Senin, 16 November 2015

Awas PKI Kembali Menjajah Indonesia Melalui HAM dari Den Haag Belanda

DEN HAAG BELANDA MENJADI SASARAN ANTARA BANGKIT NYA PKI DI INDONESIA .
Prihandoyo Kuswanto·13 November 2015
PKI DENGAN SEGALA CARA AKAN TERUS MELAKUKAN PERLAWANAN , DAN DENHAG NEGERI BELANDA MENJADI PIJAKAN SASARAN ANTARA UNTUK MENGEMBALIKAN PKI DI INDONESIA
Waspada !!

Yang nama nya PKI itu tidak akan perna mati dan itu terus akan bergeliat mencari kesempatan untuk bangkit .melalui anasir dan kader-kader nya pasti akan terus mencari jalan dengan segala cara ,memutar balikan fakta ,agitasi , bersembunyi dibalik kemanusiaan sudah bukan lagi barang baru , loh kalau bicara kemanusiaan apa hanya PKI yang punya ? bagaimana dengan NU dengan Kiai dan santri nya yang dibantai di Madiun , di culik ,dibunuh dimasukan sumur . dan juga bagaimana dengan keluarga para Jendral yang di bunuh dengan sadis dan dimasukan sumur . Sumur sebagai metode pembunuhan ala PKI bukan hal baru sebab setiap peristiwa pemberontajan PKI selalu mengunakan sumur , bukti ini sangat jelas , peristiwa Madiun , Magetan , Gorang gareng , Takeran , semua menggunakan SUMUR  untuk menghilangkan jejak .
Benturan NU-PKI mencoba mendudukkan serangkaian peristiwa panjang sejak 1926 ketika PKI mulai memberontak dan kaitannya dengan pemberontakan PKI Madiun 1948 hingga pemberontakan PKI 1965 merupakan satu rangkaian yang agenda, strategi, serta pelakunya sama, yang berkesinambungan dalam sebuah estafet yang rapi dan terencana.
Pernakah kita mengetahui peristiwa yang telah dilakukan oleh PKI seperti ini .
. Tanggal 20 September 1948 : PKI Madiun menangkap 20 orang polisi dan menyiksa serta membantainya.
Tanggal 21 September 1948 : PKI Blitar menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr. Iskandar dan Camat Margorojo – Pati Oetoro, bersama tiga orang lainnya yaitu Dr.Susanto, Abu Umar dan Gunandar, lalu jenazahnya dibuang ke sumur di Dukuh Pohrendeng Desa Kedungringin Kecamatan Tujungan Kabupaten Blora.
Tanggal 18 – 21 September 1948 : PKI menciptakan 2 (Dua) Ladang Pembantaian / Killing Fields dan 7 (Tujuh) Sumur Neraka di MAGETAN untuk membuang semua jenazah korban yang mereka siksa dan bantai :
 a. Ladang Pembantaian Pabrik Gula Gorang Gareng di Desa Geni Langit.
b. Ladang Pembantaian Alas Tuwa di Desa Geni Langit.
c. Sumur Neraka Desa Dijenan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Magetan.
d. Sumur Neraka Desa Soco I Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
e. Sumur Neraka Desa Soco II Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
f. Sumur Neraka Desa Cigrok Kecamatan Kenongomulyo Kabupaten Magetan.
g. Sumur Neraka Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
h. Sumur Neraka Desa Bogem Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan
i. Sumur Neraka Desa Batokan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Magetan.
Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi para korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 kerangka mayat yang 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 kerangka mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para korban berasal dari berbagai kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.

Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
Ketua Umum Muhammadiyah terpilih Haedar Nashir menilai peristiwa yang terjadi pada 1965 ini merupakan kasus politik yang rumit dan proses hukum tidak akan dapat dilakukan dengan mudah karena banyak yang terkait."Tidak sesederhana itu, tak mudah kita giring pada pelanggaran HAM karena politik yang rumit," jelas Haedar kepada Sri Lestari dari BBC Indonesia, hari Rabu (11/11).
"PKI itu jadi bagian tidak terpisahkan dari kekerasan yang dilakukan sebelumnya dan rentetan sikap politik PKI sendiri yang melakukan kudeta pada 1948 yang secara politik menimbulkan aksi reaksi yang membuatnya tidak mudah orang mencari siapa korban dan pelaku dalam konteks pelanggaran HAM," kata Haedar.
Menurut dia, peristiwa 1965 harus dilihat secara utuh tidak hanya dari sisi korban PKI saja."Kalau mau jujur dan objektif itu sekalian juga yang pernah menjadi korban dari tindak kekerasan yang terjadi pada PKI," kata dia.
Dengan peristiwa terjadi dan para pengiat HAM tidak perna adil melihat peristiwa G30S PKI , sebab keberpihakan nya tidak untuk Indonesia , tetapi seting nya sudah jelas mngembalikan PKI dari pintu Internasional .maka dengan Proxy seperti ini bangsa Indonesia harus waspada .!!!!

Tidak ada komentar: