Jurnalis Independen: Hadir dalam sebuah rapat yang diselenggarakan oleh
sebuah sekolah dimana anak tertuaku menjalani pendidikan cukup menggelikan. Selain
tidak tepat sasaran, rapat yang seyogyanya membicarakan masalah Bantuan Siswa
Miskin (BSM), dimana anakku menjadi salah satu penerima dari 125 orang siswa
Sekolah Menegah Pertama Swasta tersebut, sayangnya, kemudian acara itu menjadi
ajang pendulangan suara.
Memang, masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan
oleh sementara para calon legeslatif, baik dari tingkat kota, kabupaten,
propinsi maupun calon legeslatif dari senayan. Hari gini, merupakan hari-hari
kreatif bagi para calon anggota legeslatif di semua tingkatan.
Kebodohan, kemiskinan serta rendahnya tingkat
pengetahuan politik masyarakat, menjadi lahan subur bagi pengobral “cinta
jabatan” yang hendak melenggang menuju parlemen di setiap tingkat pemerintahan.
Tepat pukul 09.21, acara itu dibuka dengan “mendatangkan”
para Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN). Di ruang kelas VIII dan IX sebuah
sekolah menengah pertama islam itu, masuk para caleg yang diproyeksikan untuk
duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Ada 3 caleg yang dating saat sosialisasi BSM,
yang dihadiri puluhan wali murid yang putra putrinya, rencananya mendapatkan bantuan senilai Rp 575.000 di
tahun 2014.
Menurut calon anggota legeslatif yang kini masih
aktif di parlemen DPR RI sebagai anggota Komisi X yang membidangi Pendidikan
dan Kesehatan, Ir Sunartoyo, mengatakan, “ Program BSM adalah program bantuan
pada siswa yang tergolong keluarga miskin. Program kali ini, merupakan program
yang ke empat kalinya. Tahun 2013 lalu, pemerintah telah menerima ajuan pengucuran
BSM sebanyak 12 juta anak didik setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menegah Atas (SMA) di seluruh Indonesia”.
“Pada tahun 2013 lalu, pemerintah telah mengucurkan
dana BSM pada 42.000 siswa dari 12 juta anak yang diajukan, dengan nilai Rp 550.000.
Sementara untuk tahun anggaran 2014, pemerintah memberikan bantuan BSM pada 45
ribu siswa, jelas Sunartoyo yang kini hendak maju kedua kalinya di parlemen
lewat Daerah Pemilihan (Dapil) I, Sidoarjo – Surabaya.
Lebih lanjut Sunartoyo mengatakan, bahwa dirinya getol
terlibat dalam penggodokan hingga disetujuinya program Badan Penyelengara
Jaminan Sosial (BPJS) yang menganggarkan dana senilai Rp 28 triliyun. Karenanya,
jia masyarakat, khususnya yang berada di dapilnya menghendaki program tersebut
langgeng dan terus berjalan serta bisa dinikmati, sudah seyogyanya, warga
memberikan hak pilihnya kepada dirinya.
Sementara bagi caleg seperti Nyubroto Agus Santoso
yang juga berharap mendulang suara di dapil I(Surabaya –Sidoarjo) untuk bisa
mewakili dan menjadi anggota dewan di tingkat Propinsi Jawa Timur mengharapkan
para wali murid SMP Tanwir, memberikan hak suara pada dirinya. Tak jauh berbeda
dengan yang dilakukan oleh calon anggota legeslatif kota Surabaya, Hamkah MS
yang memiliki nomor urut 1, sama seperti Sunartoyo juga memiliki nomor urut
satu untuk DPR RI, juga berharap bisa mendulang suara dari sosialisasi BSM yang
berakhir pada pukul 11.00 Jum’at 17/01/2014.
Dari pemaparan yang dilakukan ketiga kandidat caleg
dari PAN tersebut, tidak banyak mengalami kendala. Bahkan orang tua wali murid
terlihat antusias dengan janji yang yang diberikan para kandidat. Bagi kelompok
marjinal yang kebetulan menjadi wali murid di sekolah tersebut, yang lemah
secara social, ekonomi maupun pendidikan, hal yang dilakukan para kandidat, bukan
sesuatu yang aneh dan menyimpang, palagi melanggar aturan pemilu.
Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana bisa
menyekolahkan anak-anaknya, tanpa terkendala biaya pendidikan, syukur-syukur
juga mendapatkan kesehatan secara gratis dari pemerintah Negara ini yang
memiliki harta karun melimpah namun belum bisa memerdekakan dan mensejaterahkan
rakyat buni pertiwi ini. Bagi orang-orang seperti wali murid Sekolah Tanwir,
tak “peduli” dengan pelanggaran pemilu atau sangsi yang akan diberikan oleh Bandan
Pengawas Pemilu (Bawaslu), apalagi mencermati siasat para caleg kancil yang meninabobokan.@Soe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar