Jumat, 04 Februari 2022

MENDEDAH SARIPATI HIDUP BANGSA CHINA REFLEKSI NKRI KEKINIAN

JURNALIS INDEPENDE: Sebelumnya saya mohon maaf memposting tulisan ini di group WA ini. Tidak bermaksud menggurui, tetapi dalam rangka ingat mengingatkan hal yang sangat mendesak dan kasat mata.

Sebenarnya, banyak pelajaran yang dapat manusia ambil dari kejadian, sejarah dan segala hal yang telah, sedang terjadi di sekeliling kita. Termasuk dari video film ini. Sebenarnya, adalah "pantangan" bagi penulis menjadikan "budaya china" guna menjadikan contoh adanya ibroh yang terkandung di dalamnya lantaran beberapa sebab. Terutama sejarah dan fakta etnis China di negeri ini. Sayangnya, lantaran hubungan panjang fakta dan sejarah bangsa ini dengan etnis China, mewarnai timbul dan tenggelamnya bangsa yang kita cintai ini.

Harus kita akui, film2 semacam ini lebih halus penggarapannya jika di bandingkan dengan karya serupa yang di hasilkan anak Bangsa Nusantara. Hal itu menunjukan sebuah budaya yang sempurna. Karya budaya, bukan semata di hasilkan dari etos kerja saja, tetapi adalah atas budaya bangsa itu sendiri. Rajutan halus seni film tak terlepas dari penulisan skenario yang di dukung oleh sastra tingkat tinggi. Dari sekian banyak produk budaya yang di tampilkan dalam film tersebut diantaranya yang paling menonjol adalah penulisan skenario yang di dukung oleh budaya sastra. Sementara itu, budaya sendiri adalah hasil penerapan secara ketat moralitas spiritual suatu komunitas atau bangsa. Halusnya alur suatu karya budaya, kongruen dengan budaya yang dihasilkan dari kesempurnaan moral spiritualitas. Sementara itu dari sisi hikmah, hasil karya budaya (film dan sejenisnya) akan lebih mudah dipetik dari karya yang dihasilkan dari komunitas yang memiliki, mewarisi nilai budaya hasil spiritualitas yang sempurna.

Intinya, semua budaya akan menjadi visual pengagungan sekaligus pempraktekan nilai luhur spiritual para leluhur. Bahkan implementasi dasar2 hukum suatu komunitas, bangsa, negara merupakan cerminan budaya yang tersarikan dari karakter spiritualistas yang di warisinya.

Kembali ke inti film china di atas yang  menggambarkan dua kelompok manusia, yaitu kelompok manusia pemburu kekuasaan duniawi dan manusia pemegang amanat dunia. Dalam sejarah manusia, terutama di masa abad 20 ini, ciri fundamental kelompok pemburu kekuasaan adalah menentang dan berusaha menguasai, melumat habis kelompok spiritualis sejati. Tentunya, kelompok ini, menggunakan berbagai tipu daya dan kekerasan yang biadab dan pertumpahan darah. Sementara di sisi lain, kaum spiritualis selalu menolak dengan cara lemah lembut, bijak dan menghindari pertumpahan darah. Tetapi jangan lupa bahwa ada bagian kelompok yang berdiri dengan ketegasan untuk melakukan perlawanan terhadap penghamba kekuasaan. Penghamba kekuasaan biasanya selalu bergandeng tangan dengan iblis, syetan yang memberi bantuan kekuatan sihir (dalam dunia modern setara dgn pencitraan).

Lantas, apakah saat ini, di negeri yang kita cintai ini, kita belum merasakan ancaman penentang kaum spiritualis yang sudah membabi buta bahkan tak segan menggunakan tipudaya, sihir sekaligus menumpahkan darah kaum spiritualis?

Naifnya, jaman ini, dari film di atas, penulis menyaksikan dengan terang benderang bahwa etnis China penentang spiritualis menjadi mentor, panutan bagi penguasa, bahkan penguasa menjadi hamba mereka. Lebih mengherankan lagi di Nusantara masih juga belum muncul kelompok Satria yang mendukung kaum spiritualis yang selalu defensif. Jika di Jaman Rasulullah, mereka memiliki jiwa spiritualis sekaligus Satria, sebab mereka adalah umat yang di jadikan model panutan oleh Sang Pencipta. Namun seiring jalannya waktu, mereka terbelah lantaran citra dunia yang mempesona. Harapan penulis, setidaknya tulisan ini menjadi ghiroh pembangkit para satria pembela kaum spiritualis memenangkan perang antara haq dan batil. Semoga menginspirasi....

SBY, 20 OKT 2021
Wassalam,
Mr. Chessplenx.

Tidak ada komentar: