JURNALIS INDEPENDEN: Sebagian besar Pemuda dewasa ini (Milenial 2020) hampir tidak mengenali Sejarah Bangsanya sendiri. Hal ini terjadi lantaran banyak sebab. Salah satunya adalah tidak diajarkannya kembali pelajaran sejarah di lembaga pendidikan. Kurikulum pendidikan "sengaja" menghilangkannya, terutama setelah Rezim Orde Baru (Orba), Pemerintahan Soeharto tumbang oleh gerakan Reformasi tahun 1998. Di sisi lain, tidak sedikit anak keturunan berfaham Komunis Indonesia, menuntut perlakuan yang sama dengan warga negera lainnya. Di jaman orba, eks anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan anak, cucunya, dibatasi bahkan terlarang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan militer (TNI-POLRI).
Catatan sejarah, sering dianggap sebagai catatan kemenangan rezim penguasa. Sehingga bagi pihak yang kalah, menganggap catatan sejarah tidak sepenuhnya benar. Logika semacam ini, dapat dikatakan "benar" tetapi juga "tidak". Tentu saja ini dalam pandangan penulis. Demikian pula dengan catatan sejarah terkait pemberontakan PKI. Termasuk catatan sejarah yang divisualisasikan melalui sebuah film dokumenter yang berjudul "Pemberontakan G30S PKI Tahun 1965". Film itu muncul di Era kekuasaan Pemerintahan Soeharto (Orde Baru).
Walau tidak muncul ke permukaan, baik mantan tapol PKI dan keturunannya, tetap "menyangkal" bahwa PKI melakukan pemberontakan di 30 September '65 itu. Di jaman orba, penyangkalan dan narasi-narasi itu dilakukan dengan berbagai cara. Selain dengan menulis buku, film durasi pendek, tulisan di media masa, seminar, pertemuan-pertemuan secara senyap banyak dilakukan oleh komunitas "korban stigma pemberontakan G30S PKI. Bahkan tidak jarang bahwa PKI adalah korban fitnahan khususnya oleh Soeharto. Sebab nyatanya, Soehartolah yang kemudian "mendepak" Presiden Soekarno dari kursi jabatannya dan menggantikannya. Kita tahu, Presiden Soeharto, 32 tahun berkuasa dengan segala kelebihan, kekurangannya dalam mengimplementasikan Pancasila dan UUD 1945 yang menjadi Dasar Konstitusi Berbangsa dan Bernegara.
Selain catatan sejarah, termasuk film G30S PKI, Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966, menjadi stempel kuat pemberontakan PKI. Dalam ketetapan MPRS itu, menyatakan dengan tegas bahwa Pembubaran Partai Komunis. bahkan TAP MPRS itu menyataan bahwa Komunisme sebagai organisasi, Faham, atau ajaran komunisme/Marxisme-Leninisme terlarang menyebarkan atau mengengbangkannya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Reformasi '98, lebih terang di masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), 20 Oktober 1999-23 Juli 2001, menjadi pintu masuk legal hal-hal "tabu dan terlarang" di masa orba. Di antaranya terkait dengan sosial dan kehidupan politik eks, anak, cucu keturunan PKI. Tumbangnya orde baru dan masa Presiden Gus Dur, bagaikan suasana Idul Fitri bagi anak-anak PKI.
Era Pemerintahan Gus Dur ini digambarkan di Kompas.com dengan judul "Perkembangan Ekonomi dan Politik di Era Gus Dur" yang ditulis oleh Nibras Nada Nailufar, terbit 21 Februari 2020.
"Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden RI ke-4 yang memerintah dari Oktober 1999 hingga Juli 2001. Meski jabatannya hanya berlangsung 18 bulan, perkembangan ekonomi dan politik pada masa pemerintahan Gus Dur cukup signifikan. Berikut sejumlah kebijakan Gus Dur dalam bidang politik: Memisahkan TNI dengan Polri. Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial karena tak bekerja dengan baik. Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Mengakui Kong Hu Cu dan menjadikan Imlek hari nasional. Mencabut larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan Leninisme. Menerapkan Otonomi Daerah. Keberpihakan Gus Dur terhadap Minoritas dan yang Tertindas juga sangat signifikan. Dalam bidang Ekonomi: Melawan tekanan IMF Perekonomian tumbuh positif untuk pertama kali sejak reformasi Ketimpangan turun. Di era Abdurrahman Wahid yang singkat, sejumlah konflik sosial yang selalu jadi masalah Indonesia, berhasil diredam".
Di Masa Pemerintahan Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid inilah dalam pandangan penulis, merupakan masa yang disebut sebagai "Masyarakat Madaniah". Sebab selain menyelamatkan NKRI dari ancaman disintegrasi multi dimensi pasca reformasi, sosok Gus Dur menjadi perekat kembali NKRI sebagai sebuah Bangsa. Gus Dur layak disebut sebagai "Bapak Bangsa". Era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) 21 Mei 1998-20 Oktober 1999, yang "menerima mandat" dari Presiden Soeharto oleh desakan "kaum reformis", "Indonesia dalam kondisi mencekam". Presiden Habibie selain harus melakukan referendum Timor Timor, Beliau juga harus mempersiapkan Pemilu tahun 1999.
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, meninggal di Jakarta, 11 September 2019 pada umur 83 tahun. Beliau adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Dari sekian banyak Presiden Indonesia, B. J. Habibie merupakan satu-satunya Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan Ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa sedangkan ibunya berasal dari Yogyakarta.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen B.J. Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih digunakan.
Lantaran "syahwat politik dan tangan syetan", Pemerintahan Gus Dur dijatuhkan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) yang saat itu di ketuai oleh Amien Rais (PAN). Presiden Gus Dur yang lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940, meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 di usia 69 tahun), merupakan tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). "Sang Penyelamat Kapal Van Der Wijk" akhirnya meninggalkan Istana Negara Republik Indonesia dengan sejuta sindiran falsafah untuk Bangsa Indonesia....
Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau umumnya lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri atau biasa disapa dengan panggilan "Mbak Mega" (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 73 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan putri dari Presiden Indonesia Pertama, Soekarno, yang kemudian mengikuti jejak ayahnya menjadi Presiden Indonesia. Pada 20 September 2004, ia kalah suara dari Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pemilu Presiden 2004 putaran yang kedua.
Megawati menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–2001, ia menjabat Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999. Dan di fase inilah dugaan penulis dimulainya geliat "Gerilya Second Generation Komunism" atau Komunis Gaya Baru (KGB) secara aman dan nyaman. Sayangnya, GSGK atau KGB ini, selain kekuasaan, balas dendam, penulis "melihat memiliki motif mengganti Dasar Falsafah NegaraPancasila dengan yang lain".
Walau dianggap tidak valid, salah dan penuh fitnah Sejarah Pemberontakan PKI di Indonesia cukup menjadikan sebagai pelajaran bagi tiap generasi dibelakangnya. Sejumlah tokoh eks tapol dan anak cucu PKI, menentang bahkan menuding Tentara Nasional Indonesia (TNI), Rezim Orba (khususnya Mayjen Soeharto) dan sebagian Muslim Indonesia pelaku pemberontakan '65 yang menggulingkan Pemerintahan Presiden Soekarno (Orde Lama-Orla). Lantaran itu, dengan segala cara, mereka melakukan konter, larangan beredarnya baik buku, tulisan, termasuk film sejarah pemberontakan PKI.
Sejumlah nama seperti Kristian Erdianto Bejo Untung, Ripka Ciptaning, Rieke Dyah Pitaloka, Budiman Sudjatmiko, Ilham Aidit-Murod Aidit (putra pasangan DN Aidit dan Cutanti), Arteria Dahlan, Teten Masduki, Diah Indah Sari, Basuki Tjahaya Purnama, Nezar Patria, Denny Siregar, Abu Janda adalah sekian nama-nama yang "mengkonter keras" apapun, dari manapun terkait "stigma negatif yang berhubungan dengan komunisme" terutama pasca reformasi.
Sejarah Dunia mencatat, komunisme merupakan salah satu ideologi dunia yang lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme abad 19. Ideologi komunisme sendiri merupakan hasil pemikiran dari Lenin, sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme. Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, karena prinsip agama dinilai sebagai bentuk yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.Pemikiran inilah yang dianggap mengadopsi jiga ajaran Karl Mark (Marxsisme).
Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
Berdasarkan sejarahnya, Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia, yang ditandai dengan lahir dan berkembangnya PKI pada tahun 1920, yang merupakan fase awal dominasi komunisme di Indonesia. Dalam perkembangannya, gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo Eropa tetapi setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi pun ikut di dalamnya. Hal ini karena adanya tindakan-tindakan yang melawan kaum kapitalis dan pemerintahan, diiringi dengan propaganda yang menarik perhatian mereka.
Salah satu tokoh yang cukup dikenal yakni, Semaoen (Ketua SI Semarang). Komunisme Indonesia mulai aktif di Semarang, atau sering disebut dengan Kota Merah setelah menjadi basis PKI di era tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan kiri ke dalam SI (Sarekat Islam) menjadikan komunis sebagian cabangnya, karena hak otonomi yang diciptakan Pemerintah Hindia Belanda atas organisasi lepas menjadi salah satu ancaman bagi pemerintah. ISDV menjadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa. Berdasarkan perkembangannya, ISDV berganti nama menjadi PKI.
Versi lain terkait munculnya komunisme, berawal dari Serikat Dagang Islam.Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis olehHaji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober1905.Organisasi yang didirikan di Surakarta ini bertujuan untuk menghimpun para pedagang pribumi muslim. Sehingga pedagang pribumi mampu bersaing dengan pedagang asing yang mendapat fasilitas dari Penjajah Belanda termasuk Tionghoa.Kemudian pada kongres pertama Sarekat Dagang Islam di Solo 1906 nama Sarekat Dagang Islam kemudian diganti menjadi Sarekat Islam.
Haji Samanhudi memiliki strategi yang baik di dalam organisasinya sehingga dapat mengambil hati masyarakat.Sarekat Islam juga memiliki basis kegiatan yang beroperasi di pasar, sehingga ketika di pasar SI dapat memperoleh dana untuk meningkatkan gerakannya.
Bangkitnya Sarekat Islam membuat Belanda mendirikan organisasi tandingannya.Kemudian Pemerintah Kolonial mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah pada 1909 di Bogor.Pada saat itu Sarekat Dagang Islamiyah dipimpin oleh R.M.T Adhisoerjo.R.M.T Adhisoerjo terlihat sangat dekat dengan Belanda, hal ini dapat diketahui dari ketergantungan dana dan perlindungan dari pemerintah kolonial.
Namun, Sarekat Dagang Islamiyah tetap tidak mampu menyaingi Haji Samanhudi.Kemudian R.M.T Adhisoerjo memilih untuk membubarkan Sarekat Dagang Islamiyah dan menyerahkan kepemimpinan kepada Haji Samanhudi.Sarekat Dagang Islamiyah dibubarkan pada 1911.R.M.T Adhisoerjo memilih untuk meneruskan dagangnya.
Kemudian pada revolusi Cina 1911, Belanda memandang keberadaan Sarekat Islam dan Kong Sing bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya.
Akhirnya Belanda memutuskan untuk mengadu domba Sarekat Islam dengan saudagar Cina.Pertama, Belanda menumbuhkan perpecahan dengan cara mempersulit produsen batik pribumi memperoleh bahan batik.Sulitnya mendapatkan bahan batik, membuat Belanda menyebarluaskan berita jika hal ini disebabkan oleh pedagang Cina.
Pergantian kepemimpinan dari Haji Samanhudi ke Tjokroaminoto dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengadu domba.
Masuknya Komunisme ke Indonesia oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, seorang Belanda yang datang ke Indonesia tahun 1913, bersama Adolf Baars ia mendirikan ISDV, mulanya organisasi ini tidak mempropagandakan komunis namun lambat laun karena organisasi ini mempropagandakan sosialis maka mereka mengubah dirinya menjadi berpandangan komunis.
Masuknya Komunisme ke Indonesia oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, seorang Belanda yang datang ke Indonesia tahun 1913, bersama Adolf Baars ia mendirikan ISDV, mulanya organisasi ini tidak mempropagandakan komunis namun lambat laun karena organisasi ini mempropagandakan sosialis maka mereka mengubah dirinya menjadi berpandangan komunis.
Setelah keberhasilan revolusi di Rusia, mereka ini memasuki organisasi-organisasi massa untuk menyebarkan paham ini, salah satunya Sarekat Islam, mereka memperoleh “tanah subur” dalam Sarekat Islam di Semarang pimpinan Semaun, Abdul Muis merasa bahwa Sneevliet seakan-akan sengaja dikirim ke Indonesia untuk memecah rakyat dengan cara menulis sebuah artikel.
Kemudian SI terbelah menjadi SI Merah dan SI Putih, pada akhirnya SI Merahlah yang menjadi Partai Komunis serta melakukan pemberontakan tahun 1926, 1948 hingga 1965 yang mengakibatkan kejatuhan Sukarno.
Melihat perkembangan saat ini, upaya kebangkitan ideologi komunis di Indonesia dilakukan dengan beberapa cara baik melalui jalur politik melalui sosialisasi PRD, dalam rangka untuk berpartisipasi pada Pileg 2019, dan melalui berbagai kegiatan sosial ataupun penggunaan lambang “palu-arit” di beberapa tempat. Hal ini tentunya menunjukkan adanya rencana atau upaya serius bagi kelompok pro komunisme untuk kembali melebarkan sayapnya di Pemerintahan Indonesia. Mengingat Ideologi dan asas-asas yang tertuang dalam “Komunisme berbeda dengan Pancasila” yang merupakan jati diri Indonesia, maka sudah sewajarnya kita sebagai rakyat Indonesia melakukan kritik dan penolakan terhadap upaya-upaya tersebut. Karena Negara Indonesia adalah Negara yang menghargai “agama”, Negara Indonesia adalah Negara yang menghargai “keadilan”. Dengan demikian tidak sepatutnya nilai-nilai Komunisme berkembang tetapi yang harus terus dikembangkan adalah “nilai-nilai Nasionalisme”.
Kesimpulan penulis: Diingkari, ditepis bagaimanapun juga, kebangkitan komunisme di Indonesia, terbukti terasa dan ada. Mereka adalah second genation jika di hitung dari Gerakan 30 September tahun 1965. Kali ini, mereka berusaha merebut dengan membawa dendam dan haus kekuasaan. Tentu saja hal itu tidak banyak diketahui warga bangsa yang tidak memperhatikan dengan seksama.Kuat dugaan komunisme Gaya Baru Second Generation (KGBSG) telah berhasil menelusup relung-relung kekuasaan terbukti dengan gerakan konter balik yang reaktif dari setiap kata, perbuatan yang berusaha menelanjangi keberadaan mereka.
Mereka menggunakan segala macam cara. Cara-cara itu, sama dengan yang dilakukan di banyak negara saat komunis berusaha menguasai negara-negara seperti di Jerman, Rusia, Eropa Timur di masa lalu. Cara-cara yang reaktif, revolusioner, radikal, teror bahkan pembunuhan adalah standar kerja mereka.Dan yang terpenting bahwa di seantero dunia, tak ada suatu gerakan komunisme yang tidak di beking oleh kekuatan para Cukong Internasional.Cukong Internasional adalah juga nama lain bagi Zionisme. Gerakan Zionisme adalah sebuah gerakan Pemerintahan Tunggal Dunia, New World Order,Tata Dunia Baru atau juga bisa disebut sebagai Khilafah Yahudiyah yang menjadikan semua bangsa, semua manusia menjadi budak segelintir ras manusia.Negara Israel adalah miniatur keberadaan Khilafah Yahudiyah.(baca buku:Mengungkap Tentang Yahudi tulisan Dr Daouza).
Faham-faham Kapitalisme, Liberailsme,Komunisme,Agama-agama Baru termasuk Nasionalisme hanyalah topeng mengelabui manusia akan adanya kerja-kerja Zionisme dalam merusak, mempengaruhi,merusak kemudian kemudian menguasai umat manusia di dunia. Langkah awal mereka adalah menguasai sumber hidup, pendidikan, sejarah, adu domba dengan segala cara.
Lantas, bagaimana Bangsa Indonesia menyikapi ini?
Tidak banyak warga bangsa mengetahui kondisi ini. Karena itu, tidak ada kesadaran akan musuh bersama. Bangsa ini justru tenggelam dalam permainan yang sedang dimainkan Zionisme.Berbagai macam masalah bangsa tak mampun terurai secara semestinya. Salah satunya adalah terkait falsafah hidup berbangsa dan bernegara. "Fakta" keberadaan bayangan KGBSG, Khilafah dibenturkan dengan seksama.
Terkait problem diatas, penulis berharap bangsa ini segera mengakhirinya. jika tidak, bukan tidak mungkin negeri ini mengulangi sejarah lama, banjir darah dan akan terpecah berkepig-keping.
Faham Komunisme dengan segala turtuannya, masih terlarang hingga detik ini. TAP MPRS No 25 Tahun 1966 merupakan palang pintu konstitusioal yang masih sulit ditembus oleh penganut komunisme Indonesia.Namun adanya RUU HIP (RUU BPIP)mengisyaratkan adanya "usaha merubah" Pancasila. Sebelumnya, penentuan hari jadi Pancasila merupkan "sebuah usaha pengaburan" Sejarah Pancasila. Lantaran itu, penulis yakin KGBSG dengan dibantu Induk semangnya Zionis, akan tetap berusaha dengan segala cara. Minimal menjauhkan, mengaburkan pemahaman genarasi anak bangsa tentang berbagai hal yang menyangkut identitas Bangsa, Negara, Budaya maupun Agama.
Berkaitan dengan isu Khilafah, penulis berpendapat bahwa isu itu sengaja dihembuskan guna memalingkan warga bangsa akan masalah sebenarnya. Logikanya, jika bangsa ini menghendaki berdirinya Negara yang berdasarkan pada ideologi agama (islam), sejak awal Proklamasi hal itu bisa dilakukan. Tetapi pada kenyataannya hal itu tidak terjadi. Sementara itu, tidak bisa dipungkiri bahwa Pancasila merupakan Dasar Negara yang sebangun dengan Khilafah. Buktinya di awal Proklamasi penyertaan Tujuh (7)(Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya) pada Sila Pertama Pancasila amat terang benderang. Walau kemudian Tujuh kata itu dihilangkan lantaran keberatan peserta sidang BPKI.
Akhirnya dengan segala hormat, penulis menghimbau semua pihak untuk berpikir realistis tentang kondisi bangsa dewasa ini. Terutama terkait dengan Falsafah Bangsa, Pancasila, Komunis dan Khilafah. "Mari bersepakat, hilangkan dendam masa lalu. KGBSG menghentikan dendam masa lalunya, tidak mendikte penguasa memusuhi agama, terutama islam dengan berbagai cara dan tidak mengarahkan siapapun untuk memanipulasi, mengkerdilkan Pancasila dan Sejarahnya. Selain itu, KGBSG dan semua warga bangsa tidak membenturkan dengan Khilafah dengan Pancasila, sebab Pancasila adalah KHILAFAH BANGSA INDONESIA.( dari berbagai sumber: Mr Chessplenx)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar