Jumat, 25 Desember 2020

KILAS BALIK TAHUN 2020 RAPORT MERAH UNTUK REZIM JOKOWI

JURNALIS INDEPENDEN-JAKARTA: Tahun 2020 adalah tahun yang paling gaduh dan tidak menghasilkan kebaikan apa pun selain kesengsaraan, terkotak-kotaknya anak bangsa dan tercerai berainya kesatuan dan persatuan.



Kegaduhan terbesar tahun 2020 adalah pembantaian secara biadab terhadap 6 orang warga sipil Laskar FPI yang dilakukan oleh aparat Negara (POLRI). Kasus ini sudah masuk dalam penanganan KOMNAS HAM Nasional, KOMNAS HAM Internasional, Amnesty Internasional, dan telah mengundang simpati dan empaty dari kepala negara dari berbagai negara.

Selain itu, penahanan Habib Rizieq Syihab (HRS) dijerat pasal kerumunan dinilai para pakar hukum "dipaksakan', karena ribuan kasus yang sama tidak ada yang diproses hukum. Benarkah karena HRS dianggap sebagai "musuh negara ?"

Berita ter update adalah statemen Menteri Agama baru tentang afirmasi (pembelaan) terhadap Syiah dan Ahmadiyah yang sudah diputuskan sebagai ajaran sesat oleh MUI, Muhammadiyah, dan NU. Statemen Menag ini menunjukkan Yaqut adalah orang yang tidak paham sama sekali latar belakang terbitnya keputusan MUI dan tidak membaca  sejarah  bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan oleh umat Islam, sama tidak pahamnya dengan atasannya sehingga keputusannya ngawur dan akan memancing kemarahan umat Islam lebih besar lagi. Mengapa kekuasan semakin hari semakin arogan dan membuat sakit hati umat Islam ?

Harusnya pemerintah fokus menangani korupsi yang makin menggila, bukan ngurusin keyakinan warga, karena urusan keyakinan sudah ditangani oleh MUI.

Majalah tempo edisi terakhir membuat laporan yang menyatakan korupsi di era Jokowi semakin merebak dan makin mengganas.

Ada 4 keberhasilan rezim Jokowi selama memimpin :

1. Memiskinkan

2. Memproduksi koruptor

3. Memperluas oligarkhi

4. Membangun dinasti politik berlandaskan feodalisme politik

Dan tahun pertama dari periode kedua ini hanyalah menyempurnakan pembusukan kerusakan di berbgai bidang. Walaupun ganti kabinet sehari tiga kali tidak ada pengaruhnya. Karena yang jadi masalah bukan para menterinya tetapi presidennya yang tidak kompeten mengelola negara. Menurut laporan itu, masalah utama negara ini adalah korupsi yang merajalela bukan masalah radikal radikul.

Ketika Rocky Gerung ditanya oleh salah seorang pembawa acara salah satu stasiun TV Nasional : "Menurut Rocky, apa prestasi penerintahan Jokowi ?' Rocky sempat berpikir sejenak, lalu dia menjawab dengan pede : "Tidak ada". Sang reporter penasaran atas jawaban Rocky lalu nanya lagi : "Tidak ada kebaikan prestasi pemerintahan Jokowi ?" Rocky pun tetap pada jawaban semula : "Tidak ada".

Terserah Anda untuk menilai kualitas intelektual Rocky Gerung dan apakah Anda akan bersetuju atau tidak. Tapi itu pengamatan dari seorang yang "merdeka" dan berakal sehat.

Banyak pendukung Jokowi yang membanggakan proyek jalan tol. Benar dari sisi kemudahan kita (para pengguna jalan tol) mendapatkan kemudahan, walaupun sebagian besarnya adalah lanjutan dari masa pemerintahan SBY. Ternyata jalan tol ini memunculkan berbagai macam problematika, yaitu :

1. Pengalihan kepemilikan tanah masih banyak yang belum selesai

2. Berkurangnya aktifitas perekonomian daerah sehingga mengurangi pendapatan daerah

3. Penggunaan bahan baku besi dan semen yang didatangkan dari Cina sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan lokal

4. Terlalu banyaknya digunakan tenaga Asing Cina

5. Pada proyek tertentu mereka hanya numpang tempat saja, karena semua pengelolaan ditangani oleh Cina

6. Dibangun atas dana pinjaman berbunga dari Cina yang akan membebani rakyat termasuk mereka yang tidak ikut menikmatinya

7. Disinyalir semua ini untuk  memuluskan proyek OBOR (One Belt One Road), yaitu jalur tunggal transportasi ke Cina

8. Banyak proyek yang sudah ambruk karena kurang memperhatikan kualitas dalam embuatannya

9. Banyak jalan tol yang mamgkrak karena kurang perhitungan

10. Banyak jalan tol yang sangat sepi pengguna karena mahalnya tarif tol.

Lalu, program infrastruktur apa lagi yang dibanggakan rezim. Dari segi penegakkan hukum, kesenjangan sosial, politik, kebangsaan, ekonomi, lapangan kerja, harga-harga, tarif jasa, demikian juga masalah persatuan,  kehidupan beragama, keamanan dan kenyamanan dari rasa takut semuanya bermasalah. 

Jadi, tahun 2020 raport dari pemerintahan Jokowi adalah merah alias gagal?

Untuk tahun 2021 tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari rezim ini selain akan semakin mengganasnya korupsi، pelanggaran hukim oleh pejabat, kekerasan oleh aparat POLRI, persekusi dan kriminalisasi ulama, penangkapan kepada para tokoh kritis, pembunuhan yang makin banyak, kesenjangan sosial yang makin melebar, lapangan kerja yang makin sulit, dan kehidupan masyarakat yang makin mencekam.

Siapa pejabat yang masih peduli terhadap bangsa dan negara ini ?

Wallahu a'lam

Bandung, 9 Jumadil Ula 1442 H

Abu Ihsan

Tidak ada komentar: