Bharatayudha
di Pilkada Jatim 2018, Balas Dendam, Perang Politik Merah dan Hijau
Jurnalis Independen: Hampir pasti, pemilihan Gubernur Jawa Timur hanya di ikuti Dua Pasangan
Kandidat. Yaitu, Pasangan Syaifullah Yusuf dan Pasangan Khofifah
Indarparawansa. dan ajang perang tanding ini, menjadi ajang
"berakhirnya" karir Gus Ipul
di Pilgub Jatim 2018.
Pilihan
Gubernur Jawa Timur 2018 (Pilgub Jatim 2018) masih menjadi ajang dua kandidat
yang sama. Yaitu berasal dari satu komunitas organisasi kemasyarakatan Nadhatul
Ulama (NU) sebuah Ormas Keagamaan terbesar di Nusantara. Pilgub Jatim 2018 ini,
jika tidak mau dikatakan sebagai Perang Bharata Yudha, lantaran berbasis
Nadhatul Ulama, Pilgub Jatim merupakan balas dendam simpul-simpul kekuatan
politik Khofifah Indar Parawansa atas dua Pilgub sebelumnya.
Dua kali
Pilgub Jatim lalu, tokoh yang masih menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos)
ini di “dholimi”. Di Pilgub Jatim tahun 2008 dan 2013, Tim Khofifah bahkan
melaporkan adanya indikasi kecurangan Pilgub 2008 ke Mahkamah Konstitusi (MK)
di bawah Madfud MD.
Jiwa Satria
Pimpinan Muslimat Nadhatul Ulama (NU) ini, menerima putusan MK yang mengalahkan
Khofifah atas pasangan Soekarwo – Syaifullah Yusuf.
Selain
Perang Bharata Yudha, Ajang Balas Dendam politik, Pilgub Jatim 2018, juga bisa
dikatakan sebagai ajang pengkhianatan politik atau perang kekuatan poltik Merah
melawan politik Hijau. Mengingat Jatim menjadi barometer politik nasional,
Pilgub Jatim 2018 merupakan perang hidup mati Partai Politik maupun ormas
pendukungnya.
Sementara
bagi PDIP, yang mengalami dua kali kekalahan Pilgub di Jakarta dan Kalimantan Selatan,
tak ingin mimpi buruknya menjadi kenyataan di Pigub Jatim. Jatim menjadi
kekalahan ke tiga bagi PDIP. Sementara, pemilihan kepala daerah serentak 2018
ini, PDIP menderita kekalahan di 44 daerah. Jika di prosentase, adalah 43,6
persen. Sebab dari 101 pemilihan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota yang
menggelar pilkada, partai berlambang banteng moncong putih itu hanya menang di
57 daerah.
Gambaran
suram ini di tangkap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, untuk menjadi Juru
Kampanye di setiap pilgub, terlebih di Jatim nanti. Ia bahkan memerintahkan
kadernya yang duduk sebagai Bupati atau Walikota turun gelanggang merayu
kalangan pemilih agar mendukung Gus Ipul Anas.
Namun, fakta
dilapangan, kehidupan rakyat yang tidak semakin membaik lantaran kebijakan
Pemerintah dukungan PDIP dirasa tidak memihak, khususnya di Jatim. Dengan
kenaikan tingkat ekonomi sebesar 5 persen namun tidak berbanding lurus dengan
kehidupan masyarakat, khususnya pedesaan, seperti yang dibeberkan Khofifah,
dipastikan Jago PDIP Gus Ipul Anas, AKAN TUMBANG!!!
Kekalahan
yang dialami PDIP dan PKB, sudah sedikit nyata. Hal itu terkait dengan
mundurnya bacawagub Abdullah Azwar Anas. Pasangan Gus Ipul ini, mengembalikan
rekom yang telah dikeluarkan PDIP dan PKB lantaran beredarnya foto tak senonoh
yang mirip dengan dirinya.
Tumbangnya
pasangan Gus Ipul di Pilgub Jatim, dipastikan akan berimbas pada Pilpres 2019.
Kekuasaan Merah PDIP akan tergusur oleh kekuatan Hijau yang terus tersadar akan
jatidiri kehijauannya.
Pertanyaannya,
apakah di Pilpres 2019 nanti Joko Widodo masih menjadi jago yang di usung oleh
PDIP?
Jika Jokowi
diusung PDIP, entah berpasangan dengan siapa, entah melawan pasangan siapa,
bisa dipastikan Jokowi akan tumbang dan kandas Syahwat kekuasaannya untuk tetap
menjabat sebagai Presiden Dua Periode.
Wallahu A’lam Bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar