Dream - Tilawah Alquran yang dibawakan oleh Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Yasser Arafat pada peringatan Isra Miraj di Istana Merdeka pada Jumat pekan lalu menuai polemik. Ini lantaran tilawah Alquran tersebut menggunakan langgam atau irama Jawa.
Terkait hal ini, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kementerian Agama Muhammad Machasin mencoba memberikan penjelasan. Dia mengutip kaidah pembacaan Alquran berdasarkan kitab Ash Shabuni Juz II.
Machasin menerangkan terdapat dua pendapat terkait pengunaan irama dalam membaca Alquran. Berdasarkan kitab tersebut, dua mazhab melarang Alquran dibaca dengan irama selain Arab yaitu Malikiyah dan Hanabilah, sedangkan dua mazhab lainnya, Syafiiyah dan Hanafiyah membolehkan.
Menurut Machasin, larangan menggunakan irama selain Arab didasarkan pada hadits yang menerangkan perlunya menggunakan irama Arab agar tidak meniru ahli kitab dan orang-orang fasiq.
Sementara ketentuan yang membolehkan Alquran dibaca dengan irama selain Arab merujuk pada hadits yang menganjurkan membaca dengan suara merdu. Hadits tersebut menyebutkan 'Zaiyyinu Alqurana bi ashwatikum' (Hiasilah bacaan Alquranmu dengan suara-suara merdu).
Di samping itu, Machasin mengaku pernah mendengar dua orang gurunya menggunakan langgam Jawa dalam membaca Alquran. Selain itu, Machasin juga memiliki kolega yang menggunakan langgam Jawa.
“Beberapa guru saya dulu membaca Alquran dengan langgam Jawa. Prof. Fatchurrahman, dan Romdon, MA dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga menggunakan langgam Jawa kalau mengimami salat Jumat di Masjid Kampus," kata Machasin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar