Jurnalis Independen: Berawal dari “terpelesetnya” Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) 27 September, saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, lalu dianggap menghina agama.
Awalnya, Ahok
datang untuk meninjau program pemberdayaan budi daya kerapu. Menurutnya,
program itu akan tetap dilanjutkan meski dia nanti tak terpilih lagi menjadi
gubernur di pilgub Februari 2017, sehingga warga tak harus memilihnya hanya
semata-mata ingin program itu terus dilanjutkan.
"Kan
bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, nggak pilih saya karena dibohongi (orang)
pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu
merasa nggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak
apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu," katanya.
Dari sanalah kemudian, Buni Yani
mengunggah video rekaman pidato itu di akun Facebooknya, berjudul 'Penistaan
terhadap Agama?' dengan transkripsi pidato Ahok namun memotong kata 'pakai'.
Ia
menuliskan 'karena dibohongi Surat Al Maidah 51' dan bukan "karena
dibohongi pakai Surat Al Maidah 51', sebagaimana aslinya.
Tak lama
kemudian Front Pembela Islam, FPI, dan Majelis Ulama Indonesia, MUI, Sumatera
Selatan melaporkan Ahok kepada polisi.
Sejumlah
organisasi lain menyusul melakukan laporan kepada polisi.
10 Oktober: Ahok meminta maaf pada umat Islam,
terkait ucapannya soal surat Al Maidah ayat 51.
14 Oktober: Ribuan orang dari berbagai ormas
Islam berunjuk rasa di depan Balai Kota Jakarta. Massa menuntut Ahok segera
dihukum. Unjuk rasa sempat berlangsung ricuh.
24 Oktober : Ahok mendatangi Bareskrim Mabes
Polri untuk memberikan klarifikasi terkait ucapannya.
4 November: Unjuk rasa anti-Ahok kembali
terjadi. Perkiraan kasar sekitar 75.000 hingga 100.000 orang -melibatkan
pendiri FPI, Rizieq Shihab, dan sejumlah anggota DPR seperti Fahri Hamzah dan
Fadli Zon- turun ke jalan menuntut agar Ahok diipidanakan dan dipenjarakan.
Mereka juga
menuntut bertemu Presiden Jokowi yang sedang tak berada di Istana. Perwakilan
pengunjuk rasa akhirnya ditemui Wapres Jusuf Kalla yang menjanjikan untuk
menuntaskan kasus ini dalam dua pekan.
Unjuk rasa
yang semula berlangsung tertib hingga sore, kemudian berubah ricuh saat
memasuki malam. Massa di depan Istana Merdeka terlibat bentrokan dengan polisi
dan di beberapa sudut kota terjadi kerusuhan, yang segera bisa diatasi.
Pukul 00:00,
5 November: Presiden
Jokowi mengatakan ada aktor politik bermain dalam unjuk rasa sehingga berbuah
kerusuhan. Ia memerintahkan penuntasan segera kasus ini, setransparan mungkin
dan jika perlu dengan membuat gelar perkara terbuka.
7 November: Ahok diperiksa untuk kedua kalinya
oleh polisi, kali ini berdasarkan panggilan. Ahok diperiksa selama sembilan jam
dengan 22 pertanyaan.
8 November: Presiden Joko WIdodo mengunjungi
Nahdlatul Ulama dan keesokan harinya dilanjutkan dengan ke Muhammadyah.
Kunjungan tersebut diikuti pertemuan dengan berbagai lembaga dan organisasi
Islam lain.
Ia
berulangkali mengatakan tidak akan melindungi Ahok namun tak bisa melakkan
intervensi. Presiden juga tidak memenuhi seruan beberapa orang agar menemui pendiri
FPI, Rizieq Shihab.
10 November: Presiden Joko Widodo mengunjungi
Markas Kopasus dan disusul kunjungannya ke berbagai satuan khusus lain:
Paskhas, Marinir, Brimob, maupun Kostrad.
Hak atas
foto BBC Indonesia Image caption Saat polisi mengumumkan penetapannya sebagai
tersangka, Ahok menerima pendukungnya di pusat kampanyenya, Rumah Lembang, di
Jakarta Pusat.
15 November: Kepolisian Republik Indonesia
melakukan gelar perkara secara terbuka terbatas -karena secara hukum tak
dimungkinkan membuatnya terbuka pada publik- untuk menentukan status hukum
Ahok.
16 November: Polisi menetapkan Ahok sebagai
tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama. Ahok menyatakan menerima
keputusan polisi dan akan mengikuti proses hukum dengan keyakinan tak bersalah.
Ahok juga menegaskan tidak akan mundur dari pemililah gubernur Jakarta,
Februari 2017.
Akhirnya, pada 9 Mei 2017, Ahok mendapatkan ganjaran 2 tahun hukuman percobaan atas penistaan agama yang dilakukannya.
Sementara itu, Budayawan Emha
Ainun Najib alias Cak Nun kembali bersuara tegas dan lantang terkait Basuki
Tjahja Purnama alias Ahok. Cak Nun tanpa takut menyampaikan siapa sebenarnya
Ahok dan peranannya dalam berbagai proyek menghancurkan bangsa Indonesia,
terutama umat Islam.
Cak Nun menyatakan, umat Islam sebagai penduduk mayoritas dijadikan sasaran dan harus dipecah belah. Caranya dengan menggunakan berbagai macam proyek di berbagai bidang kehidupan.
Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang tidak memahami garis besar permainan musuh-musuh Islam yang berkedok kebangsaan ini.
"Tidak semua pimpinan umat Islam mengerti gambar besar ini," ujar Cak Nun tegas.
Banyak umat Islam yang mengira bahwa kegaduhan yang terjadi hanya urusan Ahok. Padahal, ada hal lebih besar yang terjadi di balik Ahok.
"Dipikirnya soal Ahok. Lah opo loh Ahok diurusi?" tandasnya.
Buat apa mengurusi Ahok? Tanya Cak Nun, retoris.
"Bukan Ahoknya, tetapi Ahok adalah korlap (koordinator lapangan) dari proyek-proyek." lanjut Cak Nun, blak-blakan.
Menurutnya, banyak pengembang yang akan menanggung kerugian dahsyat jika Ahok tidak terpilih menjadi Gubernur.
"Kalau Ahok tidak sampai jadi Gubernur, berapa ratus triliun yang tidak bisa diterapkan?" jelasnya.
Ratusan triliun yang sudah digunakan untuk berbagai proses pengerjaan proyek, mulai dari pembelian bahan baku dan lain sebagainya akan mangkrak jika Ahok kalah dalam Pilkada DKI Jakarta.
Sehingga para pengembang harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memenangkan Ahok demi lancarnya proyek-proyek mereka menggerogoti negeri ini. berbagai sumber
Cak Nun menyatakan, umat Islam sebagai penduduk mayoritas dijadikan sasaran dan harus dipecah belah. Caranya dengan menggunakan berbagai macam proyek di berbagai bidang kehidupan.
Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang tidak memahami garis besar permainan musuh-musuh Islam yang berkedok kebangsaan ini.
"Tidak semua pimpinan umat Islam mengerti gambar besar ini," ujar Cak Nun tegas.
Banyak umat Islam yang mengira bahwa kegaduhan yang terjadi hanya urusan Ahok. Padahal, ada hal lebih besar yang terjadi di balik Ahok.
"Dipikirnya soal Ahok. Lah opo loh Ahok diurusi?" tandasnya.
Buat apa mengurusi Ahok? Tanya Cak Nun, retoris.
"Bukan Ahoknya, tetapi Ahok adalah korlap (koordinator lapangan) dari proyek-proyek." lanjut Cak Nun, blak-blakan.
Menurutnya, banyak pengembang yang akan menanggung kerugian dahsyat jika Ahok tidak terpilih menjadi Gubernur.
"Kalau Ahok tidak sampai jadi Gubernur, berapa ratus triliun yang tidak bisa diterapkan?" jelasnya.
Ratusan triliun yang sudah digunakan untuk berbagai proses pengerjaan proyek, mulai dari pembelian bahan baku dan lain sebagainya akan mangkrak jika Ahok kalah dalam Pilkada DKI Jakarta.
Sehingga para pengembang harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memenangkan Ahok demi lancarnya proyek-proyek mereka menggerogoti negeri ini. berbagai sumber
1 komentar:
Mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Sri Wahyuni biasa di panggil Mba Sri, TKI tinggal di kota Pontian johor Malaysia,Saya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya, tetap ikhtiar.
pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos pulang. sempat saya putus asa,gaji pun selalu di kirim ke indonesia untuk biaya anak sekolah,sedangkan hutang banyak, kebetulan teman saya buka-buka internet mendapatkan nomor hp Mbah Suro +6282354640471 katanya bisa bantu orang melunasi hutang nya melalui jalan togel dan Pesugihan Tampa Tumbal... dengan keadaan susah jadi saya coba beranikan diri hubungi dan berkenalan dengan beliau Mbah Suro, Dan saya menceritakan keadaan saya lagi susah di negri orang. Beliau menyarankan untuk mengatasi masalah perekonomian saya, baiknya melalui jalan togel saja. Dan angka yang di berikan beneran tembus ,6D dan saya dapat RM.457 ringgit selama 3X putaran. alhamdulillah terima kasih banyak ya allah atas semua rerjekimu ini. walaupun ini hanya melalui togel..
Posting Komentar