TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Sidang pleno I Muktamar ke-33 NU ricuh. Akibatnya, sidang itu terhenti di tengah upaya para peserta membahas Pasal 19 tentang pemilihan Rais Aam apakah melalui Ahwa atau langsung.
Peserta sidang asal Kepri diamankan Banser karena dinilai sebagai provokator karena pernyataanya dinilai menghina kiai, Senin dini hari (3/8/2015).
© Surya Peserta sidang asal Kepri diamankan Banser karena dinilai sebagai provokator karena pernyataanya dinilai menghina kiai, Senin dini hari (3/8/2015).
Kericuhan tidak terkendali karena peserta yang berbicara berbeda pendapat. Bahkan, pembicaraan mereka menjurus kasar. Akibatnya, mereka dikeluarkan paksa oleh para Banser.
Peserta yang dikeluarkan itu dituding telah melakukan penghinaan kepada para kiyai. Selain dianggap menghina, seorang peserta yang berbicara di depan seperti dari Kepulauan Riau juga diteriaki sebagai provokator oleh peserta lainnya.
Tidak hanya satu peserta saja. Pantauan Surya di lapangan, ada empat peserta yang dikeluarkan paksa. Para peserta yang dikeluarkan itu pun mendapat makian dari peserta sepanjang jalan menuju pintu keluar."Keluarkan dia, bawa pulang saja!" teriak seorang peserta.
Sementara itu, beberapa menit setelah kericuhan di ruang sidang, para pimpinan sidang yang dipimpin oleh Slamet Effendy Yusuf digiring keluar dari panggung sidang.
Tidak ada keterangan dari pimpinan sidang apakah sidang ditunda atau diskors. Mereka keluar begitu saja dalam kawalan Banser.
Gus Mus Tertibkan Peserta Muktamar
Jujur saya MENANGIS membaca nasehat KH. Ahmad Mustofa Bisri selaku Pejabat Sementara Rais Am PBNU yang menenangkan para peserta Muktamar karena terjadi kekisruhan ketika Sidang Pleno.
Ditambah lagi media-media nasional yang semakin MEMPERKERUH dengan MENJUAL kekisruhan Rapat Pleno Muktamar NU agar bisa menjadi trending topik nasional dan mereka meraup untung banyak.
Tidak dipungkiri, fitnahan, hasutan, cacian, serta penghinaan dari mereka yang membenci NU semakin kuat dan nyaris TIDAK ADA yang tidak percaya oleh mereka.
Bagaimana tidak menyakitkan jika sekelas Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dan Syaikhuna wa Murobbi Rukhina Mbah KH. Maimun Zubair selaku MUSTASYAR ( Penasehat ) PBNU Pusat juga ikut-ikutan diklaim liberal hanya karena beliau mendukung konsep “Islam Nusantara” dan kemudian ada oknum liberal yang ikut-ikutan mempropaganda padahal konsep tersebut MURNI berasal dari para kiai dan ulama sepuh.
ALHAMDULILLAH , KH. Ahmad Musthofa Bisri ( Gus Mus ) akhirnya TURUN TANGAN langsung untuk meredam kekisruhan yang terjadi bahkan beliau bersedia MENCIUM KAKI para peserta muktamar agar tetap tenang dan tidak kisruh lagi.
Berikut isi nasehat Gus Mus yang membuat seluruh peserta muktamar terhening dan banyak dari mereka terhanyut dalam tetesan air mata.
“Ketika saya ikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya. Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya ‘Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh’.
Saya mohon sekali lagi, kita membaca surat Al-Fatihah dengan ikhlas, mohon syafaatnya (Nabi Muhammad SAW).
Rais Aam yang membikin saya menjadi punya posisi seperti ini, KH Sahal Mahfud, mengapa beliau wafat sehingga saya memikul beban ini, saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya.
Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda.
Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakuk karimah, Akhlak KH Haysim Asy’ari dan pendahulu kita.
Saya panggil kiai sepuh, rata-rata mereka prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepasksan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita.
Jadi, telah mempelajari situasi, maka para kiai yang berkumpul sampai tadi siang, di samping keprihatinan juga beberapa poin yang perlu dijadikan pedoman pembahasan selanjutnya.
Cuma sedikit yang kita sepekati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan.
Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan Rais Aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah
Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan Rais Aam, maka kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai.
Dan tatib yang sudah disepakati perlu segara dilakukan. Kalau ini Anda tetap tidak terima, maka saya yang terima, karena saya hanya Mustafa Bisri, saya hanya orang yang ditimpa kecelakaan menjadi pengganti Kiai Sahal. Kalau tidak, lepaskan saya saja.
Doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja untuk jadi Rais Aam.
Saya sejak belum tidur, bukan apa-apa, karena memikirkan anda-anda sekalian. Saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan anda, maafkan lah mereka, maafkan saya. Itu kesalahan saya, mudah-mudahan anda sudi memaafkan saya.
Setelah itu, Bpk. Slamet Effendy Yusuf selaku Pimpinan Sidang mengambil mic sidang dan bertanya kepada seluruh muktamirin.
“Apakah (tawaran Kiai Sepuh) bisa digantikan untuk pengganti pasal 19?,” tanya Slamet
“Bisa” jawab muktamirin. Sidang tatib pun lalu berjalan lancar hingga selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar