Sebelumnya diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi sasaran kemarahan netizen sepanjang Jumat (26/9/2014), usai keputusan DPR yang mengembalikan kewenangan DPRD untuk memilih kepala daerah. Kecaman terhadap SBY disuarakan dengan tanda pagar #ShameOnYouSBY di jejaring sosial Twitter.
Menariknya, hashtag tersebut dimotori oleh sejumlah figur terkenal, seperti @deelestari, @glennfredly, @pandji, dan lain-lainnya. Hasilnya luar biasa. #ShameOnYouSBY menjadi trending topic di seluruh dunia, hingga menarik minat media asing sekaliber The New York Times.
Menurut analisis Politicawave, jumlah percakapan tentang #ShameOnYouSBY mencapai 97.500 tweets.
"Hal tersebut adalah reaksi rakyat Indonesia yang dituangkan di sosial media terhadap salah satu peristiwa penting dan yang paling menentukan arah perpolitikan Indonesia," kata pendiri Politicawave Yose Rizal, Jumat (26/9/2014) malam.
SBY menjadi sasaran kemarahan netizen karena sikap Partai Demokrat yang memilih walk out dalam pemungutan suara tentang RUU Pilkada. Akibatnya, partai-partai yang pro pemilihan tidak langsung yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih berhasil mengalahkan kubu pro pemilihan langsung.
Padahal, SBY sempat menyampaikan keinginannya untuk mempertahankan pemilihan kepala daerah secara langsung melalui YouTube seminggu sebelum sidang paripurna DPR.
"Melalui sosial media netizen mengaku terkejut dan kecewa terhadap SBY, maka tak heran jika dengan jumlah percakapan mendekati angka 100.000 tweet untuk topik tersebut menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di sosial media," kata Yose.
Dia menambahkan, netizen mempertanyakan sosok SBY yang menjabat sebagai Ketua Umum, Ketua Dewan Pembina, sekaligus ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat di mata Partai binaannya sendiri.
"Seharusnya, seperti yang selama ini diyakini oleh publik, SBY dengan kewibawaannya dan sederet jabatannya tersebut mampu untuk menentukan semua keputusan terutama yang krusial untuk partai dan negaranya, netizen pun mempertanyakan bagaimana hal tersebut bisa terjadi di mana partai tidak bertindak mengikuti arahan dari pemimpin tertingginya," katanya.
Luapan emosi netizen juga dipicu dari isu bahwa SBY selalu tidak ada di Indonesia di saat-saat genting pengambilan keputusan yang sangat penting bagi rakyat Indonesia.
Meskipun SBY melalui siaran persnya mengaku kecewa dengan hasil tersebut, namun hal ini tidak mendatangkan simpati netizen. Sebagian besar justru menganggap bahwa hal tersebut adalah bagian dari sandiwara serta memberikan sindiran untuk “acting” nya yang dianggap berhasil mengelabui masyarakat.
Jika melihat luapan kemarahan pada netizen yang jumlahnya mendekati 100 ribuan merupakan jumlah yang fantastis. Kemarahan publik pinggiran terkait UU Pilkada pada SBY yang tidak mengenal/memiliki sosmed, baik twitter maupun facebook dan media sosmed lainya, mungkin lebih besar lagi. Bisa jadi jumlahnya puluhan juta. Pertanyaannya, sudahkah hal ini diperhitungkan oleh sutradara Tuan Presiden SBY dan Partai Demokrat yang "merampok" hak rakyat? Pikirkan dan Waspadalah! Jangan menari diatas duka rakyat jelata!JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar