Pameran Tunggal “Jelajah Jagad” di Sekolah Selamat Pagi Indonesia
Lukisan Jansen Jasien Dihargai Rp5 Miliar, Ada Enkripsi Tersembunyi
SICOM Jansen Jasien terus menorehkan sejarah. Mempersiapkan secara khusus sejak 2012 untuk pameran tunggal ketujuh, akhirnya lahir 250 lukisan karya Jansen Jasien (JJ) yang dipamerkan dalam sebuah pameran tunggal bertajuk Jelajah Jagad di sekolah Selamat Pagi Indonesia, Desa Pandan Rejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Pameran dibuka Minggu 20 Desember 2015 dan berlangsung hingga 3 Januari 2016. Dalam pameran ini banyak kejutan yang dibuat JJ. Di antaranya berupa karya masterpiece JJ berjudul Three Kingdom.
Lukisan ini dikerjakan di atas kanvas terdiri dari 7 panel dengan ukuran masing-masing 80x 180 cm. Media cat minyak di atas kanvas. Bukan hanya karena hasil visualnya yang cukup besar sehingga layak jadi perhatian, melainkan juga banderol Rp 5 miliar yang dicanangkan sang pelukis untuk satu lukisan ini.
Lukisan ini sarat simbol-simbol menginspirasi. Juga merangkum visualisasi tujuh wajah pendekar dari jaman Dinasti Han dengan gaya ekspresionis khas JJ. Lapis demi lapis obyek pun demikian menyatu dalam lukisan itu. Termasuk unsur rajah yang disebut JJ sebagai enkripsi tersembunyi. Dan proses penyematan enkripsi itu, kata JJ, meski pun spontan namun mewujud dalam enkripsi yang cukup rumit karena harus dilukis saat cat minyak sedang basah.
“Dan hasilnya seperti bisa anda lihat, lapis demi lapis dari visualisai karya ini akan menarik selain kaya pesan dari cerita dari tujuh tokoh,” kata Jansen Jasien peraih penghargaan Full Moon Award Belanda dalam rilisnya, Minggu (20/12/2015).
Lukisan dengan harga fantastis tersebut, diharapkan bukan hanya merangkum jiwa dan ide kreatif pelukis, melainkan juga peluh dan doa yang dirangkai JJ bersama anak yatim piatu di sekolah entrepreneur Selamat Pagi Indonesia. Pameran ini terasa istimewa buat JJ karena karyanya kali ini merupakan buah ‘pergumulan’ intuisi berkeseniannya dengan anak-anak sekolah Selamat Pagi Indonesia.
“Benar, dua tahun ini, bukan hanya proses kreatif yang terjalin bersama anak-anak yang akhirnya jadi jalinan batin yang kuat. Tapi akhirnya terselenggara pameran ini. Dan nantinya, sebagian dari hasil penjualan lukisan ini akan didonasikan untuk pendidikan anak yatim piatu dari lima agama di Sekolah Selamat Pagi Indonesia ini,” tutur Jansen Jasien ketua Kelompok Pekerja Seni Pecinta Sejarah atau KPSPS Surabaya.
Dalam pameran tunggal ketujuh pelukis JJ ini, ada 3 tema besar yang diusung JJ dalam pameran tunggalnya. Dimulai dari tema tentang bocah, yaitu tentang rekaman ingatan dan imajinasinya tentang dunia anak-anak di Kampoeng Kidz. “Tiada cukup bingkai kanvas untuk mengurai semua kisah. Terlalu luas dan lengkap kisah para bocah. Mereka tumbuh bersama lingkungannya dalam dunia yang lucu, seru, dan alami,” kata JJ.
Budaya adalah tema kedua dlama pameran kali ini, yang menyajikan pergumulan batin JJ memaknai untaian gerak seni tradisi dalam bingkai lukisan. Dalam tema ini, JJ berupaya menarik benang, betapa kebudayaan itu berkaiut erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seni tari, wayang, music tradisi, sampai arsitektur sejarah. Semuanya adalah pengejawantahan hidup di masanya.
Sedangkan religi adalah tema ketiga dalam pameran tunggal lukisan JJ, yang merupakan area kontemplasinya pada Sang Pencipta. Di mata JJ, enam agama yang diakui negeri ini punya daya tarik berbeda untuk dikisahkan dalam lukisan. Interaksi di Sekolah Selamat Pagi Indonesia antara JJ dan anak-anak beragam agama begitu rukunnya, menyulut inisiatifnya untuk mengurai pandangannya dalam bingkai lukisan. Guratan-guratan cat minyak di atas kanvas pelukis kelahiran Gresik 15 April 1974 ini seolah mengingatkan kita tentang toleransi di tengah perbedaan.
Karya-karya JJ, yang diantara telah dikoleksi Het Indonesie Van Netherland di Belanda, nyatanya melampaui berbagai sekat kreatif. Bagi JJ seni rupa tidak hanya soal ekspresi dalam guratan fisik, tapi juga mencari kesempurnan lewat penggalian jati diri. Ini pula yang membuatnya dalam beberapa tahun terakhir begitu ‘getol’ melakukan eksplorasi bangunan-bangunan arsitektur kuno hingga penggalian situs yang telah terkubur.
Situs Terung, peninggalan Majapahit di Krian sidoarjo, adalah ‘buah karya’ dari pencarian konsep seni rupanya. GB Subanar staf Pengajar Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta bahkan berseloroh gairah hidup para pembangun candi dan situs-situs kuno Majapahit temuan JJ inilah yang ikut membantu merekonstruksi konsep berkeseniannya.
Sepak terjang JJ di kesenirupaan rupanya tak luput dari pantauan Freddy H. Istanto Dekan FakultasTeknologi dan Desain Universitas Ciputra. Kata Freddy, dialektika berkesenian JJ makin lama makin matang. Tak hanya itu, Freddy menyebut karya-karya JJ dan proses berkesenian JJ konsisten.
“Tidak banyak seniman yang menggali unsur-unsur seninya dengan berdarah-darah seperti JJ. Karena JJ bukan hanya melukis tema sejarah, melainkan larut dan bergumul lebih jauh dengan sejarah. Dia bahkan menggali sendiri dan menemukan situs arkeologi untuk memperjuangkan serta menyempurnakan konsep seninya. Itu konsistensi. Dan tidak banyak seniman seperti itu,” ujar Freddy H Istanto yang juga presiden Sjarekat Poesaka Soerabaia.
Sementara itu Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya (SS) Media mengatakan pameran tunggal lukisan Jansen Jasien ini adalah kolaborasi sangat erat antara SS dengan Sekolah Selamat Pagi Indonesia serta seniman JJ, karena visi yang sama, yaitu pemberdayaan.
Suara Surabaya yang bergerak di ranah media punya tujuan pemberdayaan publik, seperti halnya Sekolah Selamat Pagi Indonesia yang ingin memberdayakan anak-anak kurang mampu. Sedangkan JJ dengan insting seni rupanya berupaya untuk mengekspresikan pemberdayaan sekaligus memberdayakan siswa siswi Sekolah Selamat Pagi Indonesia.
“Pun, bicara Jansen Jasien atau JJ tidak lepas juga bicara sejarah SS. Karena diantara master piece lukisan JJ adalah merespon sejarah Suara Suarabaya, yang mana lukisan tersebut hingga kini bisa diapresasi di Gedung Baru di Wonokitri Besar 40-C. Sehingga sangat wajar bila SS akhirnya menggelar dalam pameran tunggal Jelajah Jagad Jansen Jasin ini,” ulas Errol Jonatans.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar