Kamis, 17 Juli 2008

Cari Apa Sih Pilkada, Mending Ini


Serba-Serbi Warung Kopi Giras Di Surabaya
Umumnya, warung kopi atau warkop di Surabaya, memiliki kesamaan. Mulai dari pengelola, model lapak, bangunan, bahkan cat dan namanya terlihat tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya.

Pengelola usaha jenis ini, biasanya dikelola oleh warga luar kota Surabaya, seperti dari Gresik, Lamongan, Jombang dan daerah lainnya. Bila pengelolanya berasal dari Lamongan, maka mereka membuat icon yang biasanya tertulis di dinding warungnya “ Giras LA”. Sedangkan yang berasal dari Gresik, mereka memakai nama Giras Pi-kun.

Giras sendiri adalah kependekan dari nama Legi dan Keras, artinya warung mereka menyajikan hidangan kopi manis dan keras. Sedangkan LA sendiri merupakan kependekan dari nama Lamongan yang merupakan tanah kelahiran para pengelola maupun penjaga kedai mereka.

Disisi lain, pengelola giras yang berasal dari Kota Pudak Gresik, kebanyakan dari wilayau Ndukun (Dukun). Ndukun, merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terletak disisi sebelah utara kota Gresik. Karenanya, mereka melebeli warung mereka dengan Giras Pi-kun, yang bila dipanjangkan nama itu menjadi Kopi Ndukun.
Salah satu pengelola kopi Ndukun yang terletak di Jl. Jepara Surabaya itu Rohkim, mengatakan, usaha yang digelutinya merupakan usaha yang tidak memerlukan perhitungan rumit. “Alhamdulilah, hasilnya cukup untuk menghidupi istri dan satu orang anak yang kini telah berusia 5 tahun”, jelas Rohkim.

Menurut Rohkim, dirinya mengontrak tempat usaha yang tidak pernah menjadi pilihan warga seperti warga Surabaya ini dengan nilai Rp 2,5 juta pertahun. Sedangkan iuran perbulannya Rp 100 ribu. Untuk upah penjaga warungnya rata-rata ia mengeluarkan anggaran Rp 500 ribu perbulan untuk 2 orang.

Selain itu anggaran langganan Koran per hari Rohkim harus mengeluarkan biaya Rp 2500. “ Pengadaan bacaan berupa koran itu penting, agar pelanggan betah berlama-lama duduk sambil menikmati barang dagangan saya”, jelas Rohkim.

Lain Rohkim, lain pula pernyataan Anto penjaga giras yang berada di Bok Abang Kupang, Surabaya. Menurutnya, “keberadaan warung giras, punya andil mencerdaskan warga masyarakat Surabaya. “Buktinya, dengan membaca koran (biasanya Koran terkenal terbitan Surabaya), biasanya terbuka diskusi dengan sesama pengunjung warung giras”. “Lebih lagi ketika ada momen-momen seperti pilkada, kejuaraan olahraga, baik tingkat local maupun internasional. Banyak pengunjung giras menikmati sajiannya sambil membaca”, tambah Anto asal Lamongan mengakhiri penjelasannya.

Keberadaan warung model giras membuka lapangan pekerjaan yang cukup signifikan disela sempitnya kesempatan kerja di kota-kota seperti khususnya Surabaya. Sayangnya, peluang ini amat jarang dimanfaatkan oleh warga kota setempat. Bahkan dalam masa Pilgub utamanya, banyak warung-warung yang menjadi sasaran kampanye terselubung. Tidak sedikit warung yang membuat semacam spanduk dengan latar belakang gambar, foto kelima calon gubernur.

Namun bila dicermati, sangat sedikit warung model giras yang membuat spanduk seperti itu. Menurut salah seorang pemilik warung asal Jombang yang berjualan di sekitar Jl. Sumatra mengatakan, “ buat saya nggak usah membuat seperti itu, pembuatan spanduk dengan latar gambar calon pemimpin (gubernur) tertentu akan mengurangi pengunjung. Sebab yang datang otomatis hanya yang pro dengan calon pemimpin atau gubernur bersangkutan”, kata lelaki setengah gundul yang enggan namanya disebutkan ini.

Tidak ada komentar: