Selasa, 30 Januari 2018

Pidato Asal Moncrot

Soal Pidato Tito, Hidayat Nur Wahid: Jangan Hilangkan Jejak Ulama
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid turut mengomentari pidato Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian soal organisasi kemasyarakatan atau ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Hidayat meminta Tito tidak melupakan sejarah (jasmerah) dan jangan sekali-kali menghilangkan jejak ulama (jashijau).


“Tidak hanya jasmerah, tapi juga jashijau. Peran Muhammadiyah dan NU pastilah diakui. Tapi mereka pun mengakui peran ormas dan orpol Islam lain,” cuit Hidayat Nur Wahid melalui akun Twitter-nya, @hnurwahid, Rabu, 31 Januari 2018.

Dalam pidatonya, Tito mengatakan ormas Islam NU dan Muhammadiyah layak didukung karena berjasa kepada Indonesia serta pro-Pancasila. Tito juga menuturkan organisasi Islam lain tidak ikut andil dalam mendirikan bangsa dan tidak pro-Pancasila.

Menurut Hidayat, ada banyak ormas dan organisasi politik Islam yang turut andil mendirikan Indonesia, di antaranya Jam'iyatul Khair, Persatuan Umat Islam (PUI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Masyumi. Selain itu, banyak ulama dari berbagai ormas dan orpol Islam berperan dalam kemerdekaan Indonesia, bukan hanya tokoh Muhammadiyah, seperti Ki Bagus Hadikusumo, atau tokoh NU, KH Wahid Hasyim. “Tapi juga tokoh PUI, Anwar Sanusi; tokoh PSII, Abikoesno Tjokrosoejoso; tokoh PII, Kasman; serta tokoh Masyumi, Mohammad Natsir.

Cendekiawan muslim, Azyumardi Azra, menilai Tito Karnavian termasuk dalam banyak tokoh Indonesia yang tidak paham akan sejarah negerinya sendiri. “Banyak orang tidak tahu tentang eksistensi ormas Islam di Indonesia,” ujar Azyumardi saat dihubungi Tempo pada Rabu, 31 Januari 2018.

Bukan hanya Kapolri, ujar Azyumardi, yang kebetulan terungkap ketidaktahuannya. “Seandainya ditanyakan kepada pejabat atau tokoh-tokoh negeri ini, sedikit dari mereka yang paham.”

Azyumardi menjelaskan, tidak hanya NU dan Muhammadiyah, sejak dasawarsa pertama abad ke-20 sudah berdiri ormas Islam lain di berbagai penjuru Nusantara, seperti Syarikat Dagang Islam yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam. Selain itu, ada Jam'iyatul Khair, Persatuan Ummat Islam, Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Mathlaul Anwar, Persatuan Islam, Al-Washliyyah, Al-Khairat, Persatuan Tarbiyah Islamiyyah, Al-Ittihadiyyah, Nahdlatul Wathan, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), dan Hidayatullah.

Tito berencana mengumpulkan sejumlah ormas Islam untuk meluruskan masalah pidatonya itu. “Nanti akan ada pertemuan dengan organisasi-organisasi Islam. Kami akan bersilaturahmi,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Selatan, Selasa, 30 Januari 2018.

Tidak ada komentar: