Jurnalis Independen: Langkah-langkah matang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menjalankan roda pemrintahannya, sangat mencengangkan musuh-musuh politik busuk, mafia, pengusaha hitam, ekonom bajingan. Mereka adalah warga negara Indonesia bahkan juga terdiri dari banyak warga negara asing yang memiliki kepentingan mengangkangi Kekayaan Alam Nusantara.
Kesunggguhan Presiden Jokowi dalam mengembalikan Tambang di Tanah Papua diantaranya mengandung Emas dan tidak sedikit kandungan Uranium menjadi ukuran bagi berbagai pihak yang saat ini menguasai tambang tersebut. Salah satu gudang kekayaan Indonesia itu sejak tahun 1967 telah dikuasakan oleh Presiden Soeharto yang "Sukses Menggantikan" Presiden Soekarno, kepada PT Freeport Amerika Serikat yang membantunya "Naik Tahta".
Sejak itu, Soeharto yang menamakan Pemerintahannya sebagai Orde Baru (contoh New World Order), beserta kroni-kroninya menikmati "lelehan" Freeport, hingga suatu masa ada Gerakan Reformasi.
Reformasi yang pada awalnya dianggap baik dan harapan Rakyat Indonesia, ternyata hanya bertujuan mengamandemen UUD 1945 dan penguasa semakin jauh dari Pancasila. Padahal, mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno di sebuah Hotel di Surabaya pernah menyatakan saat itu Pancasila hanya teraplikasi tidaklebih dari 15 persen saja. Dampak Gerakan Reformasi selanjutnya adalah menjadikan Indonesia semakin Liberal dan jauh dari UUD 1945 dan Pancasilanya.
Sebelum reformasi meletus, krisis ekonomi melanda dunia termasuk Indonesia. Lantaran itu, banyak Perusahaan Negara terjual, dijual. Selain untuk membayar hutang masa Pemerintahan Orde Baru yang jatuh tempo, juga untuk membiayai roda pemerintahan yang hampir mandek. Walhasil banyak perusahaan strategis milik negara yang berpindah tangan ke tangan swasta asing. Perusahaan yang berpindah tangan dan dikuasai asing tersebut diantaranya adalah Indosat.
Beberapa kali jabatan Kepala Pemerintahan Negeri berganti setelah lengsernya Soeharto. Kekuatan ekonomi Indonesia tidaj berubah lebih baik. Indonesia semakin bergantung kepada luar negeri. Amandemen UUD yang lebih menguntungkan penanam modal asing bahkan semakin kentara. Hingga Kapitalis asing semakin menancapkan kuku-kuku dan taring drakulanya menghisap semua kekayaan Rakyat Indonesia.
Munculnya Pemimpin Sederhana, Ndeso, Tidak Ambisius, Tak mau suap, Gratifikasi, Cerdas, Jujur, tidak mau diajak kolaborasi mengeruk kekayaan rakyat dan negara, melemparkan mimpi mereguk surgawi yang selama ini dinikmati mereka. Sebelumnya, kelompok ini selalu bisa memperdaya bahkan Tingkat Presiden sekalipun untuk menuruti syahwat golongan ini. Namun Jokowi menjabat Presiden, kelompok ini gigit jari. Freeportgate gagal untuk memperdaya Presiden Rakyat itu. Memang Freeportgate tidak gagal total. Mereka masih bisa "menyelamatkan" aktor-aktornya sehingga lepas dari jerat hukum.
Akhirnya, dengan sadar mereka "Merancang Tragedi Thamrin" yang oleh media dan "kelompok Gigit Jari" dinisbahkan kepada ISIS. Padahal hanya Isis-isisan.
Presiden Joko Widodo bukannya tidak mengetahui permainan ini. Target teror ini, sebenarnya adalah untuk menjatuhkan Kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jokowi tidak boleh memimpin hingga Purnabhakti. Itulah Target politisi busuk antek kapitalis. itulah target Pengusaha Hitam yang telah menggelontorkan banyak uang guna memenangkan jagoannya di Pilpres 2014 lalu. itulah target "Pengpeng" yang merasa rugi oleh kebijakan "Pemimpin Ndeso" ini.
Sayangnya, rencana ini tidak banyak diketahui bahkan oleh pendukung setia Jokowi sendiri. Hal itu diperparah banyaknya lingkungan di pemerintahan yang memiliki watak "Musang Berjaket Domba". Karenanya, Jokowi sangat berhati-hati dalam memutuskan, mengambil langkah kebijakan, ditambah lagi hasil perjanjian unilateral pemerintahan terdahulu yang tidak mudah mencari jalan keluar yang memihak pada Bangsa, Negara dan Rakyat Indonesia yang menjadi Amanah Besarnya. Biadabnya lagi, Partai dan Parlemen hanya bisa merecoki dan mengganjal program kerakyatan yang hendak Jokowi terapkan. Presiden Jokowi selain pendukung setianya,paraktis berjalan sendiri dan hanya didampingi beberapa gelintir menteri saja.
Teror Bom Thamrin di Jl Sarinah, menjadi pembuka dan pertanda "Mafia dan Kaum Kuffar" menjalankan rencananya dengan satu tujuan melengserkan Pemerintah yang merugikan, melenyapkan kenikmatan hidup yang selama ini telah mereka nikmati, termasuk Tambang Emas, Uranium di Bumi Papua.
Teror Bom akan terjadi kembali di wilayah negeri ini. Teror-teror ISIS-ISISAN itu akan berhenti jika musuh nomor wahid mereka lengser dari jabatannya. Save Presiden Joko Widodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar