Jurnalis Independen: Kecewa dan marah. walau tidak berkelanjutan larut dalamkekecewaan dan kemarahan, namun sikap itu sempat diperlihatkan oleh Abu Bakar Baasyir saat mendengar kabar peledakan di di Jl. Thamrin Kamis 14/1/2016 lalu.
Pada tahun 2003 juga ada pengeboman JW Marriott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Kejadian itu tercatat pukul 12:45 dan 12:55 WIB pada hari Selasa, 5 Agustus 2003. Ledakan yang berasal dari bom mobil bunuh diri dengan menggunakan mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B 7462 ZN yang dikendarai oleh Asmar Latin Sani.
Tragedi ini dikaitkan padaAbu Bakar Baasyir yang menjadi target Amerika Serikat selepas kejadian WTC tahun 1999. Ledakan JW Marriott menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Kali berikutnya, pada 17 Juli 2009 hotel JW Marriott bersama dengan hotel Ritz-Carlton kembali diguncang bom. bom yang terjadi dicurigai sebagai bom bunuh diri, juga dikaitkan dengan Abu Bakar Baasyir.
Lantaran hal itu, terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir dikabarkan marah saat mendengar adanya teror di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, pada Kamis, pekan lalu. Ba'asyir khawatir kasus tersebut mempengaruhi proses hukum peninjauan kembali yang tengah dilakukannya. Dan dikaitkan dengan dirinya.
"Kami sudah bertemu Ustad (Ba'asyir) di Nusakambangan," kata pembina Tim Pengacara Muslim (TPM), Mahendradatta, di Solo, Jawa Tengah, Selasa, 19 Januari 2016. Menurut dia, Ba'asyir sangat kecewa mendengar kabar tersebut.
Mahendradatta mengatakan kasus bom bunuh diri itu dikhawatirkan mempengaruhi upaya hukum yang sedang dia tempuh. Apalagi, kasus teror Thamrin itu dikaitkan dengan pelatihan paramiliter di Jalin Jantho, Aceh. Pelatihan itu merupakan bagian dari tudingan ke Ba'asyir, yakni sebagai pemberi dana.
"Dalam peninjauan kembali ini, kami ingin membuktikan bahwa Ba'asyir tidak memiliki kaitan dengan pelatihan tersebut," kata Mahendradatta. Dia sudah menyiapkan sejumlah saksi yang akan memperkuat pernyataan tersebut dalam persidangan.
Mahendradatta menegaskan Ba'asyir tidak mengenal para pelaku bom Thamrin. "Termasuk dengan Bahrun Naim," katanya.
Menurut dia, kasus teror memang berulang kali terjadi saat Ba'asyir tengah menjalani proses hukum. "Kesannya seperti ada sabotase yang membuat opini memojokkan klien kami," katanya.
Pertanyaannya, benarkah Abu Bakar Baasyir menjadi dalang semua ini? Kepada siapa kita harus bertanya dan mendapatkan jawaban yang jujur? Dunia memang penuh dengan sandiwara....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar