Ulama Jadab Bagi-bagi
Karomah
Ra Lilur memang
berasal dari keluarga sufi. Dalam arti, leluhurnya dikenal dekat dengan Nabi
Khidlir. Karena itu mudah dipahami jika keajaiban-keajaiban Ra Lilur mirip
dengan perilaku Nabi Khidlir.
KH. Imron, kakek
Ra Lilur, konon, pernah ditemui Nabi Khidlir, Kiai Imron adalah putera
Syaikhona Kholil Abdul Latif Bangkalan. Kala itu Nabi Khidlir menjelma sebagai
orang berpenyakit yang menjijikkan. Orang itu kemudian minta gendong pada Kiai
Imron. Namun Kiai Imron menolak. Karena menolak orang itu lantas minta gendong
ke Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari yang waktu itu masih mondok di pesantren Kiai
Kholil.
Kiai Hasyim
menggendong hampir sampai ke pesantren. Menjelang sampai ke pesantren orang itu
minta diturunkan. Orang tersebut kemudian berkata," Sampaikan kepada Kiai
Imron, saya ini Nabi Khidlir." Setelah itu orang tersebut lenyap. Begitu
kabar disampaikan, Kiai Imron terkejut. Ia menyesal telah menolak menggendong
orang berpenyakit itu yang tak lain adalah Nabi Khidlir. Sejak itu, kabarnya,
Kiai Imron bertekad untuk mencari Nabi Khidlir. Ia terus mengembara untuk
mencari Nabi Khidlir.
Kasus seperti yang
dialami Kiai Imron ini memang banyak terjadi. Seseorang pernah ingin bertemu
Nabi Khidlir. Ia datang kepada kiai yang dikenal wali. Orang tersebut kemudian
disuruh pergi ke trotoar gedung bioskop. Namun begitu sampai di tempat yang
ditunjuk. Ternyata Nabi Khidlir tak ada. Orang tersebut kemudian kembali ke
rumah sang kiai. Ia melaporkan bahwa di depan gedung bioskop itu tak ada Nabi
Khidlir. Yang ada hanya orang jual bakso.
Lalu apa kata
sang kiai? "Ya, itu Nabi Khidlir. Yang menjelma jadi tukang bakso
itu," kata kiai itu. Kontan saja orang sudah lama ingin bertemu Nabi
Khidlir itu gelo.
Konon, KH. Abdul
Hamid Pasuruan yang dikenal sebagai wali itu sering didatangi orang yang ingin
bertemu dengan Nabi Khidlir. Suatu ketika ia kedatangan tamu yang ngotot ingin
bertemu Nabi Khidlir. Kiai Hamid lantas minta orang itu datang kembali besok. Karena
memang sangat ingin melihat Nabi Khidlir, orang tersebut datang seperti
perintah Kiai Hamid. Ia lantas duduk di sela-sela tamu yang banyak. Kiai Hamid
terus asyik bercakap-cakap dengan para tamunya. Kemudian para tamu itu pulang
sehingga tinggal orang yang ingin bertemu Nabi Khidlir itu.
"Kiai, mana
Nabi Khidlirnya," katanya tak sabar setelah menunggu tak muncul-muncul.
"Lho, tadi
sewaktu kamu ke sini ada orang nggak di depan?" tanya Kiai Hamid.
"Ada, tapi
orang membersihkan got," kata orang itu jujur. "Ya, itu tadi Nabi
Khidlir," jelas Kiai Hamid. Karuan saja orang itu terkejut. Ia tak
menyangka orang yang ia sepelekan tadi ternyata Nabi Khidlir.
Ra Lilur,
dikenal menguasai bahasa Arab dengan sempurna. Namun tidak ada yang tahu dari
mana beliau belajar. Kehidupan Ra Lilur memang agak berbeda dengan keluarga
Syaikhona Kholil lainnnya yang pendidikannya jelas. KH. Abdullah Schaal,
saudara Ra Lilur, misalnya, sejak kecil nyantri secara teratur. Kemudian
mengasuh pesantren warisan Syaikhona Kholil. Karena itu pesantren yang terletak
di kota Bangkalan itu dinamakan Pesantren Syaikhona Kholil. Pesantren inilah
yang pernah dibakar oleh Ra Lilur.
Ra Lilur sejak
muda dikabarkan suka mengembara. Ia sering tak jelas dimana tempatnya. Ia hanya
muncul ketika mau mengabarkan peristiwa-peristiwa penting yang akan terjadi.
Untuk proses penyampaian kabar itu ia kadang datang kepada Kiai Abdullah
Schaal. "Biasanya ia minta agar Kiai Abdullah hati-hati," ujar salah
seorang keluarga Kiai Abdullah. Setelah menyampaikan hal penting untuk
disampaikan kepada masyarakat atau pejabat, Ra Lilur kembali ke kediamannya.
Atau meneruskan laku-nya, merendam diri di tengah laut.
Yang menarik, di
kediaman Ra Lilur cukup banyak tamu berkunjung. Di depan tamunya - terutama
yang khusus - ia kadang bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya
tentang ulama yang kini mulai lebih suka mengejar-ngejar harta ketimbang
memikirkan nasib umat. Cicit Syaikhona Kholil itu bahkan menangis sesenggukan
saat bicara tentang ulama yang hanya mengejar harta.
"Kalau
ulama sudah lupa kepada kedudukannya dan mencintai harta serta kemewahan,
berat, berat, dihadapan Allah SWT. Dampaknya, mereka akan pecah. Ya, Allah,
selamatkanlah mereka," kata Ra Lilur sembari menangis sesenggukan. Ia
menyampaikan itu kepada majelisnya dalam bahasa Arab.
Soal bahasa Ra
Lilur melihat tamunya. Jika dalam majelis paham bahasa Arab kadang beliau bicara
dalam bahasa Arab. Tapi jika tamunya orang Madura, biasanya ia cukup bahasa
Madura.
Berbeda dengan
ulama milenium yang berebut posisi dan sibuk dengan politik, Ra Lilur sangat
sederhana. Baik pakaian maupun kehidupan sehari-harinya sangat bersahaja. Ra
Lilur memang lebih tepat jika disebut sebagai ulama rohani.
Banyak cerita
menarik yang dialami Habib Ali Zainal Bin Anis Al Muchdor ketika berkunjung ke
kediaman Ra Lilur di Tanah Merah Bangkalan Madura. "Waktu itu saya melihat
pakaian Ra Lilur yang sederhana. Saya lantas ingat satu hadits yang mengatakan
agar hati-hati terhadap orang yang berpakaian compang-camping. Karena orang itu
mulya di sisi Allah. Anehnya, seketika itu Ra Lilur menjawab Salallahalaihi
Muhammad," tutur Habib. Sontak Habib takdim kepada Ra Lilur. Karena apa
yang ada dalam hati Habib, ternyata Ra Lilur tahu.
Tak lama
kemudian Ra Lilur bertanya kenapa seorang pengusaha besi tua bernama H. Hasan
yang tinggal di Cililitan Jakarta tak pernah datang lagi kepadanya.
Habib Ali
menjawab mungkin sudah jera karena banyak pengalaman pahit yang dialami ketika
datang ke Ra Lilur. Menurut Habib, Hasan pernah mengalami tekanan ekonomi.
Karena ia mendengar kejadian-kejadian aneh yang dialami Habib bersama Ra Lilur,
ia kemudian memutuskan datang kepada kiai jadab itu.
Ia minta do'a
kepada Ra Lilur. Ia berharap, cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu, mau
mendo'akan, agar usahanya tetap langgeng. Begitu juga kalau ada job baru
sukses.
Singkat cerita,
setibanya di rumah sang kiai, segera ia disambut ajudan sekaligus dihadapkan
kepada Ra Lilur. Hasan lantas menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua
cerita Hasan. Namun yang membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang,
ia diberi obat sakit kepala Paramex.
Tentu ia
bertanya-tanya dalam hati. Dengan diliputi tanda tanya, Hasan pulang ke
rumahnya di Jakarta. "Di dalam bus, saya terus mikir. Mau diapakan obat
ini. Kenapa pula kiai memberi saya ini," gumam Hasan seperti ditirukan
Habib.
Seminggu
kemudian, H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya rugi Rp 100 juta.
"Mati aku. Rupanya itu maksud kiai memberi obat," kata Hasan
tersenyum kecut. Sebulan kemudian, di rumahnya, telepon H. Hasan mendadak
berdering. Telepon itu dari saudaranya di Tanah Merah, Madura. Ia mengabarkan
bahwa abahnya (ayah), yang murid Habib Sholeh Tanggul,
Jember, sakit
keras. Dilanda rasa gundah tak terkira, ia pun pergi menemui abahnya.
Abahnya
terbaring sakit di atas pembaringan. Ia lantas menemui guru abahnya, yaitu
Habib Sholeh Tanggul, H. Hasan diminta membawa tasbih. Menurut Habib Sholeh,
tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur untuk mengobati orang sakit.
Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu dicelupkan ke dalam segelas air.
Selanjutnya, air bekas celupan itu diminumkan kepada orang yang sakit. Semula,
penyakit itu memang berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu tidak
berlangsung lama.
Beberapa waktu
kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit. H. Hasan pun segera beranjak pergi
meminta do'a kepada Ra Lilur. Yang tak membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra
Lilur, memberinya kapas, berikut minyak telon. Itu diberikan ketika H. Hasan
hendak pulang. Seperti sebelumnya, dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya
di Tanah Merah, hati H. Hasan, diliputi tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di
rumah abahnya, ia mendapati banyak orang menangisi kepergian orang tua
lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon itu, sebagai perlambang bahwa
penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan. "Kapok sudah saya bertemu Ra
Lilur," kata H. Hasan setengah menggerutu.@bersambung
1 komentar:
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
Posting Komentar