JI - Dubai: Arab Saudi kini sedang bersiap untuk mengadakan pemakaman Putra Mahkota Sultan. Sementara perhatian di dalam kerajaan itu dan di luar negeri tertuju pada penggantinya dan kemungkinan penunjukan menteri pertahanan yang baru.
Media kerajaan itu mengalirkan belasungkawa atas Pangeran Sultan, yang sudah menjadi pewaris Raja Abdullah selama enam tahun dan telah menjabat sebagai menteri pertahanan dan penerbangan sejak 1962, setelah kematiannya di New York, Sabtu (22/10). Aliran para pemimpin dunia diperkirakan pada acara pemakaman, Selasa (25/10).
Menteri dalam Negeri veteran Pangeran Nayef, yang dianggap sebagai lebih konservatif ketimbang Raja Abdullah atau Pangeran Sultan, secara luas telah dikatakan akan ditunjuk dalam beberapa hari mendatang sebagai calon pewaris berikutnya yang akan memerintah pengekspor minyak utama dunia itu.
Keputusan penting lain yang mungkin akan dibuat dalam beberapa hari mendatang adalah penunjukan menteri pertahanan yang baru. Arab Saudi telah menggunakan pembelian senjata senilai multi-miliaran dolar untuk mempererat hubungan dengan sekutu-sekutu penting Barat, membuat menteri pertahanan tokoh penting dalam merumuskan kebijakan luar negeri dan keamanan.
Abdullah mungkin akan memilih untuk memanggil Dewan Kesetiaan keluarga al-Saud yang berkuasa, badan yang ia bentuk pada 2006 tapi yang tidak akan secara teknis menerima tugasnya hingga setelah kematiannya, untuk menyetujui pilihannya akan putra mahkota.
Pangeran Nayef telah menerima dari hari ke hari jabatan kerajaan selama ketidakhadiran Abdullah dan Sultan, dan telah lama dianggap sebagai pewaris berikutnya untuk suksesi itu.
Meskipun Nayef memiliki reputasi sebagai menentang beberapa pembaruan politik di dalam negeri dan juga kebijakan luar negeri, beberapa pengamat mengatakan ia mungkin akan menunjukkan sisi yang lebih liberal saat menjadi raja.
Suksesi kerajaan itu tidak bergerak secara langsung dari raja ke anak-cucunya, tapi bergeser menuruni garis saudara laki-laki putra pendiri kerajaan itu, Raja Abdulaziz Ibn Saud, yang meninggal pada 1953.
Apapun penunjukan yang ia buat, Raja Abdullah harus menjaga kseimbangan kekuasaan yang sulit dalam keluarga kerajaan yang memiliki ribuan anggota, puluhan cabang dan mendominasi pemerintah, pasukan bersenjata dan bisnis Arab Saudi.
Perubahan itu dapat mendorong raja untuk melakukan perombakan besar pemerintah yang pertama dari pemerintahannya, meskipun beberapa pengamat mengatakan ia mungkin lebih suka menunggu untuk menghindari persepsi bahwa perubahan itu dilakukan di bawah tekanan. (ant/reuters/mel/lie/mnt)
Minggu, 23 Oktober 2011
Sabtu, 22 Oktober 2011
Ini Benar-benar Gila! Gara-gara Tolak Impor Ikan Fadel Dicopot dari Menteri

JI-Jakarta: Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mengaku tidak terlalu menyesali pencopotannya dari kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selama dua tahun jadi menteri, dia mengklaim telah berhasil memperjuangkan perlindungan hukum bagi rakyat yang bekerja di sektor kelautan.
"Masyarakat telah mendapat payung hukum, yaitu Kepres nomor 10 tahun 2011 dan Inpres tentang Perlindungan Nelayan," kata Fadel di kediamannya, Jalan Widya Chandra V no.26, Jakarta, Sabtu 22 Oktober 2011.
"Pengabdian yang sudah saya laksanakan dua tahun ini terputus di tengah jalan. Ini di luar kuasa saya," tutur Fadel.
Fadel mengaku, setelah dicopot dari kabinet, dia merenung, berusaha mencari jawaban apakah ada kebijakannya yang dianggap bermasalah.
"Setelah melakukan renungan, saya baru menyadari bahwa selama menjabat, sikap saya dalam memperjuangkan kepentingan ekonomi kerakyatan terlampau keras, baik itu dalam penolakan impor ikan, penolakan garam impor, bahkan saya menyegel gudang-gudang garam," kata Fadel. "Bagi saya pribadi dan keluarga, masalah reshuffle sebenarnya sudah selesai dan tidak menjadi penting lagi untuk mengetahui apa alasan utama dibalik itu."
Fadel merupakan salah satu menteri yang dicopot dalam reshuffle SBY. Dia digantikan oleh politisi Golkar lainnya, Sharif Cicip Sutardjo. (ji/soeminto)
Konflik Papua Jebakan Bagi TNI dan Indonesia di Mata Internasional

JI-Jakarta: Konflik Papua kini tak bisa dianggap enteng. Dunia Internasional tidak menghendaki Indonesia menyelesaikan sendiri persoalan itu, sebab mereka memang ingin mencabik NKRI dari semua lini persoalan bangsa Indonesia.
Anggota Komisi I, Helmy Fauzi, mengingatkan Tentara Nasional Indonesia agar bersikap hati-hati menangani masalah separatisme Papua. Masih menurut Helmy, Jika korban tewas berjatuhan, justru aparat tersebut bisa diposisikan menjadi musuh masyarakat dan dunia internasional.
"Apakah dengan penangkapan dan pembunuhan seperti ini menyelesaikan permasalahan atau tidak? Sama sekali tidak. Kita memerlukan pendekatan lain, jangan sampai eskalasi ini memperluas efek," kata anggota Komisi yang bermitra dengan TNI tersebut, Jumat (21/10).
"Karena kalau TNI terjebak, akan menimbulkan sentimen negatif kepada TNI," lanjutnya.
Dia menilai, masalah separatis Papua seperti api dalam sekam yang muncul sewaktu-sewaktu, ketika timbul ketidakpuasan dalam masyarakat Papua.
Padahal Helmy mengatakan, dana otonomi khusus Papua sudah dikucurkan ke propinsi paling timur tersebut hingga Rp 28 triliun. "Kalau kita liat dari APBD-nya dana Otsus Rp 28 triliun, kok tidak bisa sih mensejahterakan rakyat Papua. Kok mereka masih saja miskin. Ini yang harus diperiksa secara koprehensif," katanya lagi.
Mengenai kongres Papua III, tambahnya, Komisi I memang sudah pernah mendapatkan informasi dari BIN.
Semangat Kongres tersebut tidak akan berhenti oleh tindakan insidental TNI maupun Polri, namun harus dilakukan pendekatan secara komprehensif antara pendekatan keamanan dan kesejahteraan. "Perlu ditekankan kembali pendekatan kesejahteraan, sebagaimana Otsus Papua ini digulirkan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat Papua, dan mendepak Freeport dari bumi Papua merupakan satu paket penyelesaian" tutupnya. (JI/Soeminto)
Ada Apa Mantan Direktur CIA, Leon Panetta Hadir Dalam Pertemuan Bali? Pasti Bawa Sial Bagi Ummat dan Bangsa Indonesia

JI-AS: Awas hati-hati leon Panetta akan datang ke Indonesia. Biasanya bila mantan direktur CIA datang ke Indonesia selalu membawa petaka bangi bangsa dan negara ini, khususnya ummat islam. Oleh karenanya, ummat harus hati-hati! Tindakan yang tepat, harusnya menolak kedatangan kaum imperialis yang kapitalis itu, mengusirnya jauh-jauh dari negeri ini.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat dijadualkan akan berkunjung ke Indonesia. Leon Panetta sedianya akan bertemu dengan para menteri pertahanan pertahanan negara-negara ASEAN di Pulau Bali, Minggu besok (23/10).
Kunjungan pertama Panetta ke wilayah Asia ini bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara di kawasan tersebut. Selain membicarakan masalah kerjasama militer dengan negara sekutunya, Panetta juga akan menanyakan secara khusus kepada Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro mengenai lanjutan reformasi di tubuh TNI. "Hubungan seperti itu penting, agar kami dapat bekerjasama dengan baik," kata Mantan direktur CIA tersebut sebagaimana dilansir BBC (Sabtu, 22/10).
Kunjungan Menteri Pertahanan AS ini diduga oleh banyak pihak untuk menindaklanjuti kebijakan luar negeri AS yang akan dikerahkan ke Asia. Ini mengingat bahwa peran ekonomi dan militer China di wilayah Asia yang semakin dominan.
Meski demikian, Leon Panetta menyangkal anggapan tersebut dengan mengatakan salah satu tujuan kunjungannya adalah ingin menunjukan bahwa AS menginginkan adanya hubungan baik dengan China. Percaya? Jurnalis Independen tidak pernah percaya kepada omongan mereka, seperti Soekarno yang tidak pernah mempercayai dan tunduk terhadap bangsa dan antek kapitalis-imperialis. Soeminto
KAPAL Green Spirit dari Jawa Timur untuk Indonesia Bersih, Hijau dan Biru.

JI Surabaya: Ketika waktu menunjukkan pukul 10.42, bertempat di RM Nusantara Jl. Gubernur Suryo diadakan jumpa pers. Jumpa pers mulai digelar oleh KAPAL (Kenduri Agung Pengabdi Lingkungan) Jatim, dengan mengusung sebuah tema Green Spirit dari Jawa Timur untuk Indonesia Bersih, Hijau dan Biru.
Dengan menampilkan beberapa pembicara yang menjadi penggagas KAPAL diantaranya Prof.Dr Prasetijo Rijadi, yang mengatakan bahwa keberadaanKAPAL yang bersih memiliki filosofi agar pemerintahan negeri ini bersih secara lahiriya h maupun batiniyah. Negeri nan Hijau lebih cocok untuk disandang oleh Indonesia yang memiliki luas hutan terbesar dan layak menjadi poros kegiatan dunia, sayangnya hutan di negeri ini kini menyusut dengan drastis. Sedangkan Biru, merupakan harapan KAPAL yang mendambakan udara yang bersih.
Rencananya KAPAL akan di deklarasikan pada 25 Oktober nanti dan mendapatkan support dari pemerintah. Nantinya, KAPAL akan memberikan diklat kepada masyarakat pecinta lingkungan serta mengadakan sensus serangga air di sepanjang sungai Surabaya, juga membangun kawasan lingkungan percontohan.
Ketakutan masyarakat akan Stunami, sebenarnya bisa diredam dengan tetap melestarikan Hutan Mangrove. Sebab tumbuhan mangrove yang bisa mencapai ketinggian puluhan meter dapat menahan aliran air yang deras. Selain itu, manusia membutuhkan udara bersih yang telah tersaring oleh sejumlah tiga pohon, hal itu disampaikan oleh Satrijo Wiweko salah seorang penggagas KAPAL.
Ir. Amien Widodo, tak ketinggalan juga menyampaikan besarnya volume udara atau angin yang juga disebut sebagai Rob yang kini sering melanda beberapa kawasan di negeri ini merupakan akibat berkurangnya secara drastis area hutan yang ada. Gundulnya beberapa kawasan hutanlah yang menyebabkan angin tak ada yang menahannya hingga langsung menyerbu kawasan hunian.
"Program pemerintah tentang lingkungan yang tidak membumi, seorangan wae dan tidak terapresiasinya abdi lingkungan menyebabkan penangganan lingkungan khususnya di Jatim tidak tepat guna", begitu kata Prigi Arisandi aktivis lingkungan ketika mendapatkan kesempatan berbicara di depan para wartawan.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah harus menggandeng LSM lingkungan untuk menanggulangi problem lingkungan yang kini telah memasuki taraf menyedihkan.
Wawan Some bahkan menjelaskan bahwa masyarakat pecinta lingkungan termasuk KAPAL didalamnya, telah mengajukan kepada pemerintah untuk membuat dan mengaplikasikan undang-undang tentang lingkungan. Soeminto
Setelah Bunuh Khadafi dan Rampok Libya. AS, NATO & Yahudi, "Tuding" Iran dan Ahmadinejad, Media, Demokrat dan HAM Jadi Corong Provokator Imperialis

Jurnalis Independent: Tewasnya Muammar Khadafi mengakhiri pemerintahan Libya yang anti Amerika Serikat dan negara-negara barat. Krisis Timur Tengah diperkirakan masih akan berlanjut. AS dan negara-negara barat lain diperkirakan mengincar Iran yang juga anti Amerika.
"Secara umum dinamika Timur Tengah mengalami perubahan besar dengan tumbangnya satu per satu rezim minyak. Saat ini masih terbatas di Timur Tengah yang di bagian utara Afrika, seperti Libya, Mesir dan Tunisia. Selanjutnya menyebar ke wilayah yang disebut bulan sabit subur seperti Iran dan Syria. Baru selanjutnya ke Semenanjung Arab," ujar Pengamat Timur Tengah dari UI, Yon Mahmudi, Sabtu (22/10/2011).
Diperkirakan pihak barat tidak akan mengerahkan pasukan sevulgar di Irak dan Libya untuk menjatuhkan Ahmadinejad di Iran. AS dan sekutunya akan mencoba menggoyang negeri itu dari dalam.
"Mereka akan coba memperkuat oposisi, aktivis wanita, dan media. Media akan terus mengkritisi HAM dan demokratisasi," tambahnya.
Namun, Yon menilai posisi Ahmadinejad saat ini masih belum bisa digoyang. Memang oposisi mulai tumbuh, tetapi Ahmadinejad masih didukung sebagian besar warga Iran. Terutama dukungan dari pemimpin revolusi Iran, Ayatullah Khomaeni membuat posisi Ajmadinejad masih kuat.
Tetapi tidak menutup kemungkinan imperialis - kapitalis AS dan sekutunya Yahudi akan menghancurkan Iran dan Ahmadinejad yang masih "keturunan" Sultan Salahudin Al Ayyubi itu. (soeminto)
Jumat, 21 Oktober 2011
Pesan Terakhir Khadafi Pada Eva Politisi PDIP Untuk Indonesia Raya

Jurnalis Independent: Kematian Pemimpin Libya Muamar Kahdafi harusnya semakin membuka mata Rakyat Indonesia terutama mereka yang mengaku pemimpin negara untuk tidak bergandengan tangan dengan penipu dan penindas paling halus dan kejam dalam sejarah peradaban manusia hingga detik ini.
"Makmurkan rakyat dan protect HAM mereka, jangan memberi peluang polisi dunia 'Barat' merebut kedaulatan negara," ujar Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari kepada wartawan dalam pesan singkatnya, Jumat (21/10/2011).
"Jangan demi melanggengkan kekuasaan, menjadi golden boy atau anak emas polisi dunia 'Barat' dengan menjual rakyat dan konstitusi", tambah Eva.
"Sumber daya alam kita legally dirampok sehingga tidak memakmurkan rakyat (lihat pasal 33 UUD 1945). Kepemimpinan yang cerdik dan bermartabat adalah kunci kedaulatan rakyat," pungkasnya.
Politisi PDI Perjuangan itusangat berduka atas terbunuhnya pemimpin Libya, Moammar Khadafi. Tewasnya Khadafi menurut Eva merupakan bagian dari praktik polisi dunia yang dilakukan AS dan negara-negara imperialis lainnya.
"Tentu saya berduka, bukan saja karena tewasnya Khadafi tetapi praktik polisi dunia oleh AS dan gang negara-negara maju".
"Khadafi hanya contoh kesekian setelah pertama kali diterapkannya kepada pemerintahan Indonesia semasa pemerintahan Presiden Soekarno, saat Soekarno mengatakan tidak pada demokrasi ala Nixon. Setelah itu baru pemerintahan Saddam Husein, pemimpin negara berdaulat di negara-negara kaya yang dihabisi karena say 'NO' to dikte dan hegemoni barat. Tapi tindakan double standar bisa dilihat di Zimbabwe, rakyatnya dibuat bulan-bulanan oleh Mukabe, Barat diam saja," ujar Eva kepada wartawan melalui pesan singkatnya, Jumat(21/10/2011).
Bukan hanya di tindakan militer, menurut Eva pada kebijakan ekonomi Blok Barat juga menerapkan sistem double standar. Krisis perbankan di Eropa, yang kejadian dan naturenya persis sama krisis perbankan Indonesia tahun 1998, tidak disuruh tutup tetapi justru disuruh bail out habis-habisan.
"Intinya, memang (negara) Barat mikir rakyat negara-negara yang pemimpinnya dihabisi? Enggaklah, mereka lebih concern ke sumber daya alam terutama minyak. Kita lihat bagaimana nasib Rakyat Papua paskapenggulingan Bung Karno, Rakyat Irak paskapenggantungan Saddam. Tidak lebih baik!. Politik luar negeri (negara barat) adalah full enemy, bukan zero enemy," pungkasnya.(soeminto)
Langganan:
Postingan (Atom)