Selasa, 30 September 2014

Waspadai Skenario Penggulingan Presiden Soekarno Jilid II


Jurnalis Independen: Perebutan kekuasaan di Parlemen Republik Indonesia antara politisi Pro Rakyat (Koalisi Rakyat) yang dimotori Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri, melawan Koalisi Merah Putih (KMP) dibawah pimpinan pecatan Danjen Kopassus Prabowo Subianto, layak dicermati, detik perdetik.
Perebutan kekuasaan di parlemen itu berawal dari kekalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prahara) yang maju bertarung melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam pilres 9 Juli 2014 lalu. 

Ada 6 partai pendukung Prahara pasangan nomor urut satu. Partai pendukung Prahara antara lain Gerindra, PPP, Golkar, PAN, PKS  dan Demokrat. Sisi lain, Pasangan Jokowi-JK yang mendapat nomor urut 2, didukung oleh 3 partai, yaitu Partai PDIP, PKB dan Hanura.

Prabowo Subianto sangat ambisi menduduki kursi RI 1. Hal itu terlihat jelas dalam setiap dan tindakannya. Ambisinya untuk menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7, didukung banyak kepentingan dan alasan.

Alasan yang paling mendasar, rasional namun ambisius, adalah membersihkan namanya lantaran kasus Mei '98. Setara dengan kasus itu, mengembalikan nama baik sang mertua, Pemimpin besar Ordebaru, pemerintahan paling otoriter yang berkuasa hingga 32 tahun, yaitu Presiden Soeharto. 

Bahkan, tidak sekedar mengembalikan nama baik Soeharto yang dinyatakan sebagai "leluhur koruptor" di Indonesia, tetapi lebih daripada itu yaitu memberikan gelar PAHLAWAN pada Soeharto.

Jika Prabowo benar-benar menjadi Presiden Indonesia melalui proses politik yang konstitusional yaitu pilpres 2014, mengalahkan pasangan Jokowi-Jk, maka rencana diatas akan berjalan mulus dan tak ada yang mampu menghalanginya. Sebagai bonus dari pemberian "Gelar PAHLAWAN Alm. 

Mantan Presiden Soeharto", Prabowo berhak rujuk kembali dengan Titik Soeharto. Sebab itulah tiket rujuk yang harus dipenuhi oleh Prabowo dan dijadikan syarat oleh pihak keluarga besar Cendana.

Yang mendasari Kekompakan KMP yang ke tiga adalah, tentang mafia minyak bumi. Politisi yang tergabung di KMP, merasa perlu melindungi dan tetap mengangkangi hasil permalingan mereka akan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dimana KMP, merupakan muara dari politisi hitam dan pengusaha hitam.

Diatas kertas, pencapresan dan pertarungan Prabowo-Hatta melawan kandidat Jokowi - JK, dipastikan akan menang dengan mudah.

Sosok Jokowi yang menjadi rival Prabowo, dianggap sebelah mata oleh kalangan politisi mata duitan, pengusaha hitam maupun rakyat yang buta politik yang tidak mengetahui sejarah dan trek rekor Prabowo-hatta. Lobi yang kuat, pendukung yang banyak yang mudah dibeli dengan dana berlimpah, menjadi sumber kecongkakan akan keberhasilan makar yang mereka rencanakan.

Para konspirator makar lupa, jika sosok Jokowi, partai koalisi pro rakyat dan kebanyakan rakyat indonesia sudah demikian cerdas dalam berpolitik dan memilih pemimpin bangsanya. Sejak masih dalam cengkeraman ordebaru Soeharto, rakyat telah memimpikan sosok Presiden Pemimpin Rakyat yang merakyat, sederhana, jujur tidak korup dan mandiri, bukan otoriter dan palsu. Selain itu, para makaris yang jumawa melupakan kekuasaan Yang Maha Lembut. Sebab pada dasarnya jika mereka melakukan makar terhadap rakyat, bangsa dan negaranya, sama artinya dengan melakukan makar kepada Sang Pencipta. Oleh sebab itu Yang Maha Agung membalas makar mereka melalui Jokowi-JK pada 9 juli 2014.

Kegigihan kelompok Konspirator makar, layak diacungi jempol, sebab mereka telah melakukan persiapan beberapa tahun sebelum pilpres 2014 dilaksanakan. Terbukanya arus informasi yang tidak terbendung memiliki "ekses" dan menjadikan tukang becak, kalangan ekonomi bawa, rakyat jelata mudah mendapatkan informasi apa saja, menjadikan mereka tahu siapa pemimpin, calon pemimpin dan pemimpin yang diharapkan menjadi pemimpin mereka. Sisi lain, peranan media independen mencuci otak dan hati rakyat dari media pelacur. 

Hasilnya, konseptor makar dan antek-anteknya terbelalak menerima hasil pilpres 2014 tanggal 9 Juli lalu.

Kegagalan Planning A (pilpres 2014), membuat konseptor makar dan antek-anteknya secepat kilat melaksanakan "Planing B, C dan setersnya". Planing B yaitu, RUU Pilkada dan UU MD3. Dua poin ini telah menjadi kemenangan Konseptor makar yang bernama lain Koalisi Merah Putih (KMP). Selanjutnya Planing C, adalah menguasai secara mutlak parlemen baik Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Majelis Perwakilan Rakyat (MPR).

Akhirnya, parlemen yang telah dikuasai para politisi hitam, pejabat diktator dan tangan besi, serta konglomerat hitam, akan mengganjal setiap kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK, walau hal itu dilakukan Jokowi-JK demi terwujudnya Sila Kelima dari Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. 

Selanjutnya, pemasgulan akan dilakukan oleh MPR untuk mendepak kekuasaan Presiden Jokowi, Pemerintahan Jokowi-JK yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Indonesia. 

Nasib bangsa Indonesia akan seperti nasib Negara Mesir di Timur Tengah yang dipimpin oleh Presiden terpilih Mohammad Mursi dari Ihkwanul Muslimin. Tragedi Perampokan, Penggulingan Kekuasaan yang dipilih secara demokratis dan pro rakyat, akan mengulang sejarah KUDETA Soekarno oleh Soeharto. 

Sejarah ini akan terjadi jelas didepan mata. Black September, menjadi pintu masuk dan sedang dirancang oleh manusia busuk musuh kebenaran, musuh rakyat. Kisah jatuhnya Soekarno yang dekat dengan rakyat akan menjadi potret kejatuhan Jokowi -JK, PDIP, PKB dan Hanura. Soeharto menjadi  Inspirator kali ke dua bagi mantan menantu, Sang Deklarator KMP. Jangan Biarkan Sang Ibu Pertiwi menangis tuk kesekian kali.JI
   

Tidak ada komentar: