Haris Ashar Diujung Tanduk, Fakta Nyanyian Alm Freddy Budiman Masih Kabur

Jurnalis Indepenen: Sebaran tulisan Haris Azhar, Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) terkait pengakuan terhukum mati gembong narkotika Freddy Budiman adanya keterlibatan oknum TNI, Polri terus menyibukan Tim Investigas Polri.


Tim ini terdiri dari 18 orang pilihan. Dari unsur internal seperti Kadivkum, Kadivporpam, Paminal, Humas maupun eksternal Polri yakni masyarakat sipil seperti Hendardi, Effendi Gazali, hingga Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti. Tim ini  diketuai langsung oleh Irwasum Polri, Komjen Dwi Priyatno.
Lantaran "nyanyian" Freddy jelang dilaksanakan hukuman matinya, Haris Azhar nyaris menjadi pesakitan kasus pencemaran nama baik institusi pemerintah seperti BNN, Polri dan TNI.

Namun demikian, Tim Investigasi tidak mudah menemukan data-data yang pernah diungkapkan oleh Freddy pada Haris Azhar hingga menyebar ke berbagai media.

Tim Investigasi Polri, Selasa kemarin, juga gagal menyaksikan video terkait pengakuan terhukum mati gembong narkotika Freddy Budiman.

Padahal sebelumnya,  Tim Investigasi Polri sudah bertemu dengan Dirjen PAS agar bisa menyaksikan bersama dan meng-copy video tersebut.

Walhasil saat tiba di sana, video itu sudah ada di Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Lantaran sudah berpindah tangan, maka diperlukan koordinasi level pimpinan untuk menonton video itu.
Ketika dihubungi, anggota Tim Investigasi Polri, Hendardi, mengatakan,  "Memang tadi ke Dirjen PAS untuk nonton bersama lalu kami ambil video dengan berita acara. Namun informasi terakhir video sudah di Menteri Hukum dan HAM. Tentu untuk itu, harus Pimpinan Polri yang berhubungan."

Hanya waktu, dan kemungkinan besok atau lusa Tim Investigasi Polri sudah bisa menyaksikan video yang dibuat sendiri oleh Freddy menjelang eksekusi mati dirinya. Video itu berisi tentang keterlibatan penegak hukum dalam peredaran narkotika.

Sementara itu dihari yang sama, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso mengadakan pertemuan dengan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar. Buwas sapaan akrab Kepala BNN ini berdalih membahas sejumlah hal dikantor Badan Narkotika Nasional (BNN) di Cawang, Jakarta Timur.

"Ini baru yang pertama kali Pak Haris silaturahmi dengan saya, terus sarapan pagi bareng dengan saya," jelas Buwas.

Buwaspun tak menolak jika  salah satu agenda terkait testimoni bandar narkoba yang telah dieksekusi mati, Freddy Budiman.

"Pak Haris belum sebut nama. Kemungkinan-kemungkinan bisa saja. Sehingga kita akan hubungkan dengan bukti lain, kalau sama akan kita tindak lanjuti," pungkas Buwas.

Hingga hari ini, Tim Investigasi Polri telah menerima kopian dari pleidoi Freddy Budiman pada 2013 lalu di Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Anggota Tim Investigasi Polri, Hendardi mengatakan isi pleidoi sudah di pelajari oleh tim dan tidak ada titik terang untuk mengungkap kebenaran testimoni Freddy.

"Pleidoinya sudah kami periksa dan tidak ada isinya apa-apa. Tidak ada yang menyebutkan nama atau apa. Dan juga itu bukan pleidoi Freddy tapi pleidoi dari pengacara, Freddy sendiri tidak membuat pleidoi,"‎ jelas Hendardi, Rabu (24/8/2016).

Hendardi juga mengatakan jika pleidoi tersebut‎ isinya normatif. Hanya pembelaan pada kliennya agar dibebaskan dari tuntutan hukum.

Direktur SETARA Institute, Hendardi juga menambahkan meskipun tidak ada isinya namun pihaknya akan tetap mencari pengacara Freddy untuk dimintai keterangan.

Perlu dikertahui, kepada Koordinator Kontras Haris Azhar mengatakan, Freddy Budiman pernah mengaku dalam pleidoi pembelaannya disebutkan sejumlah nama-nama aparat yang terlibat dalam bisnis narkobanya.
Sehingga dibentuklah Tim Pencari Fakta Gabungan dengan Komjen Dwi Priyatno sebagai Kepala Tim. Tim Pencari Fakta Gabungan memiliki tugas membuktikan ada tidaknya dugaan keterlibatan pejabat Polri sebagaimana testimoni Freddy seperti ditulis oleh Haris Azhar.

Kini, Anggota Tim Investigasi Polri, berusaha menemukan pengacara yang membantu menyusun pledoi Freddy Budiman. Tim Investigasi ingin menggali keterangan murni soal keabsahan dari pledoi tahun 2013 tersebut.

Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar mengimbau sang pengacara mau menemui Tim Investigasi Polri untuk diwawancarai seputar pledoi.

"Kami jamin keamanan pengacara, kami harap pengacara datang karena kami butuh keterangan tambahan soal keabsahan isi pledoi walaupun salinan pledoi sudah kami dapatkan dari PN Jakarta Barat," jelasnya.