Jumat, 09 Januari 2009
Eksistensi Palestina Berakhir
Serbuan Negara Zionis Israel ke Gaza, diamnya dunia islam maupun non islam, mengisyaratkan kepada kita, tentang berakhirnya eksistensi Negara Palestina. Palestina akan hilang dalam hitungan bulan.
Sejarah, memang merupakan sebuah pengulangan. Serangan Yahudi Zionis Israel terhadap Hamas kali ini, merupakan sebuah pengulanagn sejarah pembantaian masa lalu. Pembantaian Sabra dan Shatila (dekat Beirut 1985) oleh Milisi Amal Pimpinan Nabih Berri dukungan Suriah. Atau tragedi sama yang dilakukan pada September 1982 oleh Milisi Maronit yang merupakan kelompok teroris Israel di Suriah. Seharusnya menyadarkan kita tentang kekejian Negara Israel yang kini hendak mengulangi dan melakukan sendiri pembantaian warga Palestina di Gaza.
Anehnya, seluruh dunia hanya melihat dan bungkam seribu bahasa. Apakah bila kita mengetahui ada kelompok manusia yang melakukan pembantaian secara sadis tanpa perikemanusian, kita tidak berusaha mencegah. Tetapi justru memberikan makanan dan obat-obatan untuk yang telah meninggal dunia dan yang terluka. Apakah tidak lebih bijaksana bila kita mencegah pembunuhan itu dengan menggertak atau bahkan dengan membunuh satu dua orang pembunuh untuk mencegah pembunuhan tanpa batas terjadi didepan mata. Logika mana menurut anda yang pas untuk diterapkan dalam kasus pembantaian Hamas, Palestina di Gaza?
Banyak analis politik bahkan di negeri ini mengatakan, kirimkan makanan dan obat-obatan. Untuk yang kelaparan dan terluka, memang hal itu tepat untuk dilakukan. Tetapi, bagi mereka yang akan dibunuh dan tak mampu melawan, langkah itu bisa dibilang idiot.
Iblis berujud manusia itu akan terus membantai bila tidak diberikan perlawanan dan balik dibunuh. Sebab persoalannya adalah bahwa pembunuh berkehendak mengangkangi hak milik si lemah yang tanpa daya. Dan iblis berujud manusia itu bernama bangsa Israel.
Tragedi Sabra dan Shatila jilid III, berada didepan mata. Peta Timur Tengah akan kehilangan Negara bernama Palestina. Semua itu terjadi akibat aneksasi tiada henti Israel yang berambisi membentuk Israel Raya. Apakah politisi baik local maupun tingkat dunia tidak memperhatikan peta Negara Yahudi itu?
Kini Negara Yahudi Zionis itu semakin mekar. Sedangkan Palestina hanya tinggal wilayah Gaza yang dikuasai oleh Hamas pejuang anti kolonialisme. Disisi lain ada wilayah yang tak jauh beda luas wilayahnya dan dikuasai oleh kelompok Fatah yang telah takluk oleh rezim Israel.
Bukan konflik agama! Demikian komentar analis-analis politik Timut Tengah. Jangan jadi analis bila belum membaca protocol Zionis tahun 1887 yang digagas di Bassel Swiss. Jangan jadi analis Timteng bila tidak berpedoman kepada agama. Apa yang bisa diuraikan dan dilepas dari agama?
Konflik Negara Yahudi dan Negara Islam, maupun Nasrani adalah berakar dari agama, bukan politik, juga bukan ekonomi. Pemahaman agama, merupakan aplikasi untuk berbuat. Sedangkan yang namanya politik, ekonomi, budaya dan lain-lainya hanyalah merupakan sarana. Alat, untuk mengangkangi, menguasai orang lain.
Kalau para analis yang banyak bicara di media mengatakan bahwa konflik Timteng bukan konflik agama, mungkin mereka tidak memahami agama. Atau bahkan tidak beragama. Sudah jelas dalam protocol zionis, dalam kitab-kitab “suci” seperti Injil, Quran, Taurat atau Talmut sekalipun. Bahwa ada permusuhan yang jelas diantara golongan manusia. Namun, ada perbedaan hakiki diantara isi kitab-kitab suci tersebut. Perbedaan itu sangat mendasar. Yaitu, yang satu mengatakan bahwa manusia itu sama dihadapan Tuhannya dan Tuhan itu hanya Satu (baca : Esa) adanya. Tidak peduli kita mengaku sebagai ummat Yahudi, Islam atau Nasrani yang disebut sebagai pewaris agama Samawi.
Akhirnya, jangan berkata bila tak mau berkata. Jangan melompat bila tidak mau melompati sebuah sungai. Sebab, bila kita melompati hanya 3 meter sedangkan sungai itu lebarnya 5 meter, maka kita akan terjebur ke dalam sungai. Bila kita mengatakan tidak secara tuntas seperti para analis yang ditayangkan di SCTV Rabu malam 7/1 kemarin, itu akan menyesatkan manusia.
Konflik Timur Tengah berawal dari berdirinya Negara bernama Israel. Untuk mengakhirinya adalah dengan menghapuskan Negara Israel. Terjadinya genocid rakyat Palestina adalah karena serangan militer Negara Yahudi, maka untuk menghentikannya adalah dengan menghilangkan kekuatan militer Yahudi.
Militer merupakan kekuatan Negara Yahudi Israel, tentu saja selain kekuatan ekonominya. Sebab banyak orang-oarang Yahudi kaya raya dan tersebar dibelahan dunia, baik di Negara Barat maupun Timur. Namun merusak, berbuat keonaran, menjungkirbalikan tatanan kehidupan yang baik, menindas, memperbudak, menganggap dirinya manusia pilihan adalah watak dan karakter manusia bernama Yahudi.
Oleh karenanya hanya ada satu kata untuk menghilangkan seluruh persoalan yang terjadi di dunia. Yaitu dengan menghilangkan manusia bernama Yahudi. Ubah mereka untuk menjadi muslim sejati. Sedangkan seorang atau kumpulan manusia yang belum menjadi muslim sejati, mulai sekarang jadilah muslim sejati, jangan menjadi muslim setengah-setengah. Nanti kalian akan menjadi sama seperti orang Yahudi. Seret para pembantai ke makamah Internasional sebagai penjahat kemanusiaan. Beranikah para pahlawan perang Irak melakukannya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar