Jurnalis independen: Soekarno betul. Perjuangannya lebih mudah karena mengusir penjajah. Kala itu semua orang bersatu atas nama Indonesia. Perjuangan kita hari ini jauh lebih berat: melawan bangsa sendiri.
Hari-hari belakangan ini, jelang pemilihan umum presiden 9 Juli 2014, kita bahkan lupa tentang ke-Indonesia-an kita. Kita tidak sedang terpecah antara pendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Lebih dari itu, kita terpecah sebagai Indonesia.
Kita membenci mereka yang bukan Islam. Kita membenci anak-anak bangsa keturunan Tionghoa. Kita saling melempar fitnah.
Entitas suku, agama, ras, dan antar golongan bukannya menguatkan jatidiri kita sebagai “Bhineka Tunggal Ika”, tapi menjadi peluru untuk saling menghancurkan.
Marilah berhenti sejenak dari hiruk pikuk kampanye hitam dan kampanye negatif yang riuh membombardir ruang-ruang kehidupan kita, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Marilah diam sejenak memikirkan satu hal yang paling substansial tentang masa depan bangsa ini, berpikir tentang Indonesia kita, tempat kita hidup merajut cita-cita tentang kehidupan kebangsaan yang adil dan berperikemanusiaan.
Indonesia seperti apakah yang kita perjuangkan?
Soekarno, saat pidato di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), 1 Juni 1945, berkata,
Pada bagian lain pidatonya saat itu, ia menegaskan lagi,
Setelah merdeka, Soekarno, mengingatkan lagi saat berpidato di Surabaya, 24 September 1955.
Tanggal 9 Juli 2014 bukan sekadar pertarungan memperebutkan kekuasaan kursi presiden, lebih dari itu, 9 Juli adalah penentuan tentang Indonesia lima tahun ke depan.
Orang yang paling layak memimpin Indonesia adalah dia yang berpikir utuh tentang Indonesia; orang yang mencintai keragaman; orang yang mencintai kemanusiaan.
Dia atau mereka yang menghancurkan keragaman Indonesia jelas bukan orang yang layak memimpin Indonesia. Pemimpin macam ini bukan saja tidak pantas, tapi juga mengkhianati Soekarno, mengkhianati manusia dan kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar