Jurnalis Independen: Perebutan kekuasaan di Parlemen Republik Indonesia antara politisi Pro Rakyat (Koalisi Rakyat) yang dimotori Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri, melawan Koalisi Merah Putih (KMP) dibawah pimpinan pecatan Danjen Kopassus Prabowo Subianto, layak dicermati, detik perdetik.
Perebutan kekuasaan di parlemen itu berawal dari kekalahkan
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prahara) yang maju bertarung melawan
Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam pilres 9 Juli 2014 lalu.
Ada 6 partai pendukung Prahara pasangan nomor urut satu.
Partai pendukung Prahara antara lain Gerindra, PPP, Golkar, PAN, PKS dan Demokrat. Sisi lain, Pasangan Jokowi-JK
yang mendapat nomor urut 2, didukung oleh 3 partai, yaitu Partai PDIP, PKB dan
Hanura.
Prabowo Subianto sangat ambisi menduduki kursi RI 1. Hal itu
terlihat jelas dalam setiap dan tindakannya. Ambisinya untuk menjadi Presiden
Republik Indonesia yang ke 7, didukung banyak kepentingan dan alasan.
Alasan yang paling mendasar, rasional namun ambisius, adalah
membersihkan namanya lantaran kasus Mei '98. Setara dengan kasus itu,
mengembalikan nama baik sang mertua, Pemimpin besar Ordebaru, pemerintahan
paling otoriter yang berkuasa hingga 32 tahun, yaitu Presiden Soeharto.
Bahkan,
tidak sekedar mengembalikan nama baik Soeharto yang dinyatakan sebagai "leluhur
koruptor" di Indonesia, tetapi lebih daripada itu yaitu memberikan gelar
PAHLAWAN pada Soeharto.
Jika Prabowo benar-benar menjadi Presiden Indonesia melalui
proses politik yang konstitusional yaitu pilpres 2014, mengalahkan pasangan
Jokowi-Jk, maka rencana diatas akan berjalan mulus dan tak ada yang mampu
menghalanginya. Sebagai bonus dari pemberian "Gelar PAHLAWAN Alm.
Mantan Presiden
Soeharto", Prabowo berhak rujuk kembali dengan Titik Soeharto. Sebab
itulah tiket rujuk yang harus dipenuhi oleh Prabowo dan dijadikan syarat oleh
pihak keluarga besar Cendana.
Yang mendasari Kekompakan KMP yang ke tiga adalah, tentang
mafia minyak bumi. Politisi yang tergabung di KMP, merasa perlu melindungi dan
tetap mengangkangi hasil permalingan mereka akan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dimana
KMP, merupakan muara dari politisi hitam dan pengusaha hitam.
Diatas kertas, pencapresan dan pertarungan Prabowo-Hatta
melawan kandidat Jokowi - JK, dipastikan akan menang dengan mudah.
Sosok Jokowi yang menjadi rival Prabowo, dianggap sebelah
mata oleh kalangan politisi mata duitan, pengusaha hitam maupun rakyat yang
buta politik yang tidak mengetahui sejarah dan trek rekor Prabowo-hatta. Lobi
yang kuat, pendukung yang banyak yang mudah dibeli dengan dana berlimpah,
menjadi sumber kecongkakan akan keberhasilan makar yang mereka rencanakan.
Para konspirator makar lupa, jika sosok Jokowi, partai
koalisi pro rakyat dan kebanyakan rakyat indonesia sudah demikian cerdas dalam
berpolitik dan memilih pemimpin bangsanya. Sejak masih dalam cengkeraman
ordebaru Soeharto, rakyat telah memimpikan sosok Presiden Pemimpin Rakyat yang
merakyat, sederhana, jujur tidak korup dan mandiri, bukan otoriter dan palsu.
Selain itu, para makaris yang jumawa melupakan kekuasaan Yang Maha Lembut.
Sebab pada dasarnya jika mereka melakukan makar terhadap rakyat, bangsa dan
negaranya, sama artinya dengan melakukan makar kepada Sang Pencipta. Oleh sebab
itu Yang Maha Agung membalas makar mereka melalui Jokowi-JK pada 9 juli 2014.
Kegigihan kelompok Konspirator makar, layak diacungi jempol,
sebab mereka telah melakukan persiapan beberapa tahun sebelum pilpres 2014
dilaksanakan. Terbukanya arus informasi yang tidak terbendung memiliki
"ekses" dan menjadikan tukang becak, kalangan ekonomi bawa, rakyat
jelata mudah mendapatkan informasi apa saja, menjadikan mereka tahu siapa
pemimpin, calon pemimpin dan pemimpin yang diharapkan menjadi pemimpin mereka.
Sisi lain, peranan media independen mencuci otak dan hati rakyat dari media pelacur.
Hasilnya, konseptor makar dan antek-anteknya terbelalak
menerima hasil pilpres 2014 tanggal 9 Juli lalu.
Kegagalan Planning A (pilpres 2014), membuat konseptor makar
dan antek-anteknya secepat kilat melaksanakan "Planing B, C dan setersnya".
Planing B yaitu, RUU Pilkada dan UU MD3. Dua poin ini telah menjadi kemenangan
Konseptor makar yang bernama lain Koalisi Merah Putih (KMP). Selanjutnya
Planing C, adalah menguasai secara mutlak parlemen baik Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) maupun Majelis Perwakilan Rakyat (MPR).
Akhirnya, parlemen yang telah dikuasai para politisi hitam,
pejabat diktator dan tangan besi, serta konglomerat hitam, akan mengganjal
setiap kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK, walau hal itu dilakukan Jokowi-JK demi
terwujudnya Sila Kelima dari Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, pemasgulan akan dilakukan oleh MPR untuk
mendepak kekuasaan Presiden Jokowi, Pemerintahan Jokowi-JK yang dipilih secara
demokratis oleh rakyat Indonesia.
Nasib bangsa Indonesia akan seperti nasib Negara Mesir di
Timur Tengah yang dipimpin oleh Presiden terpilih Mohammad Mursi dari Ihkwanul
Muslimin. Tragedi Perampokan, Penggulingan Kekuasaan yang dipilih secara
demokratis dan pro rakyat, akan mengulang sejarah KUDETA Soekarno oleh
Soeharto.
Sejarah ini akan terjadi jelas didepan mata. Black
September, menjadi pintu masuk dan sedang dirancang oleh manusia busuk musuh
kebenaran, musuh rakyat. Kisah jatuhnya Soekarno yang dekat dengan rakyat akan
menjadi potret kejatuhan Jokowi -JK, PDIP, PKB dan Hanura. Soeharto menjadi Inspirator kali ke dua bagi mantan menantu,
Sang Deklarator KMP. Jangan Biarkan Sang Ibu Pertiwi menangis tuk kesekian
kali.JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar