membantu investigasi penyebab jatuhnya pesawatHercules C-130.

Menurut data Stockholm International Peace Research Institute, meski anggaran pertahanan Indonesia hampir seperlima dari anggaran pertahanan negara-negara Asia Tenggara tahun lalu, secara persentase PDB jumlah itu masih terendah di wilayah ini yaitu 0,8 persen.

Presiden Joko Widodo telah mengemukakan rencana untuk menggandakan anggaran militer menjadi US$15 miliar tahun 2020.

Pihak Angkatan Udara mengatakan ada 122 orang di pesawat termasuk personel militer dan keluarga mereka.

Jatuhnya pesawat tersebut, yang telah dipakai sejak 1964, terjadi hanya dua menit setelah lepas landas dari pangkalan udara Soewondo di Medan. Para saksi mengatakan pesawat tampak meledak tak lama sebelum menghantam rumah-rumah dan sebuah hotel.

Asap hitam membubung dari puing-puing pesawat, dan warga yang berkerumun awalnya menghalangi layanan darurat.

“Kami telah menggunakan peralatan berat untuk membersihkan puing-puing pesawat,” ujar Romali, kepala Badan SAR Medan.

“Kami masih mengevakuasi jenazah dari puing-puing dan kami harap dapat menyelesaikan operasi malam ini.”

Daftar yang tersedia menunjukkan ada 50 orang di pesawat yang akan terbang dari Medan ke Kepulauan Natuna itu, menurut Kapolda Sumatra Utara Irjen Pol. Eko Hadi Sutedjo, namun jumlah sebenarnya lebih dari itu. Pesawat sebelumnya terbang dari Jakarta dan berhenti di dua lokasi sebelum tiba di Medan.

Pilot dilaporkan memberitahukan menara pengawas bahwa pesawat akan kembali karena masalah mesin.

“Pesawat melintas beberapa kali di atas, sangat rendah,” ujar Elfrida Efi, resepsionis di Hotel Golden Eleven.

“Lalu ada api dan asap hitam. Ketiga kalinya melintas pesawat jatuh ke atap hotel dan langsung meledak,” ujarnya lewat telepon.

Tidak ada komentar: