Sabtu, 14 Januari 2012

Like This Yooo

Oleh Fatimah Ali Salsabila
Sebuah status yang ditulis oleh seseorang di sebuah situs jejaring sosial:
“Apa ini yang namanya bodoh? Kalau dulu untuk mengubah Indonesia harus turun ke jalan dan bertemu peluru, kepala bocor dikit itu biasa. Kalau sekarang, mengubah Indonesia katanya bisa dengan hanya Like suatu Pages di FB ataupun nge-Tweet dan beri Hashtag #-suatu gerakan di Twitter. Aneh.”

Kalimat panjang, mungkin lebih kepada curhatan atau bentuk keprihatinannya atas kondisi di zaman sekarang, degradasi kepekaan. Bagi sebagian orang ada yang mengatakan bahwa ini adalah salah satu bentuk ghazwul fikri (perang pemikiran). Kenapa bisa mengarah ke sana?

Dahulu ketika teknologi belum secanggih sekarang, aktivitas silaturahim, saling kunjung mengunjungi, secara nyata lebih sering dilakukan, tapi sekarang aktivitas tersebut menurun, ketika ada yang mengundang pernikahan, atau pengumuman kematian, kelahiran, atau hal yang lain maka lebih praktis tinggal “nge-like” atau menulis ucapan di wall-nya, padahal mungkin lebih baik mengirimkan SMS minimal kepada orangnya langsung kemudian menghadirinya. Jika ada udzur bisa mengirimkan kabar langsung kepada si Empunya.

Kecuali bagi orang-orang yang memang tidak punya nomor kontaknya, tidak tahu alamatnya dan tidak tahu harus menitipkan kepada siapa.

Teknologi seperti dua sisi pisau, satu sisi tajam dan sisi lainnya tumpul. Jika digunakan dengan tepat, maka teknologi bisa menajamkan pemikiran, mempermudah aktivitas seseorang, menambah ilmu pengetahuan, membangun jejaring para pecinta kebenaran. Namun, jika teknologi digunakan sekedar untuk hiburan, pemenuhan hawa nafsu, asal-asalan maka tak heran ia dapat menumpulkan penggunanya.

Jihad hanya ada pada sebatas “nge-like”, selebihnya tak ada lanjutannya. Saudaranya ditimpa musibah hanya sekedar “nge-like” tanda prihatin, pun jika berhalangan tidak dapat menjumpainya untuk menghiburnya, tak sepatah katapun mampir di handphone yang kena musibah untuk menyampaikan turut belasungkawanya.

Sungguh ghazwul fikri sedang melanda para pemuda Islam. Sebagian alokasi waktunya lebih banyak diinvestasikan untuk sekedar menulis status yang kurang bermanfaat di situs jaringan sosial tersebut. Alokasi membaca buku dialihkan menjadi alokasi membaca status atau mengomentari status.

Rasulullah shalallahu’allaihi wa’salam sudah memberikan teladan kepada kita, dalam sebuah hadits, Beliau bersabda, "Hak kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya ada lima. Pertama menjawab salam. Kedua menjenguk yang sakit. Ketiga mengantar jenazah. Keempat memenuhi undangan. Kelima mendo'akan orang yang bersin". (HR. Muttafaq 'Alaih)

Langkah konkrit yang diajarkan Rasulullah shalallahu’allaihi wa’salam kepada kita dalam memperlakukan saudaranya yang kian hari kian terkikis karena kesalahan dalam memanfaatkan teknologi. Jangan sampai generasi pemuda muslim sekarang terjebak menjadi generasi yang hanya bisa sekedar “like this yooo” dan ketika panggilan jihad itu datang jangan sampai kita berada pada barisan “like this yooo” tanpa ada sama sekali langkah kongkrit menuju jihad.

Sungguh fitnah akhir zaman kian hari kian ditampakkan. Semoga Alloh menolong kita semua dari fitnah akhir zaman dan fitnah Dajjal. Aamiin.

Tidak ada komentar: